Chapter 52

6K 884 66
                                    

Karena ga bisa tidur, aku memutuskan untuk update aja. Padahal niatnya subuh nanti, tapi tangan udh gatel pengen pencet publikasikan. Jam satu dini hari nih. Apakah masih ada yang bangun?

Vote sampe 100, aku update lagi, kalo chapter selanjutnya sampe 100 lagi, aku update lagi. Mungkin bisa dibilang crazy update kalo beneran tercapai targetnya.

Ga akan bosen ngingetin kalian buat vote dan komen. Terima kasih udh setia sampe sekarang + selamat datang buat pembaca baru, makasih yaa udh mau mampir 🤗

HAPPY READING 💕

°•°

Sandra tersentak pelan seiring dengan cahaya mulai menyambutnya. Gadis itu mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan intensitas cahaya serta menormalkan napasnya yang sedikit memburu. Keadaan ini membuatnya merasa kembali lagi ke sebuah masa di mana dirinya terbangun menjadi sosok lain.

Diembuskan napas panjang seraya merutuki mimpi yang baru saja dialaminya. Sandra kembali mengingat peristiwa saat tubuhnya terombang-ambing di dalam lift hingga kepalanya terbentur keras diakhiri kematian. Ingatan itu sudah cukup membuat kepalanya sakit, lalu ditambah sebuah ingatan asing, namun familier, numpang lewat di alam mimpinya.

Sandra tidak paham mengapa dirinya bermimpi potongan masa lalu milik Cassandra tepat sebelum kematiannya. Layaknya film tiga dimensi, Sandra seolah-olah merasakan sendiri bagaimana Cassandra terjatuh dari tangga. Sama sepertinya, anak berusia lima belas tahun itupun tidak mampu menyelamatkan diri hingga ajal menjemputnya.

Sandra mencengkram kepalanya saat rasa nyeri di masa lalu menyengat setiap saraf di otaknya. Gadis itu menghela napas dalam-dalam, berusaha melupakan mimpi menyeramkan itu. Sandra pun akhirnya tersadar akan sesuatu, jika dirinya tidak di dalam kamarnya, melainkan sebuah tempat yang lebih luas serta setiap sudut dilapisi emas berkilauan.

Apa ini? Aku pindah dimensi lagi? benaknya menyuarakan keheranannya. Tak ingin terus-terusan tidur, Sandra pun memutuskan untuk bangun. Namun, sebuah suara berupa teriakan membuatnya tersentak.

"Cassandra!"

Belum sempat melihat siapa yang memanggilnya itu, Sandra kembali dibuat terkejut ketika seseorang memeluknya. Mata kelabunya mengerjap pelan, berusaha memahami situasi dengan melihat sekeliling. Satu meter darinya, ada sesosok lelaki berambut oranye memandangnya datar dengan senyum samar. Lelaki yang sangat dia kenali.

"Astaga, kukira aku pindah dimensi lagi," gumamnya secara tak sadar akibat saking leganya.

"Apa?"

"Tidak ada." Sandra menyahut cepat. Dia juga baru sadar, jika lelaki yang memeluknya itu adalah kakaknya sendiri. "Chris, bisa lepaskan ini? Aku ingin duduk."

"Ah, baiklah."

Dibantu Chris dan Xander, akhirnya Sandra bisa duduk di tepi kasur. Lantai yang dingin membuatnya sadar jika dirinya memang kembali ke kenyataan. Mata kelabunya menatap bergantian pada Chris yang duduk di sebelahnya serta Xander yang berdiri di depannya. "Chris, ini di mana? Ayah membangun kamar lagi?"

"Apa kau ingat kejadian sebelum kau tertidur?"

Sandra mengerutkan keningnya, berpikir kejadian apa yang Chris maksud. Hingga akhirnya gadis itu ingat bahwa dirinya hampir mati di tangan pria bertopeng kurang ajar itu. Kepalanya tertunduk, menatap pada tangannya yang menyentuh perutnya. "Aku ingat. Kemarin perutku ditusuk belati milikku sendiri."

"Bukan kemarin, Sandra. Tapi, empat hari yang lalu."

Sandra terbelalak pada Chris. "Empat hari?!"

Lelaki bermata biru indigo itu menatap sendu pada adiknya sambil menghela napas. "Setelah kejadian itu, Pangeran segera memindahkanmu ke Istana untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Ini kamar Yang Mulia Pangeran. Beliau ingin kau mendapat perawatan yang maksimal di sini."

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang