Chapter 49

5.8K 864 53
                                    

Jangan lupa tekan vote dan tinggalkan komentar, terima kasih banyak buat kalian semua yang udh baca Lairene sampai tahap ini + meninggalkan jejak. Aku beruntung banget punya kalian

HAPPY READING 💕

°•°


Sandra tidak tahu apa yang salah, tetapi kepalanya terasa pening memikirkan kemarin-percakapan dua pekerjanya serta ungkapan Emiliana mengenai Xavier. Di satu sisi, Sandra gelisah mengingat bagaimana cerita pekerjanya yang mengatakan bahwa Xavier menyukai Emiliana. Tetapi, di sisi lain Sandra lega karena Emiliana hanya sekadar kagum pada Xavier.

Sandra tidak tahu harus bagaimana. Apa tidak ada seseorang yang bisa membantunya keluar dari kegelisahannya ini? Benar-benar sialan.

Apa iya Xavier memiliki ketertarikan pada Emiliana? Tetapi, jika dipikir-pikir itu bukan gagasan yang buruk. Sandra jadi punya alasan membatalkan pertunangan dan pergi dari Xavier setelah memusnahkan iblis sialan itu. Seperti tujuan hidupnya saat baru tiba di dunia ini. Yah, itu sih kalau Sandra berhasil bertahan hidup. Kalau tidak ... justru lebih bagus. Sandra jadi tidak perlu merasa sakit hati jika suatu saat nanti akan mendengar pengumuman pernikahan Xavier dan Emiliana.

Tapi ... tapi ... Sandra kesal kalau itu sungguhan terjadi. Membayangkannya saja sudah membuat dirinya ingin mematahkan leher seseorang, apalagi sungguh kejadian. Bahkan acara menyusup yang Sandra lakukan lagi semalam hampir tidak berjalan lancar. Dirinya hampir ketahuan prajurit kekaisaran jika tidak langsung melompat ke dalam kolam kecil dan menahan napas di dalam air.

Kenapa pula aku jadi seperti remaja yang cintanya bertepuk sebelah tangan? Ini bukan drama! Sadarlah, Sandra! Jangan mau diperalat perasaan bodoh! Kau harusnya mengutuk dirimu sendiri yang hampir ketahuan. Untung saja aku berhasil menaruh surat itu. Kalau tidak-

"Cassandra?"

Sandra tersentak akan panggilan itu, bahkan alat makan di tangannya sampai jatuh ke lantai. Seolah tersadar dari mimpi, gadis itu memandang sekitar dan menyadari bahwa dirinya sedang sarapan bersama pasangan Nearsen. Tidak terlewat para pelayan yang juga ikut menatap dirinya.

Sandra mengembuskan napas panjang, dan menunduk dengan mata terpejam. Berusaha menghilangkan isi pikirannya dan menetralkan emosinya. Dasar bodoh.

"Cassandra, ada apa?"

Sandra buru-buru mendongak dan menatap Archduchess yang memberi pandangan khawatir padanya. Sudah berapa lama dia menunduk? Alat makan yang jatuh sudah tidak ada, dan di depannya sudah ada alat makan yang baru. Sepertinya, dia memang sungguh bodoh. "Maaf atas ketidaksopanan saya, Your Grace. Tidak seharusnya saya melamun di meja makan."

"Kau memanggilku dengan sebutan itu lagi." Walau senyumnya terlihat sejuk, emosi dalam mata wanita itu terlihat sedih. "Apa kau sedang dalam suasana hati yang tidak baik? Sepulangmu dari toko kemarin, kondisimu kacau. Bahkan mata merahmu belum hilang sejak kemarin."

Mata merah? Belum hilang?

Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Sandra bergegas ke sebuah cermin yang tidak jauh dari meja makan. Kelopak matanya melebar ketika melihat sendiri warna matanya yang memang berwarna merah. Sandra mengucek matanya sendiri dengan kedua tangan, namun warna merah itu belum juga menghilang.

"Apa ini? Ini harusnya sudah hilang. Kenapa tidak mau hilang?" Sandra dengan panik terus mengucek matanya dengan keras hingga terasa perih. Gadis itu mendesis geram, "Dasar bodoh! Pergi kau, mata merah! Jangan ganggu aku!"

"Mata merahmu tidak akan hilang jika kau dalam suasana hati yang tidak baik, Sandra." Archduke berkata tegas. "Duduk dan tenanglah. Kau bisa melukai matamu jika terus seperti itu."

Lairene : The DESTINY Of Snow White Haired GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang