bab 17

1.7K 121 1
                                    

Di halaman belakang sekolah,

"lu kok bisa suka sama model cwek kek gini si?"

Menyindir dibelakang bukan Arga namanya, langsung didepan yang bersangkutan.

"Cinta Ga" jawab polos Jaya.

Arga bergidik mendengar jawaban dari Jaya, gila, sahabatnya bucin juga, lalu sorot nyalang itu beralih ke Dinda,
"Lu kasih apa ke sahabat gue? Pelet?"

"Dih, anjing ye, ini namanya true love, paham ga lu?" Dinda tak terima.

"Bocah ngomongin true love, ujungnya kecewa nyalahin takdir, kebaca alur hidup lu!"

"gue pengen ada kenangan di sekolah ini Ga, makanya gue pacaran sama Dinda"

"Huum" Dinda mengiyakan, "apalagi yak, kita itu se server, mata-matai lu!"

"Ha? Maksudnya?"

Jaya dan Dinda saling tatap-tatapan sebelum serempak menatap Arga dan menjabarkan hasil pantauan mereka

Pantauan itu dilakukan selama seminggu, bermula ketika jaya, mendapatkan bukti yang mengejutkan tentang Arga juga pak Rafli, lalu, membentuk agen rahasia guna mengungkap apa yang terjadi diantara guru dan murid ini.

Gue agen Dinda, gue curiga lu ada hubungan sama pak Rafli, karena cuman lu murid yang bolak balik dari ruangan pak Rafli!

"Gue ada less tambahan sama dia, jadi pernyataan Lo ga make sanse"

Diem! Gue agen Jaya, lu pernah bilang, pak Rafli aneh, lu benci banget sama guru modelan kayak dia, kenapa sekarang setiap pak Rafli lewat lu senyum ke dia, kenapa? Bisa jelasin?

"Ya karn-

Ya karena lu cinta sama dia, lu uda ada rasa kan?

"Aneh, gue normal!"

Denial, lu pernah bilang sama Jaya, kalau Lo pernah trun on sama cowok telanjang dada, right?

Arga menggelengkan kepalanya, tak menyangka jaya se-bocor, ini, Arga marah dan enggan menatap wajah Jaya.
"Gue ga ada hak menjawab pertanyaan ga masuk akal tadi!"

Dan paling pokok, kita ada bukti lu ciuman sama pak Rafli di tempat kita sekarang ini-dinda

Setuju, gue yang liat, dan gue yang Poto, lu mau liat?

Habis kesabaran Arga, sahabatnya ini tak bisa menyimpan rahasianya baik-baik.

kalian mendengarnya?

Bunyi desiran dada Arga, ketika kedua orang aneh didepannya mendapati Arga berciuman dengan pak Rafli.

Arga bungkam, ia mengakui bukti itu, tapi masih tak paham kenapa ia mau melakukan itu, atas dasar cinta? Arga tak pernah mempercayai cinta, sexualitas? Arga menyangkal kalau dia berbeda.
"Demi tuhan gue masih normal, gue juga bingung kenapa gue mau!"

"Cinta!" Serempak mereka lagi.

Arga menghela nafasnya berat.

****

Cinta? Gue jatuh cinta Ama guru gue sendiri? Ah masa si? Ya kalau ia kenapa emangnya?

Argaaaaaaa, ingat, lu tuh normal, masa-

"Kamu bisa cepat ga si jalannya?"

Arga di kagetkan oleh suara pak Rafli, baru saja ia memikirkan pria ini, sekarang dia berada di sampingnya, dan bahkan menggenggam tangannya.

"Ayo cepat ke ruangan saya!"

Arga ternganga lebar, ia mengikuti langkah kaki pak Rafli, detak jantungnya berulah lagi, entah kenapa ingin sekali mengutarakan perasaan aneh ini pada gurunya itu, tapi takut jikalau hanya dia yang merasakannya, sedangkan pak Rafli tetap menganggapnya seorang murid.

Ga lebih.

Helaan nafas Arga terdengar oleh pak Rafli, mereka sudah berada di ruangan sekarang, lalu pak Rafli menyodorkan secarik kertas pada Arga.

"Itu hasil ulangan kamu!"

Arga memejamkan matanya, ia menarik nafas dalam-dalam tak sanggup melihat kertas itu, menebak pasti hasilnya tak sesuai harapan.

"Jangan buka, saya mau nanya!"

Alis Arga bertaut, "apa itu pak?"

"Menurut kamu, apa nilai kamu bagus?"

Ia meneguk salivanya kasar, jelas Arga menggelengkan kepalanya tanda ia tak yakin akan hasil ulangannya.

"Bagaimana untuk ujian nasional, kalau ulangan aja kamu ga yakin sama jawaban kamu sendiri?"

Arga terdiam.

"Menurut kamu apa kamu Uda menjawab dengan benar?"

"Iya pak, saya yakin jawaban saya benar, dan nilainya tak mengecewakan!"

"Seberapa yakin kamu?"

"Ya saya ga tau kan, arghh" Arga frustrasi, "tadi saya jawab ga yakin bapak marah, pas saya yakin, bapak meragukan, saya juga jadi ragu pak!"

"Ga konsisten! Ga ada pendirian, gimana mau lulus?"

"PAK! KAN BA-

Pak Rafli mendekati Arga, dan memeluk lembut tubuhnya, menenggelamkan Arga di dekapan dadanya, lalu mengelus kepala muridnya itu.

"Saya minta maaf, saya ga ada niat bikin kamu marah tapi saya hanya mau memastikan kalau kamu serius sama saya!"

"Ha? Serius sama bapak?"

"Ah, maksudnya serius belajar sama saya!"

"Ahh begitu"

....

STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang