Chapter 43

8.8K 1.2K 48
                                    

WKWKWK maap telat. Aku baru buka wattpad. Kaget aku udh lebih dari target. Maap ya teman hehe

HAPPY READING 💕

°•°

"Christopher! Apa yang kau lakukan?!" Sandra berseru begitu tubuhnya ditarik keluar dari ruang medis akademi begitu kasar. Sedangkan kakaknya nampak tidak merasa bersalah dan memberi tatapan tajam kepada Sandra.

"Kau ... apa kau sudah mengetahui insiden ini akan terjadi?"

"Atas dasar apa kau menuduhku untuk itu? Aku tidak tahu apapun!"

"Jangan berbohong padaku, Sandra!" Chris berseru keras. Mata birunya berkilat amarah. "Kau dengan jelas memberiku peringatan. Kau menyuruhku menjaga Calvin dan mengatakan pertandingan ini akan disabotase. Hanya dengan itu kau telah terbukti jelas telah mengetahuinya. Lantas, bisakah kau membantah omonganku lagi?"

"Jika itu memang benar, lalu apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan mengatakan bahwa dalang dari insiden ini adalah aku? Apa kau akan mengatakan kepada semua orang bahwa aku yang membuat insiden ini terjadi? APA KAU AKAN MENUDUHKU BAHWA AKU YANG MENYAKITI ADIKMU SEPERTI DULU?!" Napas Sandra memburu, air matanya membasahi pipinya begitu saja. Dengan pandangan terluka, gadis itu kembali melanjutkan, "Apa kau akan mengurungku di gudang lagi seperti lima tahun lalu? Apa kau akan memberiku makanan basi lagi seperti yang kau lakukan setelah aku tidak sengaja merusak mainan Calvin tiga tahun lalu? KATAKAN PADAKU, CHRIS. APA YANG AKAN KAU LAKUKAN?!"

Sandra tidak paham kenapa dirinya bisa seemosi ini. Hatinya terasa sakit melihat mata biru Chris yang menatapnya penuh tudingan serta nada bicara Chris yang naik satu oktaf. Entah kenapa, Sandra hanya merasa takut. Dirinya takut kehilangan sosok kakak yang selama ini menatapnya sinis, tetapi juga selalu melindunginya dan mengomelinya jika Sandra agak bandel. Gadis itu sudah terlalu nyaman dengan sikap protektif kakaknya, dan dia tidak ingin merasakan apa yang Cassandra dulu rasakan.

"Apa kau akan semakin membenciku kalau ternyata memang benar akulah yang menyebabkan adikmu terluka?" Sandra menggigit bibir dalamnya. Nada bicaranya yang lirih membuatnya ingin menangis keras.

Chris memejamkan matanya dan menunduk. Rambut peraknya yang panjang menutupi wajahnya, membuat Sandra tidak tahu emosi apa yang tergambar di wajah lelaki itu. Namun, begitu Chris mengangkat wajahnya, Sandra tersentak kecil. Mata biru milik Chris memandangnya tulus dan penuh penyesalan. Seolah, kakaknya itu merasa bersalah atas sikapnya tadi.

"Aku tidak bisa melakukannya lagi, Sandra. Aku tidak akan pernah melakukannya lagi padamu." Nada bicara Chris melembut, lelaki itu meremas lembut kedua bahu Sandra. Gadis itu menangis. "Aku tidak ada niat menuduhmu, bahkan terpikirkan pun tidak pernah. Aku hanya ingin tahu kenapa kau tidak bicara pada kami agar menghentikan pertandingannya. Aku ingin tahu kenapa kau hanya memberi peringatan dan merahasiakannya. Bukankah sudah sering aku dan Calvin katakan untuk menceritakan semua kegelisahanmu?"

Dengan suara tersendat akibat tangisan, Sandra membalas, "Maaf. Aku tidak bermaksud. Aku tidak tahu Calvin akan terluka. Maafkan aku."

"Kenapa kau minta maaf? Kau tidak salah, Sandra." Chris menarik Sandra ke dalam pelukan. Lelaki itu mengusap kepala adiknya, berusaha menenangkan Sandra yang tangisannya semakin kencang. "Maafkan aku. Kau pasti terkejut. Tidak ada niat untuk menuduhmu. Maafkan aku."

"Aku takut." Sandra menjerit dalam tangisnya. Gadis itu membenamkan wajahnya di dada Chris sambil terus mengeratkan lingkaran tangannya pada punggung lelaki itu. "Iblis itu mendatangiku. Harusnya kau menanyakan keadaanku, bukan memarahiku! Tapi aku lebih takut padamu. Aku tidak ingin seperti dulu. Aku takut kalian mengucilkan aku lagi. Aku tidak mau!"

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang