"kak Arga!" Seseorang memanggilnya.
Arga menoleh,
"Aku Aldo dari kelas 11-b, salam kenal ya kak"
"Iya" ia mencoba menarik sudut bibirnya, Selain Jaya, akhirnya disekolah ini ada juga yang mau berbicara dengannya.
"Kakak belakangan ini perubahannya drastis ya, jadi lebih semangat!"
"Ha? Maksudnya? Lu perhatiin gua sedetail itu?" Arga menggaruk tengkuknya yang tak gatal
"Iya, wajah kakak lebih cerah sekarang, dibanding dulu, ketus, sombong, jutek lagi." Cibirnya.
Arga langsung mengingat pak Rafli dibalik perubahannya sekarang.
"Nah tuh, suka senyum-senyum lagi, eh iya, nanti malam ada acara ga kak? Aku mau ngajak kakak nongkrong"
"Nongkrong? Dimana?"
Ini juga kali pertama ada yang mengajaknya.Begitu lama sendiri, membuat remaja ini penasaran bagaimana rasanya nongkrong itu, dan langsung mengiyakan ajakan Aldo dan melupakan kegiatan lessnya nanti malam.
Bahkan tak mengabari sang guru.
Arga meninggalkan ponsel di laci meja kamarnya, membuat notifikasi dari pak Rafli memenuhi ponselnya, sedangkan ia dalam perjalanan menuju tempat tongkrongan teman barunya itu-Aldo.
Arga ternganga, menatap tongkrongan yang kata Aldo
"pasti lu nagih kesini"Ternyata sebuah klub bar yang berada di tengah kota Jakarta, Aldo mengajak Arga masuk kedalam, Arga ragu, ia benar-benar tak ingin berada di tengah keramaian, Aldi memaksa dan menarik Arga masuk.
Uluh hati Arga terasa perih, asam diperutnya ingin meluncur bebas keluar, yup Arga mau muntah.
Baru masuk saja Indra penciuman arga sudah disambut dengan wangi-wangian yang begitu menyengat; alcohol, wangi parfum dan keringat menjadi satu kesatuan, belum lagi dentuman musik yang menambah kedongkolan Arga.
Arghhhhh, ia tak tahan lagi dan berlari keluar.
Aldo menyusulnya,"Are u oke kak?"
"Menurut lu?" Arga mendelikkan matanya.
"Maaf, kalau gue bikin Lo ga nyaman"
Arga masih mencoba menstabilkan sesaknya, menarik nafas dalam-dalam, "oke, gue ga suka tongkrongan Lo"
Aldo mengangguk paham,
"Kalau gitu gue izin pulang!"
"Emm, gue antar mau?"
Arga menggeleng kepalanya, "gue bisa kok"
Ya setidaknya Aldo memesan taxi online untuknya.Tiba-tiba ditengah jalan Arga menepuk dahinya, mengingat kalau ia melupakan less nya malam ini, bahkan tak izin sama sekali, Arga merogoh kantung celananya, berharap menemukan ponsel disana.
Untuk kedua kalinya ia menepuk dahinya kuat, "Napa lu teledor banget si, bisa-bisanya ketinggalan"
Arga langsung memutar arah menuju rumah gurunya itu, dan ketika sampai di sana, sepertinya pak rafli sudah tidur melihat lampu yang telah padam, dan juga menyadari bahwa ini sudah larut malam-setengah dua belas.
Arga memilih pulang, dan menjelaskan semuanya disekolah.
****
Pak Rafli menggerutu, padahal banyak pelajaran yang akan dibahas malam itu, mengingat hari ini masih ujian ulangan, tapi Arga tak datang bahkan tak izin padanya.
Arga yang baru sampai ke sekolah melihat pak Rafli memarkir motornya, segera ia hampiri.
"Pak.."
Sang guru menoleh dengan wajah datar.
"Pak maaf saya ga izin semalam, karna-
"Karna kamu bosen kan?" Potong pak Rafli
Arga terdiam.
"Kamu sebenarnya serius ga si mau lulus?"
"Demi Allah, saya serius pak"
"Terus kenapa ga datang semalam?"
"Woi Arga!" Arga di kejutkan oleh teriakan Jaya,
"Enak lu kemarin ke klub ga ngajak ngajak!"Habis sudah, padahal Arga ingin mengatakan alasan yang lain, tapi malah fakta itu meluncur cepat dari mulut sahabatnya sendiri.
Arga menyikut pinggul Jaya dan melempar tatapan kesal padanya, jaya meringis dan langsung menyadari ada pak Rafli dihadapan mereka.
Pak Rafli berlalu meninggalkan Arga dan Jaya yang berdiri disamping motornya.
.
.
.Saatnya ulangan sejarah,
Pak Rafli menyodorkan kertas ulangan itu masih dengan wajah datar, Arga paham, ia tau ini salahnya maka dari itu ia harus membuktikan bahwa ia bisa mendapat nilai bagus seperti ulangan sebelumnya.
Ulangan pun berlangsung selama tiga puluh menit, dan semua hasil dibagikan saat usai ulangan tersebut kecuali milik Arga, ia diharapkan untuk menemui pak Rafli sepulang sekolah.
Arga mengerenyitkan dahinya, ia memikirkan kembali jawaban yang ia pilih, dan di pastikan lagi jawaban itu benar, tapi, kenapa pak Rafli-
"Lu ada hubungan apa si Ama pak Rafli?" lagi lagi Arga di kejutkan oleh pertanyaan Jaya yang tiba-tiba, Jaya heran, bukan kah dulu sahabatnya ini begitu membenci guru yang di cap aneh ini.
Arga melotot mendengarnya, "hubungan? Maksud lu hubungan apa si?"
"Sejenis cinta!" Seseorang menimpali, suara seorang gadis.
"Lu siapa si?" Arga langsung menghujam tatapan nyalang.
"Etssss, selow!" Ia menggeser tubuh jaya dan duduk disebelahnya, "gue Dinda" ia mengulurkan tangannya ke Arga.
Arga tak membalasnya, moodnya tak baik sekarang.
"Cabut deh lu, gue ga suka orang aneh!"
"Lu kan juga aneh!" Dinda juga melempar kalimat yang sama,
"Jelasin jaya!" Titah Dinda.
Jelasin? Arga bingung.
"Dia pacar gue, Ga!"
....

KAMU SEDANG MEMBACA
STEP FATHER
Teen Fiction"Bagaimana perasaan mu, jika kau mencintai ayah mu sendiri?" Arga si trouble maker itu hampir dikeluarkan dari sekolah gara gara tingkahnya, dan terancam tak lulus gara gara nilainya yang dibawah rata-rata, tapi guru sejarah nan baik hati membantu A...