3 hari menuju pernikahan bunda.
POV ARGA.
Rasa sepi di tengah-tengah keramaian ini begitu menyiksaku, entah berapa kalinya aku membuang nafas berat karena dada terasa sesak, seperti ada hal yang belum diselesaikan, hatiku menjerit dan merutuki ku bodoh,
"jika cinta maka utarakanlah, jangan menyiksa jiwa mu, dia terlalu lama kosong"
tapi logika berkata lain, dia meminta ku untuk berhenti memikirkan nama itu, nama yang menyakiti ku tapi juga menyelamatkan ku, hingga aku bingung memilih yang mana, antara hati dan logika.
damai melihat keluarga ku yang tengah mempersiapkan hari istimewa nanti, maafkan aku bunda karena tak terlalu bersemangat tapi bukan berarti aku tak bahagia, aku hanya takut kecewa lagi.
lihatlah mereka, sedang mencoba dresscode yang cocok nanti,
"argaaa nak"
bunda memanggilku."iya Bun, aku kesana"
ternyata bunda memberi kemeja berwarna putih dengan corak cantik yang terukir panjang di pinggir kemeja itu, warna putih seperti simbol untuk memulai hidup baru lagi.
lalu aku? kenapa masih stuck dengan yang lama?
memikirkan seseorang yang sekarang belum tentu memikirkan kita juga, takutnya, dia disana sedang bahagia dengan seseorang yang baru mungkin, sedangkan kita terpuruk karna memikirkan nya.cinta itu sungguh menyiksa.
oh iya, pernikahan bunda bertepatan dengan hari ulangtahun ku, aku menghela nafas panjang, Arga mulai dewasa, sudah 21 tahun, tentu bukan anak-anak lagi, saatnya Arga memikirkan masa depannya.
****
siang itu setelah pengajian besar dirumah, om Adrian tampak mencurigakan, ia terlihat sedang marah di telpon, dan sesekali melirik kekanan dan kekiri mungkin sedang memahami situasi, aku mencoba mendekatinya, dan mendengarkan lebih jelas apa yang ia bicarakan.
"nanti gua kabarin lu lagi, tunggu semuanya aman"
Bip, telpon dimatikan setelah mamanya om Adrian datang, dan sepertinya mengajaknya pulang, lantas apa maksud dari kata aman itu? kalau sudah seperti ini, aku butuh bantuan.
dikamar,
"Lo curigain om Adrian?" tanya Aldo.
aku mengangguk,
"terus plain lu apa?"
"bantuin gue pls, sebelum bunda nikah, ga ada yang harus ditutup tutupin, gue mau kita main ke penginapan om Adrian, terus gue ajak om Adrian ngomong, lu langsung ambil hp nya dan cek di jam 10.30 pagi dia nelpon sama siapa, oke?"
"oke, eh-"
"apa?"
"kapan?"
"besok, ya sekarang lah do"
"owh, oke, asik nih jadi detektif lagi gue"
****
Setelah selesai sholat Dzuhur, Arga dan Aldo langsung melipir ke penginapan Adrian yang tak jauh dari mesjid tempat mereka sholat tadi, mereka masih dimobil, belum nyelonong masuk, soalnya, mereka baru saja melihat om Adrian turun dari mobil, entahlah itu mobil siapa, tapi mereka harus menunggu om Adrian sampe masuk ke kamarnya dulu baru setelah itu giliran mereka."oke, kayaknya udah" mereka pun mulai melangkah masuk.
om Adrian tampak kaget melihat kedatangan Arga dan Aldo, kedatangan yang mendadak sekali katanya, dan tanpa berlama-lama arga langsung menjalankan tugasnya, yaitu mengajak om Adrian untuk ngobrol santai di kursi, sedangkan Aldo izin kedapur untuk menyiapkan makan siang mereka padahal itu alibi untuk mencari hp Adrian.
"om pasti lapar ya?" tanyaku
"iya kebetulan belum makan, tau aja kalian"
"iya mama tadi masak tauco sama ayam semur"
"wahhh mantap tuh, ayolah makan!"
"bentar om, lagi disiapin Aldo"
sedangkan Aldo, matanya mengitari sudut ruangan ini mencari sosok benda pipih yang berwarna hitam itu,
"nah itu dia" tunjuk Aldo, dia langsung mencabut ponsel itu yang sedang di charge, dan membawanya ke dalam kamar mandi, Aldo kaget, baru kali ini menemukan spesies tanpa privasi, hp om Adrian tak di lock, dan ini mempermudah rencana mereka.tapi tiba-tiba Aldo dikagetkan dengan suara ketukan dipintu, ia langsung sigap menyimpan hp itu ke saku celananya, lalu membuka pintu perlahan,
"Lo kak?""lama banget si, gitu aja!"
"sabar lah, ini hpnya Lu balik lagiin aja, Uda gue simpen nomor nya, kontak di jam 10.30 hari ini kan?" tanya aldo memastikan.
Arga mengangguk, saat mereka hendak berbalik, alangkah terkejutnya mereka om Adrian ada dibalik dapur itu, om Adrian jelas memasang wajah datar.
"sini hp nya"
Arga mengulurkan hp itu, ia tampak memilin ujung bajunya sedangkan Aldo mengigit bibir bawahnya.
"apa yang kalian rencana kan si sebenarnya? kenapa harus ngelacak isi hp om? ada yang kalian curigai dari om?"
"iya" jawab Arga, "om terlihat mencurigakan saat om bilang, (nanti gue kabarin, tunggu semuanya aman) di hp om pada jam-
"10.30?" potong om Adrian cepat, "hebat ya kalian!"
Arga dan Aldo diam tak bekutik, aksi mereka ketahuan dan semuanya gagal total, om Adrian mendekati mereka dan sepertinya akan memukul mereka habis-habisan, Arga yang menyadari itu memasang badan terlebih dahulu untuk Aldo, lalu—
Om Adrian memeluk mereka, dia tak marah sama sekali.
ia terkekeh, semabari menggelengkan kepalanya, menatap kedua anak muda dihadapannya ini, "Arga, kamu mau tau siapa dia kan?, kamu takut om ngecewain bunda kan? yauda telpon coba!"
Arga mencoba menelpon nomor itu dari hp om Adrian langsung,
tak lama seseorang menjawab,
halo, mas? gimana? Arga baik baik aja?
netra coklat itu membesar, ia bahkan bisa merasakan degup jantungnya, Arga kenal sama suara ini, tiba-tiba jantungnya kembali mati ketika—
mas, kok kamu diam toh mas? pie toh mas, aku terima saja perjodohan yang mama buat aku? toh anak yg di jodohin lucu mas.
Arga kembali menyodorkan hp itu ke Adrian, bahkan ia tak kuasa mendengar kelanjutannya lagi, dan langsung berlalu meninggalkan mereka berdua yang terdiam melihatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
STEP FATHER
Jugendliteratur"Bagaimana perasaan mu, jika kau mencintai ayah mu sendiri?" Arga si trouble maker itu hampir dikeluarkan dari sekolah gara gara tingkahnya, dan terancam tak lulus gara gara nilainya yang dibawah rata-rata, tapi guru sejarah nan baik hati membantu A...