bab 52

1.2K 98 1
                                    

Sebelum Adrian bergegas menuju ke kediaman Rafli, ia memasukkan si mata-mata ke daftar hitam—di ponsel mamanya, berharap tak akan ada lagi aduan-aduan pasif yang bukan memecahkan masalah malah memperburuk keadaan, terlebih lagi, sang mama merupakan tipe ibu-ibu penganut patriarki.

kini giliran Adrian yang merogoh kantung celana chinos nya, mencari ponsel yang terselip disana, sembari berjalan pelan kearah mobilnya, Adrian mencari nomor Layla di contact, saat ia hubungi, nomor itu sudah tak aktif lagi.

Ia tertegun, wanita yang sempat singgah itu benar-benar mencoreng Adrian dari daftar hidupnya, miris, tapi Adrian juga tak bisa apa-apa mengingat Layla sudah terikat sumpah dengan adiknya sendiri.

sepanjang jalan menuju rumah Rafli, Adrian sempat berhenti beberapa kali, hatinya ragu untuk melanjutkan perjalanan, segala memori tentang Layla melintasi pikirannya;

Flash back.
saat-saat indah, dimana Adrian bertemu dengan Layla, di sebuah club ternama di ibu kota, Layla yang masih berambut sebahu itu tampak segar berjalan kearahnya, ini hanya hubungan antara partner kerja; dimana Adrian si pembeli dan Layla si penjual, Layla di boyong ke sebuah hotel mewah, dan menunjukkan semua aset yang ia punya untuk dijual, apalagi kalau bukan badannya.

saat itu hanya sebatas rekan sex, Adrian menjadi candu, ia tak pernah memesan wanita lain selain Layla, gadis ini selain lihai di ranjang, ia juga di anugerahi pribadi yang indah, dari suaranya, sopan santunnya, senyum yang bertengger di sudut bibirnya membuat semua orang terpanah akan dirinya, dari situlah Adrian hanya menginginkan Layla untuk dirinya saja.

Adrian berhasil membuat dirinya menjadi tempat sandaran Layla, setiap hari Layla akan datang menemuinya sekedar bercerita tentang semua kesedihannya, Adrian iba, ia takjub akan sosok wanita dihadapannya ini, ia kuat dan setegar ini padahal tengah dihadapi masalah-masalah berat.

Layla selalu menopang bahu Adrian untuk bersandar, dan Adrian setiap hari makin jatuh hati pada Layla.

hingga akhirnya Adrian memberanikan diri untuk mengatakan perasaannya, tanpa berekspektasi apapun, ia akan menerima lapang dada jika Layla menolaknya namun takdir berkata lain, Layla menerimanya, saat itu hari yang istimewa untuk mereka berdua.

bersama Adrian Layla merasa di hormati, merasa dicintai dan dihargai, tapi semua itu tak bertahan lama, Adrian menunjukkan sisi gelapnya, saat hidupnya yang aman tengah dihinggapi masalah-masalah berat, dan Layla lah menjadi lampiasannya.

Adrian tak sering lagi menemui Layla, hubungan mereka pun sedikit merenggang karena perdebatan kecil,  hingga akhirnya Layla diam-diam kembali melakukan aktifitas kotornya lagi.

dan tak sekali Adrian mengetahuinya, bahkan ia juga memakluminya, tapi kesabaran Adrian habis dan ia pun menunjukkan taringnya.

Layla di siksa diranjang, diperlakukan layaknya binatang dan dibiarkan kelaparan didalam apartemen, Layla tak bisa keluar ataupun kabur, Layla dihujam oleh benda-benda keras seperti bisbol, pacutan, yang tiap hari membuatnya merintih menangis memohon dilepaskan.

Adrian adalah si dominasi dan dia tak segan menjadi serigala ketika merasa terganggu.

sampai akhirnya sang penyelamat datang, Rafli nyelonong masuk tanpa diizinkan, dan menarik Layla ke dekapannya, ia juga bersumpah akan mengayomi wanita yang kakaknya cintai itu, Rafli akan menikahi Layla.

malam itu, Adrian menggila, ia menyiksa seluruh wanita penghibur yang ia sewa, bukan desahan malah rintihan tangis yang melolong keras, meminta sang dominasi mengehentikan aksi gilanya.

Adrian tak menghadiri pernikahan megah rafli dan Layla, ia pergi dan hilang beberapa bulan sampai akhirnya ia kembali —menurutnya, ia adalah penyebab kerusakan.

Adrian memukul keras kemudi itu, masih teringat jelas tangisan dan rintihan Layla di benaknya, dadanya sesak, hatinya kalut, tapi entah bagaimana tiba-tiba mobil sudah terparkir di halaman rumah adiknya itu.

Tiga bulan belakangan ini, Adrian memutuskan untuk mengontrol dirinya setelah merasa ada yang tak beres—hal yang semu—dan hambar membuatnya memilih untuk melipir ke psikiater, Adrian juga meninggalkan aktifitas-aktifitas kotornya.

kali ini tujuan Adrian bukan untuk mengambil hati Layla lagi, tapi permohonan maaf, ia mengira Layla yang tak bahagia—karena masih berada dilingkungan yang sama dengannya seseorang yang tega menyiksanya begitu keji setelah dibuat melayang-layang di udara.

semoga aja Layla memaafkannya.

Adrian nyelenong saja masuk, toh, pintu tak tertutup rapat, buah tangan yang ia bawa ia suruh bibi membawanya ke dapur, Adrian menanyakan keberadaan Rafli, namun sang pembantu menggelengkan kepalanya tak tau.

dahi Adrian mengerut,
"mba Layla mana bi? dia baik-baik aja kan?"

"ga tau pak, kayaknya lagi banyak pikiran, buktinya mba Layla Ndak mau makan terus"

"lah?"

"mending langsung ke kamar aja pak, kasih semangat kasian, mana bapak Rafli juga jarang pulang"

Adrian melangkahkan tungkainya pelan kearah kamar Layla, dari ambang pintu ia melihat Layla duduk menyamping dikusen jendela menatap kosong kearah taman kecil disebelah rumah, tubuh kurusnya dan garis hitam yang melingkar itu menandakan Layla tak terurus—seperti yang mata-mata itu bicarakan.

Relung hatinya Adrian terasa menyempit, membuat pasokan udara di dadanya seakan habis, tanpa sadar bulir air mata Adrian ikut menetes.

"Layla" panggil Adrian.

Layla menoleh, dan langsung menunduk ketika tau didepan kamar nya adalah Adrian, Adrian memerhatikan tubuh Layla yang gemetar ketakutan, seakan kenangan buruk di masa lampau itu teringat lagi.

hati Adrian semakin teriris, ia tak sanggup melihat keadaan Layla seperti ini, Ia pun memilih berlalu dan berniat menemui Rafli, tapi ia tak tau dimana keberadaan adiknya itu, sebelum pergi, Adrian berniat memasak untuk Layla—seperti dulu, masakan kesukaan yang selalu ia buat untuk Layla.

belum menyentuh area dapur, Rafli dengar jelas dua pembantu tengah bergumul menceritakan kejadian yang tengah menimpa Layla dan Rafli.

ishhh jahat si kalau menurut aku.

yakan? aku dengar dari awal nikah sampe sekarang mba Layla ga pernah disentuh Ama bapak.

kamu ih, tau dari mana?

waktu mba Layla ke ruang kerja bapak, kan disitu mereka ribut besar, semuanya lohh aku dengar, apalagi pak rafli selingkuh.

kata siapa si?

Bi Inah, aku dengar dia ngomong sama orang.

BI Inah tak perlu lagi menebak siapa bi Inah itu, dia adalah si mata-mata mamanya, tanpa berfikir panjang Adrian langsung mencari keberadaan bi Inah yang ternyata baru pulang dari pasar, ia akan mengulik apa yang sebenarnya terjadi, Adrian pun menghampiri bi Inah.

Adrian menghadang bi Inah, dengan tangan yang bersidekap, bi inah menatap bingung,
"ada apa pak?"

"mata mata nyonya besar kan?"

pupil mata bi Inah membulat sempurna spontan ia langsung menutup mulutnya, namun, bi Inah masih belum mau mengakui.

"bukan pak bukan saya"

"jadi siapa?"

BI Inah menggeleng tak tahu.

"saya punya nomornya, mau saya telepon sekarang? kalau ternyata itu kamu, bersedia kamu saya usir dari sini?

kacau, kaki bi Inah bergetar hebat, ia lemas hingga belanjaan dari pasar jatuh berderai di lantai, dan akhirnya mengangguk.

"ikut saya ke mobil dan ceritakan semuanya!" tukas Adrian.

"baik pak"


STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang