Chapter 53

6.2K 875 195
                                    

Udh sampe seratus 😳 sesuai janji, aku update. Kalo sampe 100 lagi, aku update lagi. Sebelum baca, tinggalin jejak dulu yuk di chapter sebelumnya. Makasih ❤

Btw, ini chapter panjang bgt + drama banget. Semoga emosi dan pesannya tersampaikan.

Jangan lupa vote dan komen untuk mengapresiasi penulis serta pembaca, tak lupa perjuangan para tokoh. Terima kasih penghuni dunia oranye yang mampir ke kisah Sandra-Xavier🤗

HAPPY READING 💕

°•°

"Sebetulnya, saya masih belum percaya dengan ini semua." Sandra berujar begitu dirinya dan Remo selesai menceritakan sesuatu yang mereka tahu tentang satu sama lain. "Bisa bertahan hidup di dunia ini."

Remo menceritakan bagaimana awal mula pria itu mengetahui identitasnya sebagai Lairene Kedua serta takdirnya bersama Xavier. Sandra pun sesekali hanya bisa ternganga tidak percaya, terutama pada bagian jika Remo mengetahui perihal peleburan sihir yang dia alami beberapa tahun lalu. Begitu pun dengan Remo, pria berambut platinum itu tidak percaya adanya kehidupan di dunia modern yang sama sekali tidak tercampur sihir, serta bagaimana dirinya dan Hera saling mengenal.

"Itu wajar, Sandra. Dibandingkan dirimu, aku lebih tidak percaya." Remo menukas diselingi tawa kecil. "Sulit dipercaya jika Dewi Eirene membawamu ke sini tepat sebelum kau meraih cita-citamu. Dan lebih mengejutkannya lagi, kau bisa bicara begitu frontal kepada beliau. Wah, jika aku menjadi Dewi Eirene, mungkin aku sudah menghukummu. Kalian memang benar teman dekat, ya."

"Dia menyebalkan, Yang Mulia Agung. Meskipun dia seorang dewi dan saya adalah bawahannya, tetapi dia selalu saja menempatkan saya di posisi merugikan. Wajar jika saya sering memakinya."

Remo tersenyum lebar sambil mengangguk. Namun, senyum itu tak bertahan lama. Karena selanjutnya, raut wajah Remo berubah sedih dan penuh penyesalan. "Mengenai segel itu, aku benar-benar minta maaf, Cassandra. Maaf tidak bisa mencegah insiden itu dan membuatmu terluka parah. Aku sangat menyesal."

Ah, segel. Sandra juga baru tahu soal itu dari Remo. Dia sendiri memang melupakan fakta bahwa dirinya dipanah pria bertopeng itu. Sandra hanya ingat dirinya ditusuk belati. Dan setelah penjelasan panjang lebar dari Remo mengenai penyegelan sihir di jantungnya, Sandra pun tidak bisa bereaksi apa-apa. Selain karena terkejut, dia juga tidak bisa menyalahkan siapapun selain dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga diri.

Dasar lemah, itu pikirnya.

"Apa kau tahu sesuatu tentang Audrey tepat sebelum kematiannya?"

"Tentang ... apa?"

"Perang utama dua puluh enam tahun lalu, adalah ketika Audrey melawan Dewi Eryska. Pada akhirnya, mereka sama-sama tiada setelah perang hebat itu, tetapi tentu mendapat hasil yang berbeda. Walaupun mengalami banyak kerugian, Audrey berhasil membawa kemenangan dan memusnahkan dua pemimpin kaum iblis. Tapi, lebih dari itu, kematian Audrey dan calon anaknya sungguh membuat kami, terutama Kaisar Stephen sangat terpukul."

Sandra mengernyitkan alisnya. "Calon anak? Beliau sedang mengandung?"

Remo mengangguk. "Mungkin saja, Audrey bisa memenangkan peperangan dalam keadaan masih hidup, tetapi itu semua sulit dilakukan. Selain karena sedang mengandung, Audrey juga menerima penyegelan sihir dari Ratu Eryska. Itu awal mula posisi Audrey dan Victorion semakin terpojok."

Sandra menghela napas berat setelah mendengar kisah itu. Dia sungguh baru tahu jika Audrey juga menerima segel sihir seperti dirinya, apalagi wanita itu dalam kondisi hamil. Pasti lebih sulit. Dan entah kenapa Sandra mulai merasa takut. Jika Audrey saja mulai mengalami kekalahan sejak menerima segel sihir itu, maka iblis itu juga melakukan hal yang sama pada dirinya sebagai langkah pertama akan membunuhnya. Sandra tidak bisa tidak cemas.

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang