Chapter 41

7.6K 1.2K 123
                                    

HAPPY READING 💕

°•°

Bendera merah yang sejak awal pertandingan tersampir di punggung Sandra masih terpasang baik seolah tidak pernah disentuh siapapun. Untuk terakhir kalinya, gadis itu menebas perut seorang murid yang menjadi lawannya ke seratus tiga puluh tiga. Jumlah yang tidak sebanding dengan Xavier yang mampu mengalahkan dua kali lipat dari angka itu.

Pandangannya beredar, memperhatikan sekitar sambil mengira-ngira apakah ada murid lagi yang perlu Sandra lawan. Dan melihat tidak ada siapapun di sekitarnya, Sandra memutuskan menyimpan pedang cahayanya dan berjalan ke area hutan lain. Tujuannya tentu untuk mencari sosok yang kata Chris akan menantangnya di hutan.

Tetapi, apa Chris berbohong? Atau anak itu sudah lebih dulu kalah melawan yang lain? Sandra tidak menemukan siapapun setelah berkeliling hampir tiga kali. Bahkan gadis itu dibuat terheran-heran dengan keadaan hutan sekarang.

Bukannya terdengar berbagai serangan, hutan malah sangat sepi dan sunyi, seakan-akan hanya ada Sandra seorang diri di sana. Bahkan suara jangkrik atau sorakan dari stadion yang menonton pertandingan tidak terdengar. Sangat sepi dan itu cukup membuat Sandra agak ketakutan.

Bukan apa-apa, dia hanya takut jika dirinya tiba-tiba diserang sesosok makhluk serupa goblin. Kalau goblin itu setampan Gong Yoo sih tidak masalah, tetapi kalau rupanya seperti yang sering Sandra lihat di buku bagaimana? Itu 'kan cukup menyeramkan.

Kesekian kalinya, Sandra mengembuskan napas panjang. Gadis itu memutuskan untuk berbalik karena sudah benar-benar lelah. Namun, langkahnya yang ingin menuju tempat awal dia datang ke hutan tertahan ketika mendengar teriakan dari arah kanannya. Sandra menoleh dan langsung mengernyit ketika melihat sosok Annyka lah yang memanggilnya sambil berlari.

"Lady Cassandra, ini sangat gawat." Annyka berujar begitu tiba di depan Sandra. Wajah gadis itu kelihatan panik dan tegang. Seragamnya pun sedikit berantakan, sangat berbanding terbalik dengan Annyka yang Sandra kenal sebagai kepribadian gadis rapi. "Stadion sangat kacau. Entah apa yang terjadi, para murid dari semua angkatan saling menyerang satu sama lain. Anggota dewan dan guru kesulitan mengendalikan situasi. Mereka seperti orang gila yang suka membunuh."

Sandra meremas kuat sisi rok seragamnya. Jantungnya seketika berpacu lebih cepat hingga membuatnya terasa sesak. Firasatnya memang tidak pernah salah dan tidak bisa diragukan. Sandra sudah tahu ini akan terjadi setelah mendengar suara tidak jelas itu. Kenapa pula harus mengabaikannya? Benar-benar bodoh.

"Jika para guru tidak fokus pada hutan, maka-" Sandra terbelalak, menatap terkejut pada Annyka yang mengangguk tak rela.

"Pertandingan dan luka-luka yang kita alami bukan ilusi." Annyka memperjelas kemudian mendesah frustasi. "Bahkan untuk masuk ke hutan ini sangat sulit. Mana yang dibutuhkan sangat besar, bahkan aku tidak mampu melakukannya sendiri. Jujur saja, aku ragu kita bisa keluar dari sini. Hutan ini seperti menjebak kita."

"Kau datang bersama siapa?"

"Marcello. Dia sekarang sedang menjemput Lord Xavier di area hutan lain." Annyka meringis pelan, gelisah bukan main. "Apa yang harus kita lakukan? Ini semua di luar kendali."

"Kita harus kembali ke stadion. Aku harus lihat keadaan di sana dan bertemu Xavier sebelum mengambil keputusan."

Annyka mengangguk. Gadis itu ikut melangkah lebar di samping Sandra. Mereka menuju tempat awal mereka datang ke hutan ini. Sebab di sana akan ada sisa jejak mana yang akan mempermudah mereka kembali stadion.

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang