Pak Rafli mengantarkan Arga sampai simpang tiga itu lagi, selebihnya Arga bakal jalan sendiri, pak rafli menekuk wajahnya, "kenapa ga langsung ke rumah kamu aja, si?"
Arga menggelengkan kepalanya, "privasi"
"Beh, gayanya kek artis besar"
Arga terkekeh mendengarnya, pak Rafli termangu melihat guratan senyum di wajah muridnya itu, moment yang jarang terjadi.
"Kamu manis kalau senyum loh" Kalimat yang begitu spontan tanpa di pilah lagi membuat Arga kikuk.
Ia acap meneguk salivanya, remaja itu grogi di puji, karna seumur hidupnya, tak ada satupun orang yang memuji dirinya.
"Yauda Pak, pulang lah, uda mau sore juga!"
"Iya pasti, tapi, saya mau kamu datang keruangan saya besok, kamu harus wajib sekolah ya, besok!"
Arga mengangguk, ia juga tersenyum lagi kearah pak Rafli, membuat sang guru salah tingkah.
Saya harap senyum itu ga akan hilang.
Gumam pak Rafli.
.
.
.
.Besoknya, di jam pulang sekolah, Arga menepati janjinya untuk keruangan pak Rafli.
Pak Rafli senang melihat Arga sudah tak pucat lagi, benar dugaannya, anak ini kehilangan sosok panutan di hidupnya, ia hanya butuh support dari orang sekitar.
"Saya mau ngasih tugas tambahan buat kamu!"
"Ha?" Arga seketika cemberut.
"Kenapa?"
"Pak, kalau emang cuman di kasih tugas doang, saya ga harus capek capek kesini, di kelas tadi bapak bisa langsung kasih kan?"
"Emang kenapa? Kan sehat jalan kaki!"
Arga dongkol, "serah bapak lah!" Ia juga membuang pandangannya.
"Emang kamu berharap saya ngomong apa?"
Arga menoleh menatap pak Rafli, lagi-lagi manik mata mereka bertemu, cukup lama, sebelum suara ketukan pintu membuyarkannya.
Pak Bandi melenggang masuk dan seketika bibirnya tak tahan untuk tak menyindir karena melihat Arga yang juga berada didalam.
"Pak, sejam lagi kita bakal rapat membahas murid yang ga akan lulus karena attitudenya ga ada!" Pak Bandi menekan kalimat itu.
Pak Rafli mengangguk saja.
"Ga capek pak, sendirian mulu di ruangan?" Cicit pak Bandi.
"Saya lagi ga sendirian!"
"Ah iya, baru sadar" pak Bandi terkekeh.
"Silahkan keluar pak, ada yang mau saya bahas sama Arga!"
"Bahas apa? Berapa tarif ibunya sejam?"
Arga langsung membangkitkan tubuhnya, ia juga mendekati pak Bandi,
"Maksud bapak apa ya?" Protes Arga."Apa emang? Ya mungkin aja pak Rafli mau nyoba ibu kamu!"
Tak tahan Arga langsung melayangkan pukulan ke wajah pak Bandi, ga cukup sekali, ketika hendak melayangkannya lagi pak Rafli segera menahannya.
"Udah Arga, jangan bikin tangan kamu kotor sama orang kek pak Bandi" kalimat itu juga tak kalah menohok buat pak Bandi
Ia tersenyum sinis, "mau coba selamatin murid gajelas ini pak? Dia ga bakal bisa lulus! Jangan buang waktu bapak deh!"
"Saya bisa jamin, anak didik saya semuanya lulus!"
"Ga akan bisa jamin kalau si Arga ga dikeluarkan? Karna uda semena-mena sama guru?"
Tatapan pak Rafli nanar, ia mendorong tubuh Arga kebelakang punggungnya dan mendekatkan tubuhnya ke pak Bandi.
"Anda yang memulai!"" Saya ga perduli, yang terpenting anak haram ini harus keluar dari sekolah, dia uda buat citra buruk!"
Arga semakin berang, situasi seperti ini, membunuh lebih baik dari pada harga diri diinjak-injak, karna pak Rafli menahannya, imbasnya, membuat Arga dongkol ke gurunya itu.
"Bapak biarin pak Bandi pergi gitu aja?"
"Kamu uda mukul dia loh!"
"Ya kalau bisa saya bunuh aja dia!"
Pak Rafli mengusap gusar wajahnya, "jangan bodoh Arga!"
"Iya saya emang bodoh, diam saat harga diri di injak injak!" Kemudian berlalu dari hadapan pak Rafli.
Pak Rafli menyusun berkasnya asal ke tas nya, lalu menyusul Arga yang ternyata berada di halaman belakang sekolah.
"Saya minta maaf uda bilang kamu bodoh, kamu benar harga diri itu segalanya"
Arga membelakangi pak Rafli, ia marah terlebih pada gurunya itu, Arga mengacak rambutnya,
"ga dirumah dan disini, saya diperlakukan seburuk itu, saya capek ngalah, saya mau melawan tapi saya sadar apa yang mereka bilang itu fakta, saya anak haram, dan ibu saya seorang pelacur, saya nakal, ga punya attitude, bodoh, semuanya"Lagi-lagi ia memukuli kepalanya, pak Rafli mendekat dengan sigap memeluk Arga dan melindungi kepala remaja itu.
"Jangan siksa diri kamu Arga!"
.
.Karna kejadian semalam, juga kamera cctv di ruangan pak Rafli memperkuat bukti bahwa Arga menggunakan kekerasaan terhadap pak Bandi, pak Bandi melaporkan itu ke pihak sekolah, dan akhirnya Arga di sidang oleh guru BK di hadapan beberapa guru lainnya termasuk pak Rafli.
Masalah itu cepat menyebar ke seluruh kelas, dan tak satu siswa yang mengolok-olok Arga sebagai anak tak tau diri.
"Kalau bukan karena guru, lu ga akan bisa naik kelas anjing"
"Gila si, ga punya rasa balas Budi"
"Pantas aja si kalau dia ga lulus, tapi makin lama disekolah makin nyetak citra buruk!"
"Anak perek emang ga ada yang beres si"
"Mulut sampah kelakuan pun kayak sampah"

KAMU SEDANG MEMBACA
STEP FATHER
Teen Fiction"Bagaimana perasaan mu, jika kau mencintai ayah mu sendiri?" Arga si trouble maker itu hampir dikeluarkan dari sekolah gara gara tingkahnya, dan terancam tak lulus gara gara nilainya yang dibawah rata-rata, tapi guru sejarah nan baik hati membantu A...