HAPPY READING 💕
°•°
"Bukankah tadi kita sepakat untuk makan steak? Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran?" Xavier tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Pasalnya, kini mereka berada di kedai es krim yang berlawanan arah dengan restoran steak yang sebelumnya ingin mereka tuju.
Aneh sekali gadis ini. Xavier heran bagaimana Sandra bisa berubah pikiran secepat itu walau sebelumnya sudah sangat semangat menuju restoran steak. Apa semua gadis memang seperti ini? Xavier tidak paham.
Sandra mengangkat kepalanya dari gelas es krim miliknya. "Kau tidak suka es krim?"
"Bukan begitu." Xavier berdecak, lalu melirik pada gelas es krim milik Sandra yang belum habis dan hampir meleleh meski mereka sudah duduk di kedai selama satu jam. "Aku hanya ingin kau makan makanan yang padat. Kalau mau es krim pun tak masalah, tapi setidaknya kau harus menghabiskannya. Jangan dimainkan seperti itu."
Sandra mencebikkan bibirnya dan mengaduk-aduk es krimnya lagi. "Entahlah, tiba-tiba aku tidak ingin makan apa-apa."
"Ada yang membebani pikiranmu?"
Sandra melirik Xavier sesaat, kemudian membuang napas lelah. Tanpa menjawab Xavier, gadis itu menyandarkan tubuhnya di kursi, kepalanya menengadah untuk melihat lebih jelas matahari yang perlahan sudah mulai turun dari puncak.
Sebetulnya, Sandra juga tidak mengerti kenapa dirinya seperti ini. Tapi setelah mendengar informasi mengenai Dieon dam Victorion dari Xavier, hati Sandra tiba-tiba berubah tidak tenang. Rasanya ada yang mengganjal di sana. Tetapi, Sandra tidak tahu apa yang membuatnya jadi begini. Dirinya seperti perempuan labil. Walaupun tubuhnya memang masih belasan tahun, Sandra masih ingat pola pikirnya sudah 23 tahun. Firasatnya pasti tidak salah.
Seperti yang dikatakan Xavier, besar kemungkinan perangnya akan pecah. Sandra hanya merasa peperangan nanti akan menjadi kesempatan emas untuk kaum iblis menyerang Victorion. Dan Sandra sudah pasti akan mengikuti perang untuk mencegah hal itu terjadi. Mau keputusannya ditentang Xavier sekalipun, Sandra tidak peduli. Karena memang sudah tugasnya menjaga Victorion seperti takdirnya.
Xavier yang melihat tingkah Sandra jadi menghela napas panjang. Dia jelas tahu ada yang disembunyikan Sandra darinya, tetapi dia juga tahu kalau Sandra tidak ingin menceritakannya.
"Cassandra?"
Sandra kembali menatap Xavier yang kini melempar senyum padanya.
"Semuanya akan baik-baik saja, Sandra. Jangan mengkhawatirkannya terlalu berlebihan. Itu hanya akan semakin membuat pundakmu kian berat."
Terkadang, Sandra dibuat bingung sekaligus kagum akan perilaku Xavier. Entah karena dia seorang pangeran atau memang sifat aslinya, Xavier bisa sepeka itu terhadap keadaan di sekitarnya. Tanpa mengatakan apapun, Xavier kadang bisa menebak isi pikiran Sandra. Tidak seperti dirinya yang kadang harus terpaksa mendengar isi pikiran seseorang lebih dulu demi memahami orang itu. Dan sikap Xavier yang satu itu membuatnya kadang merasa nyaman dengan lelaki menyebalkan ini. Sebab tidak semua makhluk bernama laki-laki bisa peka terhadap perasaan perempuan.
"Kalau aku tidak memikirkannya, bagaimana cara agar aku bisa mengatasinya, Xavier?" Sandra bertanya lirih.
"Ada banyak cara menimbulkan masalah, tapi ada lebih banyak solusi untuk menyelesaikannya. Cobalah untuk terbuka pada orang-orang di sekitarmu, Sandra. Jangan menyimpan semuanya sendiri. Kau hanya akan kewalahan nantinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired Girl
FantasySandra salah ketika berpikir bahwa orang pertama yang akan dia temui begitu bangun dari mimpi panjangnya adalah Hera, sahabat yang tinggal bersamanya di panti asuhan selama lebih dari sepuluh tahun. Sandra ingat bahwa dirinya mengalami kecelakaan te...