Semua orang juga tahu kalau rute masuk sekolah itu pasti dari gerbang, bukan tembok belakang sekolah.
Selain tampan, keuntungan kaki jenjangnya mempermudah ia melompati tembok itu, lalu tatapannya menyelidik mengamati situasi kalau tak ada siapapun disini selain dirinya sendiri.
Bukannya masuk, Arga malah meraih sebungkus rokok dari saku celananya, menghisap sebatang sembari duduk menyender di tembok itu, ia memejamkan matanya menikmati ketenangan ini.
Tanpa menyadari seseorang telah berdiri dihadapannya dan berdehem berulang kali, sampai akhirnya sebuah batu kerikil mengenai bahu kanannya.
Arga langsung membuka kelopak matanya, dan siap memberikan tatapan nyalang ke siapapun yang mengganggu ketenangannya.
Tapi malah terperangah ketika manik matanya menatap seorang pria yang tengah bersidekap menatapnya, dahi Arga mengerut dan mengulurkan sebungkus rokok ke pria itu.
"Mau?" Katanya.
Pria itu tak menjawab, hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Kenapa? Jangan Cepu ke guru lu kak!" Cicit nya
"Kalau modelan kamu dibiarin terus bisa rusak generasi bangsa ini!"
Arga semakin heran apa yang dimaksud pria yang masih berada di hadapannya ini, berlagak seorang guru padahal sesama murid sepertinya, pikir Arga.
"Saya bisa laporin kamu ke guru BK!" Ancam pria itu.
Arga Memutar bola matanya, "Ngaduan banget si jadi orang!"
Pria itu menggelengkan kepalanya, dan sebelum berlalu, ia menitahkan Arga untuk cepat masuk kedalam kelas sebelum dia datang lagi dan membawa guru BK, sesuai ucapannya tadi.
"Sumpah mainan lu ga asik!" Gerutu Arga dengan meraih kembali tas jinjingnya, lalu melangkah menuju kelas.
****
Dikira-kira hampir dua jam Arga diluar kelas; setengah jam merokok dibelakang sekolah, dan satu jam setengah lagi, di hukum dengan berdiri di bawah tiang bendera.
Uda kebal, ini bukan kali pertama dia mendapatkan hukuman yang sama, bahkan segala hukuman sudah hampir ia cicipi, sampai-sampai guru pun bingung memikirkan hukuman apalagi yang bisa diberikan pada siswa Badung ini.
Dua guru tengah memperhatikan Arga sekarang, pak Bandi dan pak Rafli.
"Nah itu anak paling Badung disekolah ini, emang ganteng banget dia tuh, tapi bandalnya minta ampun, mana bodoh lagi" tutur pak Bandi lengkap.
"Ga ada kapoknya dia ya pak?" Tanya pak Rafli
Pak Bandi terkekeh meremehkan, "dia? Kapok? Tunggu kiamat pak"
Lalu melanjutkan kekehan nya.
"Muka polos tapi jahil banget, suka bolos, ngerokok, duh, sifatnya jelek deh, ga sinkron sama mukanya!" Sambung pak Bandi.Terlihat pak Rafli mengangguk, lalu melirik jam yang melingkar di tangannya, sudah waktunya istirahat-makan siang, beberapa detik kemudian disusul oleh bel istirahat berbunyi.
Niatnya mengajak pak Bandi makan siang bersama, tapi sepertinya topik pembicaraan mereka belum habis, pak Bandi masih saja bergunjing soal Arga.
"Tau ga si pak, gosip gosipnya ibu Arga itu pelacur, katanya, main dirumah mereka gitu"
"Em.., pak, kek nya pembahasan kita uda keterlaluan loh ini" kritik pak Rafli.
"Lohh, ini fakta bukan tipu-tipu!, seharusnya dia mikir ibunya kerja sampai kayak gitu buat sekolahin dia, dia malah ga serius belajar!" Elak pak Bandi.
"Ia saya tau pak, kita kasih pengertian saja ya buat Arga, biar dia semangat belajarnya"
"Ogah, saya mah capek ngandepin anak kayak gitu!"
Pak Rafli menghela nafasnya panjang, membuang pandangannya kearah lain, membiarkan pak Bandi mengoceh sendirian, pak Rafli heran, ada manusia yang benar-benar hobi bergunjing bukannya mengulurkan tangan membantu orang yang digunjingkan tersebut, toh, bukan kah hidup untuk saling tolong menolong?
"Ayo makan siang saja pak!" Ajak pak Rafli.
"Ah iya, cacing di perut saya udah demo dari tadi!" Lagi-lagi terkekeh, dan mereka berjalan beriringan kearah kantin.
Setelah bel istirahat habis, di dalam kelas, Arga menenggelamkan kepala dibawah lipatan tangannya, tak tau kenapa, kalau sudah berada didalam kelas rasa ngantuk itu selalu mendominasi.
Baru terlelap beberapa menit, Arga tersentak mendengar riuh suasana kelasnya yang sudah tak kondusif lagi;
sorak-sorakan, lari sana lari sini, ada yang memanfaatkan waktu untuk pacaran,"Ck!" Arga berdecak kesal, ia membangkitkan tubuhnya dan berjalan keluar kelas, tapi baru di ambang pintu ia dihadang oleh pria yang sepertinya tak asing baginya.
"Masuk!" Perintahnya
Arga memutar bola matanya malas, dan tak menggubris perintah dari pria yang ia temui tadi pagi, namun lima meter didepannya terlihat jelas ada guru killer yang ditakutkan banyak siswa, kecuali Arga, ia hanya malas jika di beri hukuman lagi dan lagi, Arga pun membalikkan badannya dan berjalan kembali ke tempat duduknya.
Pria itu masuk kedalam kelas Arga bersama Pak Mario-si guru killer,
"Perhatian anak-anak, ini wali kelas kalian yang baru namanya pak Rafli"
Tutur pak Mario.Ha? Wali kelas? Guru? Arga mengacak rambutnya, tak menyangka ternyata pria yang ia temui itu adalah seorang guru, terbesit dipikiran Arga akan prilakunya tadi pagi yang sembrono terhadap pak Rafli ini.
Anj, sialan!

KAMU SEDANG MEMBACA
STEP FATHER
Novela Juvenil"Bagaimana perasaan mu, jika kau mencintai ayah mu sendiri?" Arga si trouble maker itu hampir dikeluarkan dari sekolah gara gara tingkahnya, dan terancam tak lulus gara gara nilainya yang dibawah rata-rata, tapi guru sejarah nan baik hati membantu A...