bab 44

1.4K 126 40
                                    

Arga menunda kepulangannya ke Jakarta, karena Damar mampu membuat Arga melupakan rasa sakitnya, dihitung sudah seminggu Arga disini tak pernah sekalipun dia memikirkan lagi bagaimana perasaannya pada guru sekolahnya itu, Damar mengenalkan Arga pada dunia baru yang sangat menyenangkan jadi alasan ia menunda pulang adalah Damar.

"Om Damarrrr" teriak Arga,

Damar tak menggubrisnya, ia sedang kesal pada remaja itu, lantas Arga mendekatinya dan menepuk pundaknya, Damar masih acuh, membuat Arga menggerutu, cocotannya sangat lucu didengar, apalagi Arga manyun seperti itu.

'ah ni orang tinggi bener dah'
Padahal tinggi Arga 170 cm, tapi ia masih mendongakkan kepalanya ketika ingin berbicara dengan Damar,

dasar tiang berjalan, pakek alesan ngambek lagi, heran!
Arga masih memanyunkan bibirnya, Damar sungguh tak bisa tak melirik sesekali wajah lucu remaja ini, lagi dan lagi hatinya berdesir.
"ku ingin kau jadi milikku" hatinya berseru.

"Om dah tua loh, ngambek mana cocok"

"siapa bilang?"

"aku lah"

"ga urus"

"ih- "Arga membalikkan badannya, ia sadar kenapa suaranya sengaja ia imut-imutin, kenapa ia tak sedingin dulu?

"kenapa?" Damar melihat aneh sikap Arga.

"ga ada"

wah, kalau giliran Arga yang ketus, Damar tak sanggup, ia malah menyukai cicitan remaja ini, " yaudah yok jalan jalan lagi"

"Besok jalan jalan lagi ga?"

"sekarang aja belom Uda mikir besok!"

"aku mau tiap hari jalan jalan Om!"

"bayar"

"oke, fine, males!" Arga merajuk, ia melangkah masuk kedalam rumah dengan menghentak-hentakkan kakinya lucu seperti anak kucing.

Damar malah terkekeh dan menyusul Arga, "Ga, yauda Ayuk!"

"janji?"

"asal kamu mau tidur dikamar Om? gimana?"

"kenapa aku harus tidur disana? kan di ruang tamu juga bisa?"

"emmm biar ada yang temenin" Arga tau ini hanyalah alasan saja.

"modus, bilang aja mau kayak gitu lagi"

"ha?"

Arga memberi tatapan menyelidik kearah Damar, "pura-pura polos lagi"

Damar tersedak ia juga tak sadar menggaruk tengkuknya yang tak gatal,
"nah ketahuan bohong!" tukas Arga.

"jadi mau kamu apa?"

"aku ga suka kayak gitu kalau ga ada status!"

"maksudnya kamu minta kejelasan?"

Arga mengedikkan bahunya, lagi-lagi bahunya meremang ketika mengingat sikapnya berubah drastis semenjak disini—tepatnya ketika ia bersama Damar yang dominan, sikap feminim Arga mengalir begitu saja.

****
Motor melaju sedang, semilir angin sejuk menyapu seluruh desa di pelosok Jakarta ini, langit terlihat gelap, dan sepertinya akan turun hujan, namun mereka tetap menghiraukan hal itu, dan tetap melaju ke bukit di mana Damar membawa Arga untuk pertama kalinya.

selama seminggu sudah berapa tempat yang mereka datangi berdua, dan hari ini, mereka merindukan tempat itu lagi, emm, sebenarnya ini ide untuk Damar, dia akan berbuat sesuatu di sana.

STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang