Warning 18+
Arga lebih dulu sampai, dan langsung mamasuki bascamp tersebut, namun tak ada hal yang mencurigakan, tak ada tanda-tanda Jaya disiksa-dihabisin-atau apalah itu, intinya, bascamp dalam keadaan kosong dan sepertinya sudah lama kosong, terlihat dari lumut yang menghiasi tembok dinding itu.
Jaya tertawa sinis, baru menyadari ini akal-akalan Jaya dan Dinda, entah rencana apa yang mereka buat, saat ingin menghujami beberapa pertanyaan, Dinda tak ada dibelakangnya, ia hilang begitu saja.
Dan tiba-tiba, suara derap sepatu bergema memasuki ruangan itu juga, sang pemilik sepatu itu mencari seseorang yang akan ia tolong, memastikan seseorang itu selamat, namun, baru melangkah masuk netranya bertemu dengan netra itu lagi, si pemilik senyum manis, yang sukar untuk dilupa.
Arga tak berkedip ketika melihat dihadapannya ada pak Rafli, mereka saling bertukar pandang, lekat, beberapa menit, waktu seperti dijeda, mereka bak pasangan yang lama berjumpa dan ingin memeluk satu sama lain, tapi terhalang oleh ego dan gengsi.
Kikuk, canggung, itu yang menggambarkan situasi mereka sekarang, ingin sekali Arga menanyakan kabar gurunya itu, tapi, ia masih terbayang rasa sakit akibat ucapan pak Rafli, lantas ia berjalan dan ingin melalui sang guru begitu saja.
Tapi, pak Rafli mencegatnya, ia sigap menangkap lengan kiri Arga, tatapannya sendu, benar-benar merasa bersalah.
"Saya minta maaf, saya ga bisa kontrol emosi saya, saya uda bilang, saya sayang sama kamu!"Arga menepis genggaman itu, ia membuang pandangannya, "sakit, saya anggap bapak itu penting dalam hidup saya, perubahan baik terjadi tapi bapak juga yang membakar itu semua!"
"Saya ga mau kamu diamin kayak gini Arga! Saya janji ga ngulangin lagi!"
"Bapak kenapa sih, kenapa perhatian bapak itu beda ke saya? Bapak bikin saya bahagia, lalu nyakitin, saya mau lupain bapak tapi saya ga bisa, saya terlanjur cinta sama bapak!" Arga membiarkan lelehan bening itu mengalir deras di pipinya.
Jaya dan Dinda hampir teriak kegirangan, air mata jaya tak bisa membohongi perasaannya kalau ia bahagia melihat sahabatnya itu menemukan orang yang dicintai.
Pak Rafli memegang kembali kedua tangan Arga, "saya jujur, kalau bilang, saya sayang sama kamu!"
Arga mendengus, "sayang? waktu saya bilang saya mau jadi pacar bapak, bapak ga bisa jawab, tapi setiap hari bilang sayang sama saya, bapak sadar ga si bapak itu-
Pak Rafli tak membiarkan Arga melanjutkan ucapannya, ia menarik tengkuk Arga dan mencium bibir sang murid, tapi Arga mendorong kasar tubuh pak Rafli.
Yahhhhh, baru saja, Jaya dan Dinda kegirangan,eh, Dibuat dongkol lagi Ama sikapnya Arga yang gensian!
"Saya ga mau lakuin ini lagi kalau ga ada status sama bapak, saya-
"Sstttt" pak Rafli menutup mulut Arga dengan jari telunjuknya, sepertinya, gurunya ini hobi membungkam mulut Arga.
"Saya jujur sayang sama kamu, cinta sama kamu, and u will be mine, Arga?"Dada Arga berdesir, jantungnya berdegup kencang, bahkan jika boleh, ingin sekali jantung itu keluar dari tempatnya, lihatlah, pipi Arga merona, ia tersipu, kalimat itu yang dia tunggu-tunggu, dan kini sudah lantang diucapkan oleh seseorang yang begitu ia cintai.
Tak ada alasan untuk menolak, Arga pun sama, tak ingin jauh-jauh lagi dengan pak Rafli.
"Jawabannya apa woi!" Teriak jaya diambang pintu.
Membuat Arga dan pak Rafli terkekeh malu, pak Rafli menggerakkan serempak alisnya,
"Bagaimana?"Arga mengangguk sembari menundukkan wajahnya, tak tau betapa malunya dan bahagianya dia hari ini, pak Rafli langsung memeluk Arga lembut, mengelus-elus rambut Arga dan membisikkan sesuatu di telinga kekasihnya itu.
"Tidur dirumah saya, malam ini, mau?"
Pipinya makin merona, situasi sekarang membuatnya ingin berteriak sekencang-kencangnya.
Yup, akhirnya hari ini Arga akan di unboxing.
....
Dirumah pak Rafli,
Sang guru memberikan baju ganti untuk Arga, Arga meraihnya, dan melebarkan kaos itu, "besar banget pak! Ini kebesaran buat saya!"
"Kamu lucu pakek kaos yang oversize gitu, jadi tambah gemes pengen gendong kamu ke kamar!"
Arga terkekeh karena pak Rafli menggodanya, wajah polos saja tak menjamin tingkat mesum seseorang, dan ternyata sang guru sedikit mesum.
Lihatlah sekarang pak Rafli terbaring dipangkuan Arga, sembari memandangi indah wajah kekasihnya ini, Arga, dia masih saja tersipu, malu malu karna sikap pak Rafli setelah pacaran itu sangat jauh berbeda, dia lebih intim.
"Emm bapak-
"Mas, panggil mas aja!" Kan, mas Rafli hobi sekali membungkam mulut Arga dengan tangannya.
"Ma-mas-mass"
Mas Rafli terkekeh, " kita sore ini mau makan apa?"
"Apa aja mas" Arga menjedanya sebentar, "iya mas hehehe"
Mas Rafli tertawa terbahak-bahak, kekasih remajanya ini benar-benar membuat perutnya tergelitik, tangan mas Rafli menjalar hingga ke puting Arga dan memelintir puting itu, padahal masih dibaluti kemeja sekolahnya.
Arga mendesah, saat mas Rafli berdiri dan mulai melepaskan kacing bajunya satu persatu, Arga buru-buru menghentikannya membuat mas Rafli heran.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Takut" jawab Arga seadanya, tapi, jujur remaja itu benar-benar takut apalagi ini kali pertama buatnya.
"Mas tuntun kamu, tenang aja ini nikmat kok bukan sakit, kita kekamar ya?" Ajaknya.
Arga mengangguk, dan mengikuti langkah kaki mas Rafli menuju kamar, baru di bibir pintu dan tanpa ditutup, mas Rafli langsung melumat bibir Arga, Arga membalasnya, ciuman mereka semakin panas ketika lidah mereka saling bersentuhan.
Mas Rafli mengubah posisinya, dengan memeluk Arga dari belakang, dan menciumi bagian tengkuknya, desahan mereka menambah kenikmatan, hingga tak terasa sesuatu mengeras dibalik celana keeper hitam itu, milik mas Rafli menegang sudah, kala menggesek-gesek kepunyaannya di sela-sela bokong Arga.
Tangan masnya itu menjalar ke penis Arga yang juga sudah mengeras, bentuk yang cukup besar, lalu membisik di telinga Arga,
"Mas fuck ya?"Arga menggeleng cepat, ia takut akan terjadi apa apa pada lubang anusnya, entah robek atau tak akan bisa keluar alias gancet.
"Hahahhaa" mas Rafli tertawa terbahak-bahak, " ya, ga sampai gitu juga sayang, kita main aman kok"
Arga tetap menggelengkan kepalanya, tanda ia tak mau, mas Rafli pasrah, bagaimanapun ia tak bisa memaksa Arga, apalagi dia masih dikatakan dibawah umur, beri Arga proses.
"Aku bj in aja ya?" Tawar Arga, dia juga merasa kasihan melihat mas Rafli yang sudah turn on karenanya.
Arga meluncuti celana keeper itu, juga boxer yang menutupi penis mas Rafli, dan akhirnya terbebas juga, mata Rafli membulat sempurna ketika menyadari, ini sangat besar, apa muat di mulutnya dan boolnya nanti?
Ah, tanpa mikir panjang Arga langsung menenggelamkan penis itu pada pangkal tenggorokannya, sesekali membuatnya tersedak tapi hal itu, malah terasa begitu nikmat di mas Rafli hingga tubuhnya sampai bergetar hebat.
Mas Rafli menjabak rambut Arga, memaju-mundurkan kepala Arga, sesekali mendorong paksa hingga membuat Arga tersedak lagi, tapi kali ini lebih lama karna akan mencapai klimaks,
Arghhhhhh, i wanna cum, baby!
Dan akhirnya, pejuh itu berceceran mengenai wajah Arga, mas Rafli langsung sigap mencium lembut bibir Arga, dan menggendong tubuhnya ke kamar mandi, karna tadi Arga tak sempat mengganti baju sekolahnya.
......
Noted: ingat warning hanya untuk 18+ keatas ya! Xixixix

KAMU SEDANG MEMBACA
STEP FATHER
Teen Fiction"Bagaimana perasaan mu, jika kau mencintai ayah mu sendiri?" Arga si trouble maker itu hampir dikeluarkan dari sekolah gara gara tingkahnya, dan terancam tak lulus gara gara nilainya yang dibawah rata-rata, tapi guru sejarah nan baik hati membantu A...