bab 49

1.3K 118 50
                                    

Gelisah, Arga tak bisa memejamkan matanya, waktu semakin larut dan dia masih memikirkan hal-hal yang terjadi belakangan ini, seperti mengalami Dejavu, Arga membangkitkan tubuhnya dan berbaring di sofa tengah ruang tamu, sesekali memijat dahinya pelan, rumit ini terlalu complicated .

ia kira benar-benar bisa lepas dengan bayangan gurunya, nyatanya benang merah itu masih membentang jelas, segala sesuatu yang terjadi padanya dengan Damar selalu berkaitan dengan Rafli.

Rafli dan Damar adalah orang yang beda, tampak sekali perbedaannya, dari surai Damar yang gondrong, namun saat mengulik hidupnya Damar, apalagi saat kau menghabiskan hidupmu bersamanya kau akan merasa mereka adalah orang yang sama, sama-sama baik, sama-sama suka sejarah, cara mereka memaparkan betapa sukanya mereka pada sejarah itu pun hampir sama, dan awalnya ini Arga hanya takjub saja.

lalu, semur, makanan kesukaan Rafli itu ternyata juga di favoritkan oleh Damar, dengan ukuran potongan kentang yang sama, dari sini Arga mulai aneh.

warna kesukaan mereka yang sama—nude dan hitam, deretan buku dengan judul yang sama berbaris rapi di rak buku, dan makin aneh selera musik sama, dan barusan terjadi mempertambah keruh pikiran Arga;

Sebelum berakhir terlelep di sofa, Arga penasaran dengan kehidupan mama dan mantanya itu, selagi menunggu sang dominan yang sedang bekerja, ia pun menstalking kembali kehidupan si gurunya—mantannya itu—di Instagram, deretan awal menunjukkan buku-buku kesukaannya sampai pernikahannya dengan sang mama, nyelekit, hanya melihat saja ia merasa tersayat-sayat, lalu semakin di scroll kedalam, ia membulatkan matanya sempurna, bahwa, Rafli menyukai aktor laga yang sama dengan Damar.

James Bond dan Bruce Lee, sungguh, kebetulan yang sama kah?

ia mencoba berfikiran positif, semua yang diresahkan Arga masih dalam konteks wajar, karena garis merahnya, hal hal yang disukai Damar masih bisa disukai oleh orang-orang diluaran sana juga, tapi, kepribadian mereka berbeda jauh, damar terlalu menyukai gemerlapnya dunia malam dan Rafli membenci hal tersebut.

ini melegakan, sungguh pola pikir yang meredakan keresahan tapi tetap saja, kenapa harus dibanding-bandingkan dengan Rafli, kenapa tidak dengan Jaya? atau yang lain?

Apa benar ia masih mencintai Rafli padahal kini statusnya dengan Damar, bukti kecilnya masih terlihat jelas, setiap netra Arga menangkap sosok Rafli, sudut matanya akan perih dan panas, atau ketika ia melihat senyum terukir Rafli menggandeng mamanya di pelaminan, itu akan menambah rasa hancur hatinya hingga berkeping-keping.

ia menyimpulkan kalau dirinya masih sukar melupakan Rafli, ia-Rafli, terlalu indah untuk dilupakan tapi sangat sakit jika dibayangkan.

namun dengan Damar ia mampu melupakan, ralat, nyatanya Damar makin mengingatkannya akan sosok Rafli, tak ada alasan jelas yang bisa ia tuturkan kenapa dirinya begitu nyaman disamping om Damar, karena Damar adalah Rafli kedua untuknya.

lagi dan lagi Rafli.

*****

6 bulan berlalu...

"dek, ga kangen mama Tah?" tiba-tiba Damar mengungkit lagi hal ini yang sebelumnya pernah dibahas, tapi Arga masih malas memikirkan apalagi membahas sang mama.

tapi entah kenapa, Ia rindu sosok itu, walau ia juga benci, tapi Mama lah yang tulus perduli padanya, yang setiap membuka mata orang pertama yang ia lihat, adalah sang mama, yang menanyakan dirinya uda makan apa belum–mengetuk-ngetuk pintu kamarnya sampai ia berang agar Arga segera makan, hingga ia tertidur lelap pun, sang mama yang menyelimutinya, dia tak ingin Arga sakit walaupun dengan umpatan Arga, sikapnya, itu sudah menyakitkan sang mama.

STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang