Chapter 30

11.8K 1.5K 72
                                    

Sebetulnya, kalau kalian teliti, kalian udh tau siapa itu Evelyna dan siapa itu Ibunya/Ratu Eryska. Banyak yang tebakannya udh bener, tapi seiring chapter akan terjawab kok. Jadi, enjoy with this chapter🤗

HAPPY READING 💕

°•°

"Besok pertandingan anggota dewan dengan murid tahun pertama. Apa kalian punya rencana?"

Kedelapan anggota dewan serentak mendongak dari kesibukan masing-masing tatkala Armand mengajukan pertanyaan itu. Mereka tidak langsung menjawab, hanya saling menatap satu sama lain.

"Sepertinya kau punya rencana." Isla, gadis berambut pink sebahu itu menukas datar.

Armand mengangguk tegas. "Seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini aku juga akan melawan si peringkat pertama ujian seleksi masuk akademi."

Isla mengerutkan dahinya. "Maksudmu ... Cassandra De Nearsen?"

Armand mengangguk lagi. Tanpa dia sadari, Xavier yang sejak awal hanya diam mendengarkan langsung mengernyit tidak suka.

"Dia kelihatan menarik. Selain nilai ujian yang nyaris sempurna, nama keluarga yang dimilikinya pun kita mengenalinya." Bryant, si laki-laki berambut coklat madu itu tersenyum penuh minat pada Christopher yang tengah sibuk merapikan dokumen di mejanya. "Apakah dia saudarimu, Chris? Atau hanya sekedar sepupu?"

Chris mendongak, lalu mengangguk. "Cassandra adalah adikku. Adik pertamaku."

"Wow, aku tidak menyangka." Seorang gadis berambut abu-abu terang menyahut dengan nada mengejek. Giselle, si wakil ketua dewan ikut menatap penuh minat pada Chris. "Tahun lalu, kau jadi murid tahun pertama yang mendapat nilai terbaik. Sekarang adikmu. Apakah adikmu nanti akan mencoba merebut kursi anggota dewan seperti yang kau lakukan? Sepertinya, ini sudah menjadi ciri khas keluarga Nearsen, ya? Merebut hak milik orang lain."

"Bukan merebut, lebih tepatnya mengambil posisi itu karena mereka lebih mampu." Edward yang sudah tidak tahan dengan tingkah laku Giselle yang selalu seperti itu pun segera menyahut tegas. "Lagi pula, saat itu kursi yang ditempati Chris sedang kosong. Jadi, dia bukan merebut hak milik orang lain, tetapi menempati kursi yang memang harus diisi. Kau terlalu melebih-lebihkan fakta."

"Lantas, ada apa dengan gadis berambut putih salju itu?" Bryant bertanya pada Armand, sengaja beralih kembali ke topik pertama karena dia jelas tahu, Giselle tidak akan pernah mau kalah didebat. "Sejujurnya, aku juga penasaran. Jika dia memang sepintar itu, maka dia juga harus ahli bela diri untuk bisa duduk di kursi dewan."

"Apa maksudmu, Bryant?! Memangnya kau ingin memberikan kursi siapa untuk bocah baru itu?" Giselle tahu-tahu menyela dengan sewotnya.

"Bagaimana jika kursi kau saja yang diberikan padanya?"

Suasana seketika hening tatkala Xavier angkat bicara dengan nada dinginnya. Laki-laki itu menatap dingin pada Giselle yang malah senyum-senyum sendiri saat ditatap Xavier.

"Jika dia memang mumpuni dan mampu memiliki kursi anggota dewan. Di antara kesembilan anggota dewan, bagaimana jika kursimu saja yang diberikan padanya?" Xavier memperjelas dengan nada menusuk. "Kebetulan sekali, kepala sekolah mengajukan penggantian wakil ketua dewan padaku kemarin. Profesor Leon memintaku agar mencari murid tahun pertama yang mampu menggantikan dirimu."

"Profesor Leon mengatakan itu?!" Giselle menjerit syok. Mereka yang melihat hanya bisa diam, meski dalam keterdiaman mereka itu ada persetujuan yang diucapkan terang-terangan dalam benak mereka.

"Sepertinya beliau sudah menyadari bagaimana cara kerjamu akhir-akhir ini." Edward tersenyum miring pada Giselle. "Bekerja keraslah, Giselle. Kalau kau tidak mau kursimu itu diambil oleh adik Christopher."

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang