Udh nyampe target maka ku update.
Ku hari ini mau double update, tapi kalo vote udh sampe 150. Bisa ga tuh?Spam komen yuk sekali²
HAPPY READING 💕
°•°
Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, kali ini para prajurit dari tanah kemenangan bukan disibukkan dengan pengecekan gudang senjata maupun rapat menyusun strategi, melainkan membereskan kekacauan yang sempat terjadi lima jam lalu. Mereka berbondong-bondong membersihkan, memperbaiki, serta merapikan markas yang hancur di beberapa bagian bangunan. Namun, kekacauan kali ini bukan berasal dari musuh, tetapi dari pemimpin mereka sendiri.
Suasana pun sudah lebih tenang. Bukan karena sang Pangeran sudah bisa mengendalikan diri, tetapi karena tunangan beliau tiba-tiba saja tak sadarkan diri dengan tubuh mendingin. Dan itu membuat seluruh ahli medis menjadi panik akibat kondisinya yang bertubi-tubi. Pertama karena segel, kedua karena luka di lehernya yang darahnya telah merembes ke sepertiga pakaiannya, dan terakhir karena suhu tubuhnya yang turun drastis akibat diguyur hujan salju tanpa alas kaki dan pakaian tebal.
Xavier tidak tahu siapa yang bodoh di sini. Gadis itu yang tak memikirkan diri sendiri dan terlalu nekat mengejarnya. Atau dirinya-lah yang mengakibatkan itu terjadi. Yang pasti Xavier merasa bersalah.
Helaan napas berat berembus untuk kesekian kalinya. Matanya terpejam. Keningnya disentuh hingga sedikit menutup wajahnya. Walau Xavier mendengar beberapa orang mengajaknya berbicara, Xavier tidak menghiraukan. Lelaki itu sudah terlalu pusing dengan ulahnya sendiri. Dia tidak paham kenapa dirinya bisa lepas kendali dan membunuh orang.
Itu tak seberapa, sebab dirinya pernah lebih bengis dari itu. Dia pun tidak terlalu memikirkannya karena orang yang terbunuh memang pantas mati atas kesalahannya.
Xavier melukai Sandra dengan tangannya sendiri. Bukan melukai lagi, tapi hampir membunuhnya!
Ada yang lebih parah dari itu? Dia bahkan masih sempat-sempatnya menyeret gadis itu ke halaman belakang markas yang dihujani salju ketika darah masih terus mengalir dari lehernya. Meneriakinya, membuatnya menangis dan ketakutan, lalu membuatnya terkena hipotermia hingga tak sadarkan diri di depannya. Bahkan sebelum tertidur, gadis itu masih menangis keras dan memohon padanya untuk tidak pergi sambil terus meminta maaf.
Sial. Xavier memang laki-laki terburuk yang pernah ada.
Xavier yakin seratus persen. Jika Kaisar Stephen dan Remo mengetahuinya, Xavier akan dimarahi habis-habisan. Bahkan bisa saja Ayahnya memberi hukuman berupa pencabutan jabatan dan dipulangkan secara paksa.
Lagi, napasnya berembus panjang tanda kelelahan. Tangannya terangkat untuk menyentuh tato serigala di lehernya. Identitasnya. Dan Sandra mengejarnya karena tahu sisi gelap kemampuan magisnya sedang menyala. Sisi tergelap dan negatif Xavier yang hanya aktif saat dirinya sedang diliputi amarah terlalu besar yang tak bisa ditahan lagi sehingga menimbulkan badai besar untuk dirinya serta orang-orang di sekitarnya.
Badai besar yang tidak bisa dihentikan oleh siapa pun, termasuk para kesatrianya, Remo, atau bahkan Ayahnya. Tidak ada yang bisa menghentikan Xavier dalam mode itu, kecuali dirinya sendiri.
Terakhir kali Xavier seperti ini saat ada sekelompok penyusup masuk istana dan mencoba membunuh Xavia. Lima puluh? Enam puluh? Entahlah, Xavier lupa. Yang pasti orang jahat itu termasuk prajurit kekaisaran terbunuh di tangannya yang mengamuk dan mengaum bak serigala memangsa korbannya. Jika dalam mode itu, Xavier biasanya lupa diri sehingga tak bisa membedakan mana sekutu mana musuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired Girl
FantasySandra salah ketika berpikir bahwa orang pertama yang akan dia temui begitu bangun dari mimpi panjangnya adalah Hera, sahabat yang tinggal bersamanya di panti asuhan selama lebih dari sepuluh tahun. Sandra ingat bahwa dirinya mengalami kecelakaan te...