Chapter 45

8.6K 961 71
                                    

HAPPY READING 💕

°•°

Malam telah menjelang beberapa jam lalu ketika Sandra masih disibukkan dengan tumpukan dokumen berisi laporan keuangan dan laporan lainnya mengenai perkembangan toko kuenya yang selama lima tahun dia tinggal di akademi. Meski begitu, Sandra cukup senang dan bersyukur karena orang-orang di sekitarnya dapat diandalkan. Ryana yang juga rutin mengirim laporan penutupan buku setiap bulan saat dirinya di akademi juga mampu mengurusnya dengan baik. Begitu juga dengan Calvin serta Chris yang membantunya mengurus toko ketika lelaki itu sibuk melakukan ekspedisi sana-sini.

Gerakan Sandra yang baru ingin mencelupkan pena ke dalam kotak tinta terinterupsi ketukan pintu disertai teriakan yang meminta izin masuk. Begitu sang Pengetuk Pintu masuk, Sandra meletakkan peralatan tulisnya dan menatap Ryana yang tengah membungkuk padanya tak jauh dari mejanya.

"Ada apa, Ryana?"

"Ini sudah malam ketiga sejak Anda pulang dari akademi, apa Anda akan melewatkan makan malam lagi?"

"Masih banyak yang harus aku lakukan. Tolong bawakan saja makan malamnya ke sini, aku akan menghabiskannya."

Ryana menghela napas. "Tadi siang Nyonya Archduchess mengunjungi Anda ke sini. Benar, bukan?"

"Beliau hanya menyampaikan permintaan agar bisa menghadiri perjamuan yang diadakannya besok sore. Karena aku tidak punya alasan yang pas untuk menolak, aku menerima permintaannya." Sandra mengedikkan bahunya tak acuh. "Gaunku masih ada yang bagus, 'kan? Semoga saja tidak dimakan rayap setelah lima tahun tidak dipakai. Aku pasti akan mengumpat di depan para wanita bangsawan di perjamuan nanti jika gaunnya tidak ada yang bagus. Aku juga malas beli lagi."

"Kami selalu menjaga dan membersihkan setiap sudut ruangan Anda, Nona. Tidak perlu khawatir."

"Tidak sama sekali."

Sekali lagi, Ryana menghela napas. Melihat sikap nonanya yang semakin dingin dan tak acuh setelah lima tahun tidak pernah menyapa, membuat Ryana semakin sulit menjangkau-atau setidaknya dekat dengan gadis itu. Entah boleh mengatakannya atau tidak, Ryana ingin melihat kembali sosok ceria nonanya seperti sebelum kecelakaan. Bukan sosok gadis yang selalu menampilkan senyum palsu dan raut wajah yang dingin.

"Ini sudah larut. Jika tidak ada yang ingin dibicarakan, kau bisa meninggalkan kamarku dan beristirahat."

Ryana tersenyum tipis sambil mendekati meja kerja Sandra, berusaha keras agar lebih terbiasa dengan sikap gadis itu. "Maaf mengganggu waktu Anda, Nona. Saya hanya ingin menyampaikan pesan Nyonya Archduchess yang ingin agar Anda hadir di ruang makan pagi nanti. Beliau tidak menoleransi jika Anda kembali tidak hadir untuk sarapan."

"Beliau mengatakan itu?"

"Nyonya hanya mengkhawatirkan kesehatan Anda yang selalu melewatkan sarapan. Tolong jangan salah paham, Nona."

"Aku menghormati niat baiknya, Ryana. Mana mungkin aku salah paham." Sandra menyambar dengan datar, lalu memalingkan wajah ke arah lain. "Aku akan datang. Besok aku juga akan mengunjungi toko tanpa menggunakan kereta kuda. Aku ingin jalan kaki saja."

"Tapi, Nona-"

"-Ada lagi yang ingin kau sampaikan?"

Ryana mengembuskan napas panjang. "Tidak, Nona. Saya akan meninggalkan Anda. Tolong jangan tidur terlalu larut. Selamat istirahat, Nona Cassandra."

"Tunggu."

Ryana yang baru berbalik jadi menatap Sandra lagi. Kedua alisnya terangkat ke atas, menatap heran pada Sandra yang masih saja belum mengubah ekspresi datarnya. "Ya, Nona?"

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang