Chapter 56

6.6K 894 90
                                    

Aku update lagi kalo chapter ini sampe 120. Ayo kawan, jangan malu malu pencet vote😁 makin lama makin dikit soalnya😅

HAPPY READING 💕

°•°

Dario. Sebuah tanah lapang dengan luas ribuan hektar mendekati laut yang tidak termasuk dalam teritori kekaisaran manapun. Pemandangan di Dario sangatlah indah, tempat itu memiliki daya tarik tersendiri dengan banyak tebing yang mengelilingi tepi pantai. Sayang sekali, jika bukan karena bau amis darah yang menyengat dan tulang manusia di tempat itu, mungkin Dario sudah menjadi tempat wisata.

Selain itu, Dario merupakan tanah tandus dengan sedikit sumber mana yang bisa diserap oleh sihir sehingga sihir sangat ditekan hingga batasnya. Sekuat apapun seseorang memiliki sihir langka, itu tidak akan berguna jika tanpa mana.

Ya, kecuali iblis. Mahluk pemilik sihir hitam yang mampu menggunakan sihir tanpa menyalurkan mana. Juga para pengguna unique magic yang kemampuan magisnya mampu digunakan tanpa batasan dan tak berpengaruh oleh ganasnya tanah tandus itu.

Dan kini, Xavier telah sampai di Dario bersama Xander serta belasan ribu pasukan. Kedatangan mereka dua jam lalu disambut girang Marcello. Begitu datang, Xavier segera menjelaskan apa yang membuatnya datang lebih cepat ke Dario ketika jadwal kedatangannya adalah dua bulan lagi.

Namun, harapannya tentang Marcello yang akan memberi solusi tidaklah terealisasikan. Lelaki itu bukannya menanggapi penjelasan Xavier malah berceloteh soal minuman arak yang tidak sengaja ditemukan di ruang bawah tanah markas besar Victorion. Katanya, walaupun arak itu sudah berusia puluhan tahun, rasanya masih sangat enak. Jika tidak dalam situasi genting mungkin Xavier akan meneguknya. Sayang sekali, tunangannya lebih penting dibandingkan minuman arak itu.

"Marcel, bisakah kau berhenti membicarakan arak?" tanya Xavier mulai dongkol. "Apa kau sedang menyamakan kepentingan tunanganku dengan arak?"

Perjalanannya ke Dario selama empat hari bukanlah sesuatu yang mudah. Bukan sulit dalam perihal jalan yang mereka lalui, tetapi perasaan gundah dan cemas terus melingkupi dadanya membuat Xavier tidak sabar.

Sudah lebih dari satu minggu Cassandra bersama Armand. Apakah gadis itu baik-baik saja? Jujur, Xavier tidak bisa tidak memikirkan kemungkinan apa yang akan dilakukan pria sialan itu pada Cassandra. Mungkin Armand tidak akan melukainya, tetapi bagaimana jika Armand melakukan tindakan tidak senonoh lagi pada Cassandra. Sial. Memikirkan itu membuat Xavier marah lagi.

"Maaf, Your Highness. Saya hanya sedang berpikir." Marcello meringis pelan. "Kalau saya boleh jujur, saya bingung bagaimana Armand bisa menculik tunangan Anda semudah itu."

"Cassandra dalam kondisi lemah dan tidak mampu menggunakan sihirnya." Xavier berdecak. "Sebelum diculik, Cassandra sempat melawan. Tapi, karena kondisinya yang lemah itu dia tidak bisa mengalahkan Armand yang memegang kunci atas kendali tubuhnya. Jadi ... inilah yang terjadi."

Marcello mengangguk pelan. Dia mengerti maksud Xavier. Mungkin jika Marcello dalam posisi itu juga akan sulit melawan Armand. Apalagi tubuh kita dikendalikan. Dia jadi ikut merasa sedih atas kondisi Cassandra.

Lelaki berambut lemon itu memutar kepalanya dan memandang pada rekannya yang tengah menunduk. Anak itu tidak hanya melamun biasa, tetapi juga memainkan sebuah permen yang tentu Marcello kenali pemberian siapa-sebab dia pun sering menerima jenis yang sama. Apalagi hubungan Xander dengan si pembuat permen sangat dekat seperti saudara, Marcello tahu betul apa yang dipikirkan bocah berambut sewarna jeruk itu.

"Xander?" Marcello lantas tersenyum samar ketika Xander merespons panggilannya, bahkan Xavier ikut menoleh karena penasaran. "Kenapa tidak dimakan permennya?"

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang