"apart megah ini?" Arga menganga tak percaya, kalau Damar membawanya kemari.
Damar mengacungkan tangannya, mentitahkan staf untuk membawa barangnya masuk ke apartemennya, Arga menatap damar menyelidik, penampilan pria berumur ini di desa sangatlah sederhana tapi ketika setiba dikota, ia mendadak seperti bangsawan.
"kenapa dek?" tanya Damar ketika Arga menatapnya aneh.
"gapapa, aku kira kita ngekos ditempat biasa tapi ini" dengan melirik apartemen mewah didepan matanya, " ini mah hampir kayak Penthouse"
"ga lah jauh banget bedanya, Uda yuk masuk"
Arga tak bisa merincikan seperti apa bentuk apartemennya ini, garis besarnya ini sangat minimalis, dan begitu modren, saat Arga berjalan kearah dapur, tiba-tiba pelukan melingkar di pinggangnya, seperti biasa, Damar menciumi leher kekasihnya ini.
"mas, sange dek"
Arga membalikkan badannya, melepas satu persatu kancing meja Damar, tapi baru kancing pertama, Damar menghadangnya.
"kenapa?"
"ga bisa sekarang, kamu bersiap lagi ya, kita mau ketemu sama temen aku"
"temen? sekarang? kita baru sampe loh mas, masa langsung gerak lagi ga capek apa?" cibir Arga.
"engga" ucapnya sambil mengecup mesra bibir Arga dengan tangan usil yang meremas bokong kenyal Arga, "apalagi kalau nanti malam kita tempur lagi"
"engga engga ah" bibir Arga mengerucut, "jujur cape banget aku ih"
"yauda iya-iya, Kamu siap-siap dong dek"
"iya, mas"
****
Dua makhluk yang mempunyai daya tarik berbeda, melangkah masuk kedalam sebuah bar, si yang tampak lebih kecil sedikit menjaga jarak karena dia tak pernah sekalipun masuk kedalam tempat hiburan seperti ini, mengetahui ada jarak diantara mereka, Damar merangkul pinggang Arga mendekat kearahnya."Mas, nanti ada yang curiga" khawatir Arga.
"who cares baby" katanya dengan senyum menggoda.
Arga tampak lucu menggunakan kemeja nude oversize itu, dengan celana putih pendek, ia benar-benar seperti bocah menggemaskan, lalu diselaraskan dengan Damar yang memakai kemeja putih, ujung lengan kemeja itu terlihat pendek jadi otot bisep Darma mendesak keluar dan sangat menggoda, Damar juga tampak tinggi dengan celana panjang berwarna krem itu, ia terlihat lebih casual.
Dari sudut bar, seseorang melambaikan tangannya kearah Damar, Damar tersenyum ia dan berjalan kearah kumpulan teman-temannya, Arga si introvert ini benar-benar bingung bagaimana caranya bergaul dan bersosialisasi.
"woi" Damar melakukan high five kemereka, tatapan mereka kini beralih ke Arga, "siapa ini Damar?"
"U should guess, right?"
" ur bf? "
Damar menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum simpul, respon teman-temannya kagum, akhirnya si dominan ini berhasil melakukan sebuah komitmen."namanya Arga"
mereka semua menyapa lembut Arga, meraka adalah—Andre-Wiliiam-Yudi-Haris, itu seingat Arga, senyuman dan rupa Meraka tak perlu diragukan lagi, bak kontestan model Asia, Arga merasa insecure ditengah-tengah lingkaran para anak bangsawan ini.
"mau minum apa Ga?"
tanya William, dia yang paling ramah karena masih tersenyum padanya."aku soft drink aja ka" jelas laki laki yang disekelilingnya ini mahir meneguk alkohol, bukan seperti dirinya yang baru beberapa teguk sudah sempoyongan, Arga menggeleng kepalanya, bikin malu saja!
Arga menyimak saja pembahasan mereka, diantara wajah wajah tampan ini tetap Damar menyita perhatiannya, dari cara bicara, gerak tubuh, dan sedikit senyum, Arga menengadahkan wajahnya lebih intens kearah Damar membuat lelaki itu salah tingkah.
Damar masih terlalu semangat menjelaskan tentang kehidupannya setahun di desa, sesekali melirik Arga yang tak berkedip menatapnya, teman-temannya yang lain tekekeh saja melihat kebucinan dua manusia ini, sampai akhirnya Wiliam kembali berbicara.
"Eh, Arga!" panggilnya.
"iya?" Arga secepatnya menoleh.
"lu kasih pelet apa si sampe ni orang mau komitmen?" Tanya Wiliam melirik sekilas Damar.
"ga pakek gitu-gituan kak, alami aja"
"alami apa maksud Lo? bool?"
"iya"
mereka tertawa terbahak-bahak mendengarnya, "itu rutinitas Damar Ga, pindah bool sana bool sini, tapi aman dia bebas dari penyakit menular"
sedikit lega rasanya, Arga masih penasaran tentang Damar, "kenapa dia ga suka komitmen kak?"
"dia kan dulu pernah ditinggal cewek terus—
"gue gampar lu sumpah!" ancam Damar, Wiliam tak melanjutkan ceritanya, ia memilih diam karna raut wajah Damar tampak serius, ia benar-benar tak suka sebuah masalalu dibahas didepan masa depannya.
waktu terus bergulir, si paling muda sudah terkapar lemas di sofa bar, seharusnya ia pulang sehabis adzan subuh tapi karna ia membawa bocah yang menginjak dewasa, mau tak mau ia harus pulang.
sudah pukul dua, Damar membaringkan tubuh mungil itu di kasur lebar lalu menyelimutinya, ia duduk sebentar disamping Arga, memperhatikan lamat-lamat wajah remaja ini, matanya—bibirnya—sikapnya hampir sama dengan seseorang yang pernah ia kenal dulu.
(darinya, aku akan mudah menemukanmu..)
gumamnya ambis.............
Kan, kan, Damar ini siapa? kenapa begitu mencurigakan?

KAMU SEDANG MEMBACA
STEP FATHER
Fiksi Remaja"Bagaimana perasaan mu, jika kau mencintai ayah mu sendiri?" Arga si trouble maker itu hampir dikeluarkan dari sekolah gara gara tingkahnya, dan terancam tak lulus gara gara nilainya yang dibawah rata-rata, tapi guru sejarah nan baik hati membantu A...