sang Dandelion~
"Acha....
"namaku Layla Amira bukan Acha!"
"itu panggilan sayang aku ke kamu!"
"sayang?"
"iya"
"buktiin kalau kamu sayang aku!'
"itu buktinya, " dengan menunjuk perut Layla yang menggembung, sijabang bayi bergerak ketika sang ayah menunjuknya.
"nikahin aku!"
"bisa mati aku"
....
"hei" Adrian menyadarkan Layla dari lamunannya, "kamu kenapa mba?"
Layla menatap Adrian datar, "sejak kapan kamu manggil aku mba?"
Adrian tersenyum manis, hampir saja Layla kembali jatuh."kamu kan Kaka ipar aku, masa aku ga sopan?"
Layla memutar bola matanya malas,
"sini tangannya!"Adrian mengerenyitkan dahinya, ia tak paham, Layla menghembuskan nafas berat, kemudian menarik paksa lengan kekar itu.
"siku kamu luka!"Adrian melirik kearah sikunya, ada darah mengalir pelan dari pinggiran sikunya itu, ia meringis sakit saat Layla menepuk pelan siku itu dengan tisu basah, lalu mengoleskan Betadine— menempelkan plester menutupi lukanya.
"mungkin tadi jatuh pas mas Rafli mukulin kamu"
Adrian mengangguk membenarkan, " dasar cowok—" dan langsung menghentikan ucapannya ketika menyadari bahwa ini sama saja membuka aib saudaranya sendiri.
Layla terlanjur penasaran, ia menunggu Adrian melanjutkan ucapannya, namun tak kunjung bahkan Adrian mengalihkan pembicaraan,
"eh, kamu mba gimana ka-
"lanjutin apa yang mau kamu bilang!" titahnya.
"yang mana?"
"Rafli itu cowok apa?"
"ah engga, canda doang itu mah!" Layla tau Adrian ngeles, tawanya terlihat tak natural dan seperti menyembunyikan sesuatu, Layla semakin penasaran, dan hanya bisa merespon -oh saja.
"denger aku, mba kurusan ya? sakit? atau ga selera makan?"
"ga enak badan doang"
"mau aku buatin soto ga?" Adrian terlihat antusias.
"soto ayam yang dulu pernah-
Adrian terkekeh kecil saat Layla ikut larut sama kenangan mereka dulu, namun kini malah jadi canggung.
"iya, enakkan? kalau aku buatin lagi mau?" tawar Adrian.
hanya dibalas anggukan datar Layla, padahal dalam hati Layla senang, ia merasa hangat didekat Adrian walau terkadang kenangan buruk itu sekilas teringat.
sakit dan nagih begitu rasanya.
.
.
.
Layla membiarkan Adrian bergelut di dapur beberapa menit, tak tahan dengan wangi aroma dari soto itu, tanpa sadar kakinya membawa Layla mendekati Adrian."loh, belum selesai kenapa kesini?" tanya Adrian heran saat menoleh mendapati Layla dibelakangnya.
"emm, wanginya e-enak" Layla menggaruk tengkuknya yang tak gatal, gugup menggerayangi tubuhnya sekarang.
"ayam suwir nya Uda dimasukin?" tanya Layla, ia mengitari pandangannya, melihat apakah Adrian masih lihai memasak seperti dulu.
"ga sekeren Rafli tapi"
"ha?"
"pasti mikir aku masih jago apa engga, yakan?"
"Uda jadi cenayang sekarang?"
"nebak aja" kekehnya.
soto itu jadi, Layla duduk dengan menelungkupkan kedua tangan diatas meja, menunggu makanannya dihidangkan, Adrian tak bisa menyembunyikan rasa yang menggelitik di perutnya apalagi ketika memerhatikan tingkah lucu Layla seperti bayi yang menunggu jadwal makanannya.
Layla menatap heran Adrian yang tengah berjalan kearahnya sambil tertawa, menghidangkan makanan itu pun juga tertawa-tawa.
"kenapa?" tatapan Layla menyelidik.
Adrian mengedikkan bahunya, lalu soto milik Layla di lumuri bawang goreng diatasnya, dan makanan siap disantap,
"silahkan di makan nyonya" Adrian menunduk memberi hormat.kali ini malah Layla yang dibuat terkekeh karena tingkah Adrian, ini yang disukai Layla, Adrian itu multifungsi, dia bisa menyesuaikan diri dihadapan Layla, apapun situasi hati wanita itu.
"aku mau-
"ada yang mau aku-
mereka berujar serempak, Adrian menyuruh Layla lebih dulu, dan Layla malah melempar perintah yang sama, sampai akhirnya Layla memutuskan dia lebih dulu.
"apa yang sebenarnya kamu bicarain sama mas Rafli tadi siang? dan paper bag itu apa isinya? punya siapa?"
Adrian tertegun, ia bingung harus menjawab apa, deretan pertanyaan itu membuat tubuhnya mengerjap,
"emmm aku masih ga yakin mba, gimana aku selidiki dulu? kalau benar dugaan ku, aku kasih tau ke kamu mba""dugaan apa?"
mampus Adrian, pertanyaan Layla membuatnya kalut, Adrian mati pembahasan, ia bingung topik apa yang bisa mengalihkan pikirannya tentang Rafli.
"kalau kamu ga mau, aku bisa cari tau sendiri!"
"ga mba, aku akan bantuin kamu, tapi apapun yang aku dapat jangan cepat menyimpulkan ya? jangan langsung gegabah marah ya mba? sabar dan kita cari sama-sama jalan keluarnya, kasih aku waktu tiga hari, ya?"
Layla mengangguk paham, setelah selesai makan, dan menghantar Adrian pergi, tungkai nya menelusuri taman kecil disebelah rumah yang banyak dihuni oleh dandelion.
Senja menyoroti Layla dan jejeran dandelion itu, hembusan angin menerpa bunga tersebut hingga terbang terbawa angin, Layla menikmati dua pemandangan indah di hadapannya, saat senja menyorotnya ia pun mengambil kesempatan ini dengan berputar indah sembari bersenandung merdu, dengan ditemani helai-helai dandelion yang ikut memutari tubuhnya.
.
.
Bunga indah nan rapuh itu berasal dari dataran Eropa, ia mewakili matahari, bulan dan bintang, katanya begitu, namun, sifat pemberani sang bunga tertutup oleh biji rapuh yang terbang terbawa angin.tapi, tetap terbang mengikuti alur angin sampai angin itu berhenti sendiri—barulah ia menapak pada tanah, bunga yang kuat, ia mampu tubuh dimana pun walau sekelilingnya menjalar semak belukar.
bunga cantik ini juga mengingatkan Layla pada sosok seseorang yang pernah masuk dalam hidupnya, juga sebagai cinta pertamanya.
dia kuat, namun rapuh, dia baik tapi juga licik, jika sesuatu yang indah hilang dari pandangannya, maka sampai ke ujung dunia pun akan ia cari, sesuatu nan indah itu harus kembali padanya, menjadi miliknya, walaupun ia sempat singgah dan melukai beberapa hati.
seseorang itu mempunyai kesamaan dengan dandelion,
tumbuh di semak belukar, yang dimana lingkungan sekitarnya mengajarkan padanya menjadi pribadi yang licik, dan tak pernah mau mengalah.
bahkan ia meninggalkan bekas yang teramat dalam untuk Layla, dimana seseorang itu penyebab layla menjadi seorang wanita penghibur..
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP FATHER
Teen Fiction"Bagaimana perasaan mu, jika kau mencintai ayah mu sendiri?" Arga si trouble maker itu hampir dikeluarkan dari sekolah gara gara tingkahnya, dan terancam tak lulus gara gara nilainya yang dibawah rata-rata, tapi guru sejarah nan baik hati membantu A...