bab 34

1.5K 115 8
                                    

Tak hanya Arga, Rafli merasakan hal yang sama, dia tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya, ketika sang ibu mengatakan,

"kita ga perlu minta persetujuan Rafli untuk menggelar tunangannya hari ini, dia itu serba ketakutan lebih baik kita yang langsung adain tanpa bilang ke kalian!"

kalimat itu mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga lainnya, yang sudah hadir malam ini, tapi tak sedikit juga yang menaruh curiga kalau Rafli dan Layla dijodohkan, melihat ada jarak diantara mereka.

Sang ibu mertua peka akan hal itu, dia juga yang paling semangat menanti hari hari seperti ini, lalu tak sungkan menarik lengan Rafli lalu meletakkannya di pinggang Layla,
"rangkul dong calonnya, kalian disini malu malu bgt ih, ga kayak sebelumnya"

Layla tersipu, ia benar-benar disambut hangat oleh keluarga ini, keluarga besar, kaya raya dan bisa menerima seseorang dengan kasta rendah sepertinya apalagi bisa melupakan sisi kelam yang ia punya, Layla sungguh merasa bersyukur.

..
Layla menyapu pandangannya, mencari sang anak, acara akan dimulai sebentar lagi, semua tamu sudah berdatangan, semakin ramai akan semakin susah untuk mengenali putra sulungnya nanti,

kemana Arga?

Layla menyuruh Rafli untuk mencari Arga, tak butuh waktu lama untuk berfikir, ia langsung menyetujui hal itu.

Beberapa menit mencari Arga, akhirnya Rafli menemukannya, Arga duduk di tepi kolam renang, sembari menangis terisak-isak, tapi saat dia hendak mendekat seseorang menyentuh bahunya.

"Urusi aja yang menjadi urusan mu Om!" celanya.

"maksud mu?"

"Arga urusan aku sekarang!"

alis Rafli bertaut, ia tak paham maksud bocah ini, "kamu siapa?"

"aku Aldo, adik kelasnya Arga, dan aku orang yang paling terpenting dihidupnya sekarang!"

"ha? maksudnya?"

Aldo meninggalkan Rafli dengan sejuta pertanyaan di kepalanya, semakin penasaran siapa Aldo sebenarnya, dia hanya menangkap satu kesimpulan bahwa mungkin, Aldo menyukai Arga.

"awas buaya!"
Suara Aldo mengejutkannya, hampir saja Arga jatuh karena itu, ia langsung melempar tatapan sinis ke Aldo, "Lo ngapain disini? gue uda bilang jangan ikutin gue!"

"ngikutin? kurang kerjaan banget gue!" kekehnya.

Arga memutar bola matanya malas, dia tak sedang di fase ingin bercanda, ia muak dengan orang yang bertele-tele seperti Aldo, Arga membangkitkan tubuhnya dan hendak berlalu dari Aldo.

tapi Aldo menahannya, "kak, gua tau semuanya, ga ada yang bisa lu sembuyiin lagi!"

mata Arga membulat sempurna, ia takut Aldo mengetahui bahwa dia mempunyai hubungan dengan pak Rafli, tiba-tiba Aldo mengangguk, ia seperti bisa membaca raut wajah Arga.

"semuanya kak, bahkan hubungan Lo sama-

Arga buru-buru menutup mulut Aldo fengan tangannya, "anjing Lo ya!"

adik kelasnya ini malah terkekeh ketika habis dimaki, bahkan dia merangkul bahu Arga, "udahlah let it flow aja, dia ga cocok kali Ama lu!"

Arga menepis tangan Aldo, ia menatap serius Aldo sekarang, "Lo siapa si, kok lu tau semuanya, huh?"

Aldo terdiam sejenak, mengumpulkan seluruh keberaniannya, lalu menarik nafas dalam-dalam,
" gue adik kandung lo kak!"

"ha? maksudnya gimana si? coba jelasin?"

"gua ga bakal jelasin, tapi gua ikut kalian pulang kak, biar mama yang jelasin dirumah nanti!"

"oke!"

apalagi ini, kenapa banyak hal yang susah dicerna?
.
.
.

Arga dan Aldo kembali masuk kedalam, mereka tak akan meninggalkan sedetikpun acara ini, apa kata orang kalau putra Layla tak semangat diacara berbahagia ini? walau hatinya berkata lain.

Arga menatap bingung pada dirinya sendiri, dia sedih, hancur, sakit, kecewa, tapi apa pantaskah dia iri, marah ketika orang yang dia cintai melingkarkan cincin dijari manis mamanya? lalu berpelukan mesra, saling memberi kecupan, dan tunangan itupun berhasil.

haruskah Arga berbahagia ketika melihat orang yang dicintai bersanding dengan ibu kita sendiri, apa mungkin ia marah lalu berkoar-koar meminta hak untuk dicintai juga?

Otak kirinya mendominasi sekarang, harusnya Arga berbahagia, semua orang disini sedang berbahagia, bahkan ibunya pun berbahagia, Arga tak pantas merasakan kebahagiaan, dia merasa tak pantas dicintai, lalu kenapa tuhan mengizinkan Arga untuk merasakannya kalau akhirnya semenyakitkan ini?

kenapa?

kenapa dia tak pernah bisa bernafas lega?

****

Ketika sampai dirumah, Layla langsung bertanya pada salah satu tamu yang Arga bawa, "kamu temennya Arga?"

Aldo menggelengkan kepalanya, Layla terlihat mengerutkan dahinya, heran kalau bukan teman kenapa anaknya membawa orang lain kerumah?

Ia memperhatikan tubuh remaja dihadapannya ini sedang bergetar hebat, Aldo teemangu, karena bisa melihat secara dekat sosok si ibu kandung, tapi sang ibu belum menyadari bahwa Aldo juga Putranya.

Mata Aldo memerah, setetes air jatuh dari pelupuk matanya, Layla heran, dan makin heran ketika melihat Aldo sudah menangis sejadi-jadinya,

"kamu kenapa?"

"dia bukan teman aku!" Arga menyahuti.

"lalu kenapa dia nangis?" heran Layla.

Aldo merogoh kantung celananya, mengambil sesuatu, kemudian mengulurkannya kearah Layla, lihat tangan remaja ini bergetar hebat, ia tak bisa menyembunyikan perasaannya lagi.

Layla termangu, menatap secarik fhoto yang sudah usang itu, foto yang memperlihatkan jelas Layla sedang memeluk bayi didepan panti asuhan.

sebutir tetesan air lolos dari matanya, badannya pun ikutan mengerjap, Layla langsung menutup mulutnya, sembari menangis,

"ya Allah, putraku!" tangisnya pun pecah, sambil mendekat dan memeluk Aldo, Aldo pun ikut menangis ketika sang mama memeluknya, rindu sudah tak terbendung lagi.

Arga diam mematung melihat mereka, bahkan yang sedari kecil bersama sang mama saja tak pernah lagi merasakan apa itu pelukan, Ia terlalu gensi untuk jujur kalau Arga juga merindukan pelukan itu.

tapi sebelum Arga melangkah kedalam kamar, ia meminta Mama menjelaskan semua ini.

.
.
.

STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang