78

532 38 0
                                    

"bodohhhhh banget tu bapak bapak" kesal jaya.

"ish, nipu juga tu orang, katanya ke Canada tau tau masih disini, gimana si?"heran Dinda.

"kalian ini sama sama gensi tau ga?" imbuh Aldo yang menyita perhatian Dinda, jaya dan Arga, mereka bertiga serempak menoleh kearah Aldo.

"oke aku jelasin, pak Rafli ngira lu kak, masih sayang banget sama damar, dia pasti takut ngutarain perasannya—

"lu sok tau kah? dari mana bentuk sayangnya dia." potong Arga.

"bodoh, homescreen dia gambar lu kan? pan lu yg bilang sendiri!"
cibir Aldo.

Arga terkekeh kecil mendengar itu, Aldo benar juga, tapi bukti itu belum cukup.

"ga bisa jadi patokan si, mantan gue banyak yg masih pakem foto gue" sahut Dinda.

"ha siapa?" tanya jaya.

"heheheh Abi ah, kan mantan, lagian pasti untuk bacol doang, sama kek kamu!"

jaya tampak kesal terlihat ia memanyunkan bibirnya, ucapan Dinda juga ada benarnya, jadi bagaimana ini? pikir Arga.

"lu mau tips dari gue ga?" ucap Aldo.

"ga" Arga membangkitkan tubuhnya dan berlalu dari mereka, tapi Aldo menyusul, sebelum itu Aldo menghubungi sesuatu, siapa lagi kalau bukan Rafli.

pak, tolong jangan matikan ya, saya greget kalian lama banget dah gerkanya.

maksud kamu?

udah diem dan dengar baik-baik, bukti ini kan yang bapak mau? jadi diam dulu!

ohh, okee.

tok tok!
tok tok!

"masuk ga di kunci kok" jawab Arga dari dalam kamar.

Aldo membuka kenop pintu pelan, lalu perlahan mendekati Arga, ia duduk di kusen tempat tidur Arga sedangkan kakaknya itu duduk di kursi belajar, sembari memainkan gitarnya.

"gue ga pernah dengar Lo main gitar, mainin coba!" pinta Aldo.

"males ah"

"lah kenapa?"

"suara gue serak!"

"bunda sering dengar Lo main gitar juga ga? atau ada yg lain selain bunda?" Aldo sediit penasaran dengan pertanyaan ini.

sedangkan Rafli tersenyum malu, ia sudah menebak jawaban Arga, selain bunda pasti dirinya, tapi malah yang dilihat Aldo Arga geleng-geleng kepala.

"lah kok ga ada?" heran Aldo.

"ha? ga ada?" Rafli menggumam pelan.

"serius lu kak!"

"ada, tapi gue males nyebut namanya.toh orangnya juga ga mau ketemu sama gue!"
ucap Arga lirih

Rafli seperti tertancap duri, ia hanya bisa menghela nafas.

"Rafli maksud Lo?"

Arga mengangguk.

"Lo masih sayang ga si sama dia? atau Lo benci dia?"

"dua duanya kek nya"

"segitunya ya hmmm"

"tapi sebenci bencinya gue, rasa sayang ke dia jauh lebih besar, dia si RAFLI ITU NGIRA GUE SAYANG SAMA DAMAR, NYATANYA GUE LEBIH SAYANG DIA, TAPI DIA? APA DIA JUGA SAYANG SAMA GUE? DAN percuma do, dia mau dijodohin lagi, gue ga bakal bisa apa apa selain, forget him"

keinginan Aldo tercapai, ia tersenyum UAS mendengar pernyataan itu dari kakaknya, tapi sepertinya Arga salah tangkap.

"ngapain lu ketawa kek gitu? senang Lo?"
Arga mulai berang.

"bukan gitu kak, gue cuman—

"pegi dah Lo, jangan sampe gue emosi ni!" Arga mendorong Aldo hingga keluar pintu lalu menutupnya kuat.

"yauwes, yang penting keinginan gue dah terpenuhi" BIP telpon pun dimatikan Aldo.

sedangkan yang disana....

ia tersenyum puas juga, sesak di dadanya perlahan sirna, semangat ia pun semakin membara, sama seperti pertama kali Rafli jatuh cinta dengan Arga, dan ingin secepatnya menyatakannya, Rafli pun menghubungi Adrian, dengan tekad yang kuat Rafli bilang, kalau dia akan datang di hari pernikahan Adrian dan Layla.

dengan modus lain sih, kalau ia ingin cintanya kembali.



STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang