suara langkah sepatu menyadarkan lamunan Arga yang tengah duduk dipinggiran kolam, ia segera menghampiri pemilik sepatu itu yang tak lain adalah Damar.
Damar sengaja belum membuka semua pakaian kerjanya, ia menunggu seseorang yang akan membantunya
"tolong lepasin baju mas bisa?" titahnya.
Arga langsung melakukannya, membuka jas itu terlebih dahulu, lalu rompi kemudian kemeja, dan tersisa hanya singlet yang menutupi dada bidang Damar yang sepertinya begitu sesak.
"itu untuk kamu!" Dengan menunjuk paper bag hitam diatas meja.
"apa itu mas?"
"aku kasih waktu 15 menit, pakek dan cepat kesini lagi!"
tanpa pikir panjang, Arga langsung berlari kekamar mandi, dan sangat terkejut ketika melihat apa isi paper bag hitam itu, dengan otomatis kepalanya pun ikut menggeleng melihat pakaian dalam wanita yang tembus pandang.
"aku pakek ini?" dahinya mengernyit.
berniat bertanya tapi Arga takut jika ia malah mendapati tatapan sinis, dan kalau menolak, bisa-bisa Arga di usir dari rumah ini— berita buruknya mereka akan putus, jam di dinding bergerak cepat, sudah hampir 10 menitan, Arga pun langsung menyelusupkan pakaian lingerie itu ke tubuhnya.
yang benar saja, pakaian itu hanya menutupi area kemaluannya, bokong semok miliknya pun dibiarkan kedinginan, Arga merasa seperti aktor di film panas, ia mengacak rambutnya kasar, tak menyangka ia bisa mengikuti hal hal yang bodoh seperti ini.
Sebelum kembali kehadapan Damar, ia menyemprotkan parfum switzal diseluruh badannya, agar kesan feminim selalu terikat dengannya.
Damar meneguk salivanya ketika Arga sudah berdiri di hadapannya, ia memberi tepuk tangan sangking cocoknya baju itu, mata Damar menunjuk area penisnya yang menggembung dibalik celana bahan itu.
Arga mulai menaiki tempat tidur, menyapu paha damar dengan belaian tangannya hingga pada puncak batang milik damar, ia bermain sebentar disana, lalu membuka perlahan dan menyembul lah si batang berurat nan besar itu.
"suck my dick!" erang Damar
Arga langsung menelusupkan penis itu kedalam mulutnya, beberapa menit, Damar mengambil alih, ia membanting tubuh Arga dibawahnya dengan bertelungkup, ia meraba pantat semok Arga dan menamparnya sesekali menimbulkan bercak merah disana.
Damar meraih dildo berukuran besar disampingnya, tanpa melakukan foreplay, atau pelumas dildo itu nyelonong masuk kedalam tanpa aba-aba, Arga tak bisa menyembunyikan rasa sakitnya, ia spontan berteriak,
"STOP MAS, ITU SAKIT!"
Damar tak menggubris teriakan Arga, ia semakin kalap, kemudian dildo berukuran sedang kembali dimasukkan lagi, tanpa mengeluarkan dildo sebelumnya, jadilah dua dildo bersemayam di anus Arga, di hentakkan sekuat tenaga, bersamaan dengan erangan ampun dari si submisiv.
lelehan bening mengalir deras di pipi Arga, saat dildo itu dikeluarkan pun ia masih merasakan sakit yang amat perih, anusnya seakan dirobek paksa.
permainan belum selesai, Damar menyediakan cambukan seperti biasa disampingnya, kali ini lebih besar dan panjang, ia mengangkat paha Arga, dan baru menyadari bahwa ada lelehan darah kental yang keluar dari anus kekasihnya itu.
Damar tersenyum sinis, dalam hitungan ketiga, ia menghentakkan penisnya pada anus Arga, membuat Arga berteriak lantang sekali, erangan, tangisan, suara pacutan bergilir memenuhi ruangan tanpa pendingin itu.
setelah selesai, Damar pergi begitu saja, meninggalkan Arga meringkuk tanpa selimut di tempat tidur itu, hanya menangis yang bisa ia lalukan, Arga semakin sadar bahwa Damar tak lagi mencintainya, Damar menganggap Arga adalah objek pemuasnya, dan tubuh lebam ini adalah salah satu dari bentuk penyiksaannya.
****
Arga tergopoh-gopoh melangkah ke klinik kak Sega, tadi, sebelum berangkat kerja, Damar mengantar Arga lebih dulu ke klinik sahabatnya,"aku ga bisa ikut kedalam, kamu konsultasi sendiri, minta obat pereda nyeri, anus kamu berdarah"
Arga diam, ingin sekali ia menjawab, semua gara gara kamu mas, kalau kamu mainnya santai, aku ga akan kesakitan kayak gini, aku kayak mainan buat kamu!
sesak, Arga harus menepikan rasa sakit di dadanya, ia harus masuk kedalam klinik kak Sega sekarang.
.
.
.
.
"kalau terus-terusan kek gini, bisa berabe kamu Ga" ujar ka Sega, sembari menyodorkan obat-obatan ke hadapan Arga."maksudnya kak?" tanya Arga
"kamu bakal bisa mati ga, biar aku coba bantu ngomong sama Damar, kamu ga mau, dulu kamu bilang Damar ga kek gini, emang ada benang merah yang buat Damar marah kek gini? Sampek sikapnya berubah drastis?" Pertanyaan itu juga ada dibenak Arga, hanya saja tertutupi oleh rasa sakit di sekujur tubuhnya belum lagi Arga tak mau putus dengan Damar.
" cuman karena ex- aku datang ke apartemen lama kami, demi tuhan kak, dia ga masuk kedalam, kita cuman ngomongin masalah kita diluar teras aja!"
"masalah kalian?"
"ex aku itu ayah sambung aku, aku ga tau mama bakal nikah sama dia, jadi dia datang mau minta maaf sama aku karena mau pindah ke Canada, dia mau masalah kami clear kak, itu aja!"
"yakin?"
"dia peluk aku, sebagai tanda terakhirnya, pelukan sebagai seorang anak dan ayah sambung"
"Jadi Damar liat itu?"
Arga mengangguk, "dan anehnya kita langsung pindah, dan saat itu semuanya beda kak, aku ga tau harus apa, aku mau balik ke rumah mama tapi aku benci liat kemesraan mereka, kalau aku disini dan tetap di siksa aku bakal bisa mati kan kak? aku bingung" Arga menunduk sedih, dia diposisi serba salah.
Arga yang dulu tak pernah percaya cinta, hal semacam itu hanya menyakitkan hati, tapi semenjak mengenal Rafli ia semakin ingin dicintai walau bukan dengan cinta pertamanya, tapi sepertinya sekarang ia menemukan orang yang salah.
Kak Sega memegang bahu Arga lembut, "coba cari tau sendiri tentang semua yang aneh menurut kamu, maaf aku ga bisa bantu banyak, pesan aku, kamu harus bisa keluar dari logika bodoh kamu!"
"bodoh?"
"seseorang yang tulus tak akan bisa menyakiti yang ia cintai, peduli sama dirimu dulu ga, yang rasain kamu, yang tau kamu, tanya sama dirikamu, sekarang maunya gimana?"
coba cari tau semua tentang hal yang aneh itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/268278540-288-k246493.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP FATHER
Teen Fiction"Bagaimana perasaan mu, jika kau mencintai ayah mu sendiri?" Arga si trouble maker itu hampir dikeluarkan dari sekolah gara gara tingkahnya, dan terancam tak lulus gara gara nilainya yang dibawah rata-rata, tapi guru sejarah nan baik hati membantu A...