bab 35

1.6K 130 11
                                    

.FLASHBACK.

POV LAYLA

"ssstttt diam Nak!" tangis bayiku ini semakin mengiris hatiku, bayi mungil yang baru beberapa hari lahir dari rahimku, yang harus aku titipkan ke panti asuhan.

tega, tak pantas kau disebut seorang ibu,

mungkin kalimat itu cocok untuk aku yang tak tau diri, lari dari tanggungjawab, kalau pun aku mengasuhnya, mau diberi makan apa dia? dengan seorang pengangguran seperti aku?

cukuplah satu yang ku asuh, Arga, itupun  aku titipkan Arga dengan Neneknya, lantas bagaimana nasib Aldo?

aku menamainya Aldo,

aku tak ingin nasib Aldo sama seperti kakaknya, yang luntang-lantung tak terurus, dengan cepat aku meninggalkan Aldo yang telah dipangku oleh seorang pengurus di panti asuhan, berusaha tak menggubris tangisannya yang begitu melengking.

kedua putra ku terselamatkan, dan aku kini tinggal dijalanan, tergopoh-gopoh mengais sesuap nasi, ingin sekali pulang lalu melihat Arga namun aku terlalu malu untuk pulang, mengingat sudah ada noda hitam di tubuhku.

Kejadian itu membuatku malu, rela mengotori wajah ibuku dengan menjadi simpanan, padahal aku sendiri pun tak tau kalau aku adalah simpanannya.

Saat itu, hidupku dititik paling rendah, setiap hari menit detik aku merutuki diriku, kotor, menjijikkan, tak ada harga diri sama sekali.

jika semua orang mencoba self love, aku malah kebalikannya, I HATE MY SELF.

sudah ada tiga orang terluka ku buat, tapi, aku juga sama, sama terluka seperti mereka.

Argh tidak, aku tak boleh menerima pembelaan bahkan oleh pikiran ku sendiri, aku emang pantas dibenci bahkan oleh diriku sendiri.

Sejak saat itu, aku melupakan setiap nilai kebaikan, aku sudah kotor lalu untuk apa aku menyisakan hidup ku untuk membersihkannya, kalau sampai detik ini aku masih menderita.

lebih baik terjun saja,

ke dunia malam, menjadi budak sex alias pekerja seks komersial, (psk) dari kerjaan itu aku bisa mengumpulkan pundi-pundi uang, dan membeli rumah, lalu menjemput ibuku dan Arga, rumah itu juga menjadi tempatku berkerja atau sarang kemaksiatan.

namun aku belum sanggup menjemput Aldo, apalagi saat aku menyadari dia sudah mempunyai keluarga baru, ekonomi stabil, citra yang baik, dan hidup dalam kebahagiaan.

fokusku hanya untuk Arga.

tapi setiap hari hatiku bertanya, bagaimana nanti kedua anakku bertanya siapa ayah mereka? apa mereka bisa menerima kalau mereka satu ibu beda ayah?

......

"Maafin mama kalau ga tanggung jawab sama kamu Al" tangis layla pecah, "mama sadar ga bisa jadi orang tua yang baik buat kalian, mama sepengecut itu!"

Aldo tertegun mendengar penjelasan sang mama, selama ini hidupnya emang tak serba kekurangan, tapi, tetap saja orang tua asuh tak bisa membandingi pengorbanan orang tua kandung, perjuangan itu, kerja keras dan rela berkorban.

"kalau gue jadi Lo, gue bakal marah!" Sungut Arga, adegan nangis-nangisan tak begitu menarik, ia pun memilih meninggalkan Aldo dan mama.

"iya, kamu bebas marah sama mama, bahkan pukul kalau bisa, biar kamu lega, mama senang kamu disini kita ngumpul lagi, tapi mama ngerasa bersalah Uda ninggalin kamu!"

Aldo masih termangu, dengan mata yang berkaca-kaca.

"jangan diam aja Al, pukul mama, biar mama tenang!"
dia menarik tangan Aldo, meletakkannya diatas kepalanya, menyuruh Aldo untuk memukulnya, "pukul Al!"

Aldo menepis tangan itu, ia langsung memeluk tubuh Layla, lihatlah orang tua asuhnya berhasil mendidik Aldo, dia tumbuh menjadi anak yang baik, jika Arga melihat dari sisi gelap mama, maka dia melihat dari sisi positif nya,

bagaimana jika Aldo yang berada di posisi Mama? apa dia sanggup?

Aldo mengusap setiap lelehan bening yang lolos dari mata mamanya, ia menepuk lembut pundak Layla,
"aku marah, benci, karna mama egois, tapi perlahan aku sadar, jika aku di posisi mama pasti aku ngelakuin hal yang sama, dan itu ga salah sama sekali, mama rela berkorban buat kebahagiaan aku dan kak Arga"

mama tertegun mendengar ucapan Aldo.

"Mama kuat uda bertahan sejauh ini, dan aku bangga sama mama"

air mata kembali jatuh, ia tak bisa menyembunyikan perasaan harunya, bahkan bongkahan batu besar yang menimpa dadanya, kini telah hilang, dan akhirnya bisa bernafas lega.

"maafin aku ya ma, aku juga salah"

Layla menggeleng cepat kepalanya, "ga sayang, kita semua ga ada yg salah, ini takdir, bahkan takdir juga yang mempertemukan kita, kita cuman dijebak oleh kesalahpahaman, tapi sekarang nasib baik sedang di pihak kita"

Arga mendengarkan seksama dari balik pintu, "nasib baik?" seketika dadanya berdesir, hatinya melengos, pandangan sang mama benar, ketika kau dijanjikan lantas kau pun akan berharap, tak ada yang salah dari pernyataan sang Mama itu, mungkin nasib baik sedang singgah di Mama dan Aldo saja.

STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang