Chapter 23

13.4K 1.7K 21
                                    

Update sebagai teman sahur pertama😊

HAPPY READING 💕

°•°

Sandra membuang muka ke luar jendela kereta kuda. Kini, dirinya sedang dalam perjalanan menuju istana untuk memenuhi undangan jamuan teh dari Putri Xavia. Ia tidak sendiri. Di depannya, ada Christopher mengenakan seragam akademi dilengkapi pedang yang menggantung di pinggulnya.

Pagi tadi, Sandra dibuat heran oleh Christopher yang tiba-tiba muncul di depan kamarnya dan mengatakan ingin berangkat bersama. Katanya, dia ada keperluan dengan pangeran.

Awalnya, Sandra ingin menolak karena membayangkan dirinya hanya berdua dengan Christopher pasti akan sangat canggung. Tetapi, ia tidak sempat membantah karena Archduke Nearsen yang ikut nimbrung dan mengatakan mereka harus satu kereta kuda.

Sandra berdecak pelan. Suasana hatinya sama sekali tidak bagus akhir-akhir ini. Dirinya seperti sedang datang bulan setiap harinya.

Rupanya decakan Sandra didengar oleh Christopher. Pemuda itu menoleh, memberi tatapan datar sebisa mungkin.

"Sepertinya kau sangat membenci ide tentang kita naik kereta kuda bersama."

"Kalau kau sudah tahu, kenapa masih memaksa berangkat bersamaku?"

"Tidak ada yang perlu disesali. Lagi pula kita sudah berangkat bersama. Protes mu tidak akan berguna."

"Apa dari tadi aku protes soal itu? Aku hanya diam."

"Mulutmu tidak berbicara, tapi ekspresi kaulah yang memberitahuku."

Sandra mendelik sebal. Selanjutnya ia hanya diam, malas mendebat Christopher.

Tidak butuh waktu lama, kereta kuda Nearsen sudah memasuki halaman istana. Saat sudah benar-benar berhenti, pintu dibuka oleh prajurit dan Christopher keluar lebih dulu.

Lagi-lagi Sandra dibuat membeku saat melihat uluran tangan Christopher untuk membantu dirinya turun. Ia menghela napas pelan. Lalu, menerima uluran tangan itu dan turun dari kereta kuda.

Dejà Vu.

Uluran tangan itu sama persis seperti yang terakhir kali ia rasakan saat hari debut kemarin. Saat ia menerima uluran tangan ayahnya.

Sandra kira setelah turun dari kereta kuda mereka akan berpisah. Ternyata tidak. Christopher masih berjalan di sampingnya saat ia menuju tempat jamuan teh diadakan.

"Pergilah, Chris. Pangeran pasti menunggumu," pinta Sandra tanpa menghentikan langkahnya.

"Kau mengkhawatirkan Pangeran?"

"Tidak. Aku hanya merasa kasihan pada beliau karena memiliki kesatria yang lelet sepertimu."

Dapat Sandra dengar tawa renyah di sampingnya. Ia menghentikan langkahnya, memastikan siapa yang sedang tertawa.

"Kau tertawa?" tanya Sandra mengernyit dalam melihat Christopher yang masih tertawa. Tidak mengerti apa yang lucu.

Chris mengatupkan bibirnya. "Tidak."

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang