Burung itu akan lepas dari sangkarnya
Hari ini Adrian dan Rafli mendatangi apartemen Arga, ia masih membawa buku sejarah yang sempat dibuang Arga, kali ini tak dengan coklat, Rafli tak mau basa-basi, tugasnya ingin menjelaskan bahwa ia akan—
"jangan lama, nanti Om Damar pulang dia bisa marahin aku" tandas Arga.
"ga lama kok, ini sebentar doang" tampak Arga menunggu apa yang ingin disampaikan itu.
"Aku minta maaf karena Uda nyakitin kamu, dan aku ga mau itu terus berlanjut ke mama kamu Ga, aku mau cerai dan bakal jujur ke dia kalau aku itu beda, dan harapan aku kamu juga harus jujur"
bibirnya tersungging, "kalau mau jujur silahkan mas, tapi jangan bawa-bawa aku, apalagi nyuruh-nyuruh"
"maaf, satu lagi, aku harap kita uda ga ada salah paham lagi, aku mau pamit pergi ke Canada, kenapa kamu harus tau, karna aku masih sayang sama kamu Arga"
"iya, hati-hati"
"Arga?"
"hum?" tanya Arga heran.
"boleh saya peluk kamu untuk terakhir kalinya? anggap aja ini peluk sayang dari ayah tiri kamu"
Arga mengangguk mengizinkan, Rafli menarik tubuh yang mulai berisi itu kedekapannya, membelai Surai Arga yang memanjang, Arga tampak berbeda, ia pasti bahagia bersama Om Damar itu.
Arga terlalu menikmati pelukan dari ayah tiri—Exnya itu, tanpa menyadari bahwa Damar memperhatikan mereka dari samping mobil yang terparkir tak jauh dari mobil Rafli dan Adrian.
Adrian menoleh kearah Damar, sosok pria itu seperti dikenalnya, dan tak butuh lama berfikir, Adrian memang mengenalnya, saat Rafli sudah berada disampingnya, Adrian memastikan siapa pria yang memerhatikan mereka itu.
"itu pacarnya Arga sekarang?"tanya Adrian dengan menunjuk kearah Damar.
Rafli menoleh, dan mengangguk mengiyakan, "sama dia, Arga jadi tampak sehat, dia berisi dan lebih bahagia"
"Namanya Damar ga?"
tanya Adrian makin penasaran."iya, Om Damar kata Arga tadi"
tebakan Adrian melesat tepat, Adrian menggeleng tak percaya, pria yang dulu sempat memporak-porandakan hati Layla kini datang lagi, boneka mainannya kali ini adalah putra Layla sendiri, Adrian memutar kemudi dan mengarah pulang.
sepanjang jalan, hati Adrian bergumam,
Layla harus tau masalah ini.*****
Mas Damar♥️
(mas kok ga pulang?)
(Uda mau tengah malam loh!)
(mas kenapa?)
(chat aku kenapa di read aja si mas?)
(mas?)
(jangan bikin aku khawatir, mas!)
read.sampai lelah mata Arga menatap layar ponselnya, menunggu sang kekasih segera membalas pesannya, namun apa, hingga terlelap pun Damar tak kunjung membalasnya sampai langit gelap mengubah terang kontrasnya.
pagi menyapa dengan indah, semilir angin berhembus pelan—masuk melalui celah jendela, seakan membangunkan Arga dengan pelukannya, sang pria muda itu masih tertidur dibalut kain tebal lembut.
saat sinar matahari mulai menyeruak, dari celah jendela itu masuk menyoroti wajah Arga, dan kelopak indah pun terbuka perlahan, beberapa menit kemudian cahaya gradiasi menyesuaikan retinanya, Arga sepenuhnya duduk sekarang, ia meraba ponselnya.
dan ketika dapat, ia langsung membuka roomchat dari Damar, Arga berdecak kesal, tak ada jawaban dari sang kekasihnya itu, Arga menghalau kain tebal yang menutupi tubuhnya lalu berjalan lunglai kearah kamar mandi.
selesai mandi, Arga hendak duduk sambil menonton tv sembari menunggu Damar pulang, benar saja beberapa menit kemudian, Damar melenggang masuk ke kamar, Arga tersenyum jahil, ia menyusul Damar kedalam.
"mas"
panggilnya dengan nada menggoda.Damar diam tak menggubris Arga, Arga menatap heran tubuh tegap pria paruh baya ini, dan membikin hantinya jengah, ia pun mendekati Damar dan memeluknya dari belakang.
damar melepas pelukan Arga, dan berjalan kembali keluar kamar, Arga setengah berteriak melihat Damar acuh padanya.
"mas kenapa, salah aku apa?"
Damar menghentikan langkahnya, lalu menoleh tajam kearah Arga, "aku benci orang yang ga aku kenal nginjakkan kaki kerumah aku!"
Arga paham siapa yang dimaksud Damar, "mas, bukan gitu"
" dan satu hal yang aku tau, semua yang keluar dari mulut mu itu bohong, kamu bilang benci sama dia, tapi mau dipeluknya, senyum-senyum pula, murahan!"
"mas, kok?"
"apa?"
"itu ga seperti yang mas bayangkan" Arga mencoba menjelaskan tapi lagi dan lagi Damar menyela semuanya.
bahkan semakin Arga mendekat, Damar semakin menjauhkan langkahnya, ia juga tampak meraih lagi kunci mobil yang terletak di atas laci,
"mas mau kemana lagi?" tanya Arga, ia menahan genangan air di pelupuk matanya."kita-
"engga!" Arga memotong cepat, ia tau apa yang akan di lontarkan Damar, "aku ga mau balik ke rumah Mama lagi mas, aku nyaman disini sama kamu"
Damar menatap lekat Arga yang perlahan mendekatinya.
"aku sayang sama kamu mas" lirihnya.
bibir damar tersenyum tipis, ia menarik nafas dalam, dan melipat kedua tangannya di dada, "apa yang bisa bikin aku percaya sama kamu?"
wajah yang semula tertunduk sedih kini mendongak saat wangi mulut Damar menyapu bersih wajah Arga, "apa aja, asal kita ga putus, aku ga mau"
damar mengangguk,
"apa yang mas mau, aku bakal turutin!"
Damar tersenyum lebar sekarang, Ia membawa Arga kedalam dekapan tubuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
STEP FATHER
Roman pour Adolescents"Bagaimana perasaan mu, jika kau mencintai ayah mu sendiri?" Arga si trouble maker itu hampir dikeluarkan dari sekolah gara gara tingkahnya, dan terancam tak lulus gara gara nilainya yang dibawah rata-rata, tapi guru sejarah nan baik hati membantu A...