Chapter 61

7.3K 955 111
                                    

Absen yuk. Ku mau liat kalian masih ada apa engga ಥ_ಥ

Kalo vote udh sampe 230 trs banyak yang komen, aku update lagi. Hehe. Hari ini ada yang tambah tua, bisa dikabulkan? Maacih

HAPPY READING 💕

°•°

"Halo, kalian kenapa diam saja? Masih tidak percaya atau kalian menganggap ini semua hanya halusinasi aku saja?"

Tidak seharusnya Sandra mengajukan pertanyaan sarkas itu di hadapan Putra Mahkota serta kelima kesatrianya. Bagaimanapun juga, mereka lebih berpengalaman mengatasi masalah pemberontakan atau menghadapi musuh dengan segala macam kepribadian. Namun, gadis berambut putih salju itu juga kesal karena ceritanya yang telah berlangsung lebih dari tiga jam hanya di respons dengan keterdiaman mereka. Entah karena tidak percaya atau memang terkejut, yang Sandra mau mereka bereaksi.

"Saya tahu Anda memang tidak bisa diremehkan, tapi untuk yang satu ini benar-benar sulit dipercaya." Marcello berkata dengan tercengang. "Pantas saja Armand mengatakan bahwa Anda akan menjadi persembahan kaum iblis, ternyata ...."

Sandra membuang muka, malas menanggapi ketidakpercayaan Marcello dan lebih memilih beralih pada Xavier yang juga sama tercengangnya. Kenapa mereka semua terkejut? Apa waktu pertama kali mengetahui semua rahasia Armand, dirinya juga seperti itu? Sandra tidak ingat.

"Your Highness. Apakah Anda akan diam saja? Mulut saya sudah berbusa setelah bicara selama lebih dari tiga jam. Setidaknya katakan sesuatu."

Xavier mengusap tengkuknya dengan canggung. "Entahlah, aku juga sama tidak percayanya. Aku merasa ditipu oleh Armand selama ini. Tidak aku sangka dia memiliki hubungan khusus dengan kaum iblis."

Sandra melengos. "Tetap saja sampai saat ini saya belum tahu siapa iblis itu. Mereka sangat sulit dideteksi wujudnya meski dari memori orang lain. Saya merasa tidak berguna tidak menemukan satupun jejak mereka."

"Jangan bicara seperti itu, Sandra. Tidak semua orang bisa melakukan hal yang sama sepertimu. Bahkan aku sendiri." Chris menyahut, nada bicaranya terdengar tidak suka pada kalimat merendah adiknya. "Semua informasi dan rencana yang kau miliki sudah lebih dari cukup untuk menemukan jalan keluar. Setidaknya, ketahuilah itu."

"Aku mengerti."

"Kalau begitu, Anda bisa beristirahat lebih dulu, Your Highness." Edward berujar. "Sesuai hasil pengintaian, Armand akan datang dini hari. Kami akan memeriksa senjata dan rapat bersama pasukan."

"Boleh begitu?"

"Anda baru mengalami hari yang berat. Anda bisa tinggalkan perintah dan kami akan menjalankannya. Ini sudah tugas kami sebagai abdi setia Anda."

"Baiklah, terima kasih."

"Kalau begitu ...."

Atensi keenam orang di sana beralih pada Sandra yang menggantungkan ucapannya. Gadis itu kelihatan ragu dan canggung dengan pipi agak memerah ketika memandang Xavier.

"Apa ... kau mau menikmati arak ini bersamaku? Ada yang ingin aku bicarakan. Tapi, jika kau ingin istirahat tidak masalah. Kita bisa bicara di lain waktu." Baru saja Sandra ingin kabur akibat rasa malunya, Xavier sudah lebih dulu mencekal tangannya. Mata hijau lelaki itu menatapnya jahil disertai senyum konyol. Menyebalkan!

"As you wish, my lady."

Beberapa botol arak dari Marcello dengan pemandangan salju ringan serta perapian yang menyala, benar-benar membuat Sandra rileks meski dirinya berada di medan perang dengan kondisi yang tidak bagus. Namun, gadis itu merasa tidak masalah. Selama hal-hal kecil semacam ini masih bisa dilakukan, maka dia akan menikmatinya tanpa mengeluh.

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang