bab 15

1.9K 134 4
                                    


" I have a boyfriend!" Ucap Layla ketika Arga berada di dapur bersamanya.

Arga tak menggubris, ia hanya fokus membuat sandwich di larut malam ini.

"Arga! Ini serius, kita akan benar-benar jadi keluarga normal"

Arga mengehentikan kegiatannya, lalu menoleh menatap Layla.
"How about Adrian? Sekarang siapa lagi? Yang baru? Dan janji baru lagi? I don't want to expect anything from you anymore"

"But I'm seriously, bunda mau hubungan kita baik baik aja Ga, bunda mau semuanya kayak dulu"

Arga menghela nafas, "show me, ke seriusan itu, dan semoga bisa jadi awal yang baik" ucapnya lalu kembali masuk kedalam kamarnya.

Secercah harapan menghampiri Layla, apalagi ketika mengingat keseriusan Rafli yang akan meminangnya membuat tekad Layla semakin kuat, bahwa ia tak akan mengecewakan putra semata wayangnya itu.

Dan sebentar lagi Layla akan meninggalkan luka lama itu juga menggapai impian yang sudah berada di depan mata.

****

"Lu gapapa?" Tanya Jaya.

Arga menyentuh bahu sahabatnya itu, "doain ya, bunda gue mau nikah, dia mau memperbaiki semuanya"

Jaya tersenyum lega, ia juga langsung memeluknya, menepuk-nepuk punggung Arga, tak lupa memberikan ucapan selamat akan impian terbesarnya ini.

Ya, Arga tak pernah mau menjawab jika ada yang menanyakan cita-cita atau impiannya, karena semuanya akan sukar digapai, berekspektasi hanya menyisakan sakit, tapi jauh dilubuk terdalam, impiannya itu adalah, mempunyai keluarga yang utuh.

Hanya itu.

Arga berlari kecil menuju ruang pak Rafli, ia tak sabar memberitahukan hal bahagia ini, mengingat semua kabar baik yang terjadi semenjak pak Rafli masuk kedalam hidupnya.

Jadi tak ada alasan untuk tak memberitahu gurunya itu.

Sangking senangnya Arga tak mengetuk pintu itu dan nyelonong masuk membuat pak Rafli kaget karna suara dobrakan pintu, pak Rafli memicingkan matanya melihat arga tersenyum, jarang hal ini terjadi.

Arga menutup pintu itu lagi lalu sigap memeluk tubuh jakung pak Rafli, pak Rafli membalas pelukan Arga walau dia tak tau apa alasan Arga memeluknya.

"Ga, ada apa?"

Arga melepas pelukannya, "pak, bunda saya mau nikah, jujur, ini yang Arga mau, pak. Semuanya bakal kembali seperti dulu"

Pak Arga tersenyum bahagia mendengarnya, ia kembali memeluk Arga, pelukan kali ini begitu lembut membuat Arga mati kutu, hingga mendengar jelas suara debaran jantung pak Rafli.

Arga mendongakkan kepalanya menatap wajah pak Rafli begitu sebaliknya, pak Rafli menatap manik indah Arga, lalu beralih pada bibir mungil berwarna merah muda itu, hasratnya ingin sekali mengecup pelan ukiran indah itu.

Lagi-lagi suara ketukan pintu mengganggu moment indah yang sedang terjadi, Arga izin kembali ke kelas.

Sepanjang jalan menuju kelas, ia menanyakan perasaan apa yang muncul ketika melihat wajah sang guru, begitu dalam hingga tak bisa satu hari saja tak melihat wajah itu.

Disisi lain, pak Rafli memikirkan hal yang sama, perasaan itu semakin kuat, ia ingin memiliki Arga, mendekap tubuh itu, mencium bibir Arga tiap hari, namun sadar bahwa itu tak mungkin mengingat sebentar lagi dia juga akan menikah.

Disaat rasa nyaman mulai terasa, mereka lupa bahwa ada benteng besar yang berada ditengah-tengah mereka.

Benteng yang terbuat dari lapisan beton dan kawat itu akan susah dihancurkan, dan tak mungkin dua manusia lemah menghancurkannya begitu saja.

STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang