Chapter 63

6.5K 963 88
                                    

Sebelum lanjut, liat dulu chapter sebelumnya. Udh vote apa belum. Kalo belum, pencet bintangnya. Silent readers makin merajalela nih 😟

Spam komen again nyok!

HAPPY READING 💕

°•°

Sejak pertarungan Armand bersama kesatria Xavier, ruang kerja Panglima Tertinggi Victorion itu tidak lagi dalam keadaan sempurna. Lemari, meja, sofa, serta perabotan lain mengalami kerusakan cukup parah. Bahkan dinding yang menyekat pintu balkon telah runtuh dan membuat pemandangan luar markas besar Victorion jadi terlihat dari dalam. Angin musim dingin pada dini hari mampu menusuk kulit mereka semua, tetapi tak ada satupun dari mereka yang mampu meredakan amarah yang tersulut.

Lebih lagi pada Armand. Lelaki berambut merah gelap itu merasa dadanya bergemuruh. Aliran darah dibalik kulitnya terasa mendidih. Selain karena pertarungannya bersama keempat anjing negara milik Xavier ditambah terjerat portal kematian milik bocah berambut jeruk itu, Armand benar-benar akan meledak setelah melihat kondisi pasukannya yang tergeletak tak berdaya di tanah Dario. Bukan hanya itu saja. Setelah melihat Cassandra menghampirinya, Armand baru sadar jika kristal segelnya telah menghilang dan berada di tangan Xavier.

Berkali-kali. Armand terus dipermainkan oleh orang-orang gila Victorion ini. Dia akan menuntut balas dan membuat mereka memohon kematian padanya!

"Tenang saja. Pasukan-mu hanya tertidur. Aku tidak membunuhnya."

Armand yang telah bebas dari portal Xander menatap tajam pada Cassandra yang terlihat sangat santai, seolah tak menyadari perbuatannya membuat amarah Armand memuncak. "Kau. Bagaimana caramu melakukannya? Kau tidak bisa menggunakan sihir!"

"Apa itu yang terpenting sekarang? Mau kau tahu jawabannya atau tidak, kau bisa saja tidak kembali ke markas-mu hari ini."

Armand tergelak sinis. "Dasar jalang. Kau kira hanya karena kristal itu berada di tanganmu, maka kau bisa menang? Kau hanya gadis lemah, Sandra. Aku tetap yang terkuat dalam barrier ini."

"Begitu, ya?" Sandra berdeham. "Yah, aku tidak bisa menyangkal itu. Aku memang lemah dan selalu menyusahkan orang lain. Aku sadar akan hal itu."

"Karena itu menyerahlah. Kau tidak akan bisa melawanku." Armand mendekati Sandra dengan perlahan sambil melepas armor merahnya. Tepat di hadapan Sandra, dia menyimpan tangannya di dalam saku celana, memandang lekat pada Sandra yang hanya diam. "Aku sudah cukup berbaik hati padamu. Aku menuruti semua keinginanmu, memberi kenyamanan, bahkan kau begitu pintar mencari celah untuk kabur saat pesta itu, kau juga sudah menemui tunangan dan kakakmu. Jadi, sekarang saatnya kita kembali. Kau pergi terlalu lama."

"Aku sudah kembali ke tempatku, Armand. Bukankah sudah kukatakan sebelumnya?"

"Kau ingin bersama tunanganmu yang bodoh itu?" Armand terkekeh. "Dia menyia-nyiakanmu, Sandra. Setelah kau kembali dari akademi, tunanganmu malah sibuk dengan wanita bersuami dan mengabaikanmu. Kau dibuang olehnya. Bahkan dia berani melukaimu. Kenapa kau masih saja keras kepala dan tidak mau menerima fakta itu?"

Sandra mendengkus geli dan melirik pada Xavier yang tampak marah pada Armand yang berusaha menghasutnya dengan kesalahan Xavier. Menyenangkan sekali melihatnya. "Tunanganku juga manusia, Erlan Dieon. Sama seperti manusia lainnya, Xavier pun bisa melakukan kesalahan. Dan kesalahan dia itu hanya sebatas kesalahpahaman antara kami saja. Orang luar sepertimu lebih baik diam saja."

"Ah. Jadi, kau sudah membuat pengakuan, ya?" Armand tersenyum sinis. "Ayolah, Sandra. Kau harus sadar diri. Mau secinta apa pun kau padanya atau dia yang katanya mencintaimu itu, kalian tetap tidak bisa bersama. Walaupun aku pernah bilang kalian cocok, tapi jika takdir kalian tidak bersama, kenapa memaksa sekali?"

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang