bab 30

1.8K 132 2
                                    

Tinggal menghitung hari, ujian nasional sudah didepan mata, namun sepertinya semangat belajar Arga menurun, semenjak guru sekaligus kekasihnya itu menghindar darinya, terlihat jelas, dari cara pandang, bicara, perlakuan Mas Rafli berbeda, Arga merindukan semua perhatian itu.

"Arga" Panggil Layla, ia mengetuk pintu kamar anaknya yang tak terkunci.

Arga tak menggubris bahkan ia sengaja memakai earphone di telinganya, namun sang ibu tak perduli ia melenggang masuk saja ke dalam,
"Kamu minta keluarga utuh kan? kamu minta mama stop kerjaan ga halal itu kan? sekarang waktunya mama ngomong, mama mau nikah, hari ini kita ketemu sama calon papa kamu, bisa kan kamu ikut?"

Arga terdiam sejenak.

"ini kesempatan buat keluarga kita jadi yang lebih baik, Arga"

Entah setan baik apa yang tiba-tiba merasukinya, Arga mengangguk setuju dengan pernikahan ibunya toh menjadi keluarga yang utuh adalah hal yang sangat di idam-idamkan nya, saat sang mama berlalu, Arga jingkrak-jingkrak kesenangan, hidup yang  begitu kelam akan berganti dengan lembaran baru.

Senangnya bukan main, Arga mulai memikirkan bagaimana menata hidupnya setelah 16 tahun hidup tanpa seorang ayah, bagaimana harus menatap ayah, berbicara dengan ayah, semua hal tentang anak yang berbakti untuk ayahnya.

hanya ayah?

pertanyaan itu sempat singgah di pikirannya, haruskah Arga membenci wanita yang sudah melahirkannya, yang menemaninya dari kecil, dan kini mengajaknya untuk hidup lebih baik, sang ibu rela meninggalkan dunia gelapnya untuk melangkah bersama dengan Arga.

Secercah hati untuk sang Mama, ia janji dan bertekad, ketika mama menikah nanti, Arga akan menjadi sosok yang lebih baik, semua kekesalan dihatinya akan dikubur dalam-dalam, kalimat sarkas akan benar-benar hilang. berbakti bukan ke ayah saja, harus kedua-duanya.

Arga membuka jendela kamarnya, menatap langit lekat lekat, lalu melempar senyum penuh haru disana, senyum yang begitu lebar, Ia juga berterimakasih pada sang pencipta, dimana telah mengirim nasib baik di hidupnya; dari mulai merasakan cinta, hingga keluarga yang utuh.

perlahan Arga pun mempercayai apa itu ekspektasi.

****
Ini weekend  pertama Arga dengan keluarga utuhnya, ia acap kali melirik jam yang melingkar di tangannya, dan sejam lagi Arga akan bertemu dengan sosok ayah sambungnya itu.

Jantungnya berdegup kencang, sedari tadi kakinya tak bisa berhenti bergoyang, semua orang tau situasi Arga sekarang tengah gugup tapi makin aneh ketika Arga menyadari, gugupnya ini bukan hanya karena sosok si ayah sambung saja, melainkan karena Arga duduk bersebelahan dengan sang ibu.

awkward.

Dan tibalah lah sosok si ayah sambung, Layla menyenggol bahu Arga, karna melihat anaknya itu terlalu asik berkutat pada ponselnya, Arga pun mendongak, menatap seseorang yang kini sudah duduk dihadapannya.

Arga termangu, pupil matanya membulat sempurna karena menangkap sosok yang begitu ia kenal, sangat kenal, hingga tak ada jarak diantara mereka.

Arga menaruh harapan besar ke sosok ayah sambungnya itu, karena mungkin dia bisa memperbaiki hidup keluarganya, terlebih hubungan antara Arga dan ibunya, tapi batinnya sungguh terkejut ketika melihat dengan jelas sosok si ayah sambung itu, adalah mas Rafli, kekasihnya.

Arga menarik nafasnya dalam, lalu memejamkan matanya sebentar, dan kemudian merogoh kantung celananya, kembali memasang earphone ke telinganya.

Arga, anak itu sudah wanti-wanti membawa earphone ke saku celananya jika kemungkinan besar sang ayah sambung tak sesuai harapannya, dan malah menyebalkan seperti ibunya, tapi, ekspetasi Arga terlalu tinggi sehingga hanya memikirkan baik dan senangnya saja.

tanpa tau kalau ayah sambungnya itu adalah kekasihnya, ironis, namun begitulah takdir.

Saat sang mama memperkenalkan si calon ayah ke Arga, ingin sekali batinnya berteriak,
"AKU TAU DIA, DAN KENAPA HARUS DIA?!"

Lihatlah si mama begitu antusias pada pertemuan ini, sorot matanya teduh menatap Rafli, Arga bisa melihat dengan jelas kekaguman sang ibu pada kekasihnya itu.

Cukuplah Arga yang dikecewakan malam ini, sebenci-bencinya dia pada ibunya, bahagia ibunya tak mungkin dia goreskan dengan kenyataan pahit yang sebenarnya, terlebih mereka menyukai orang yang sama.

Arga hanya menunduk, sesekali melirik ke Layla, hanya karna sang ibu sajalah, Arga masih mau duduk disini, mendengar dan menyaksikan keharmonisan pasangan baru ini nanti.

Bahkan Arga tak sanggup menatap wajah Rafli, dadanya sesak ingin sekali menghujam banyak pertanyaan pada kekasihnya itu, apalagi pada situasi yang tak pernah ia bayangkan,

pacarku adalah kekasihku?

Arga menggelengkan kuat kepalanya, ia sungguh berharap kalau ini mimpi, namun, kedua orang dewasa yang berada di dekatnya menoleh, kenapa remaja ini barusan menggelengkan kepalanya.

"kenapa Nak?" tanya Layla.

Arga diam, tak menjawab, Layla juga menyadari bahwa anaknya ini tak menyukai si calon ayah, jadi Layla menyudahi pertemuan ini, intinya akan ada pertemuan dengan kedua orang tua Rafli sebelum pernikahan berlangsung.


STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang