bab 75

573 56 0
                                    

6 hari menuju pernikahan bunda.

Layla melihat kedua putranya sedang bersantai di gazebo belakang rumah, iapun berlari kecil menghampiri mereka,

"bunda mau minta pendapat kalian nihh"

"apa itu Bun?" tanya Aldo.

Arga tampak tak tertarik membahas ini, ia masih berkutik dengan ponselnya, Layla melengos, ia memanggil Arga dengan lembut
"argaa, nak"

Arga menoleh cepat, "eh iya Bun?"

"dengerin bunda dong"

Arga mengangguk dan fokus mendengarkan ucapan bunda yang meminta mereka untuk memilih gaun pengantin yang terbaik menurut mereka, setelah itu beralih ke dress code untuk seluruh keluarga sampai bagian makanan apa yang cocok dihidangkan.

tapi dari pilihan mereka satupun tak ada yang Layla pilih.

"kalau gitu ngapain nanya kita Bun?" sewot Aldo.

"kan bunda nanya do, kok gitu sih" bunda tampak sedih melihat jawaban Aldo tadi.

Aldo merasa bersalah dan langsung memeluk bundanya, awalnya bunda menolak, ia merajuk dan membuang pandangannya, Aldo menyeringai kemudian sigap mencium pipi, dan sembari menggelitik perut bunda, hal itu menimbulkan gelak tawa dari mereka berdua.

Arga tersenyum lebar melihat pemandangan didepannya ini, hatinya begitu tenang, keluarga seperti inilah yang dulu ia inginkan, dan sekarang, ia juga bisa merasakan.

"Bun" panggil Arga.

"iya sayang?" bunda menoleh kearahnya.

"apapun itu yang bunda mau, aku sama Aldo setuju kok, asal bunda senang"

Layla tersenyum mendengar itu, ia langsung menentukan apa yang ia mau dihari pernikahannya, lalu mengirimkannya ke pihak wedding organizer.

"Bun" panggil Arga lagi.

"iya, kenapa nak?"
bunda masih sibuk dengan urusannya, Arga perlahan mendekat dan berlutut dihadapan bundanya.

"kenapa Arga?" bunda begitu heran.

"selama ini Arga jahat sama bunda, Arga ga pernah mikir bagaimana jika Arga di posisi bunda, malah terus maksa bunda untuk jadi sosok ibu yang baik, padahal Arga belum jadi sosok anak yang baik juga buat bunda, Arga minta maaf ya Bun, Arga salah, Arga ngaku kalau jauh dari keluarga itu sakit, Arga bersyukur punya keluarga ini, Arga bangga punya bunda yang kuat selama ini, dilecehkan, dikasarin sama anak sendiri dan dikhianati, pasti sakit banget ya Bun? I feel u bun, one more, Arga benar-benar minta maaf sama bunda, Arga sayang banget sama bunda"

bohong jika Layla tak menangis sekarang, bahu yang kuat itu akhirnya lebur juga, ia bergetar hebat dan langsung memeluk kedua anaknya, menciumi dan berulang kali mengelus kepala anaknya.

"makasih ya nak, tanpa kalian bunda ga akan sekuat ini"

"kita kuat karna lahir dari sosok ibu yang begitu kuat" timpal Aldo.
.
.
tangis mengharu biru di gazebo pada sore itu, terlihat sebuah keluarga kecil sedang menjalin kembali rasa yang pernah hilang, mengerti sifat satu sama lain, dan menerima kekurangan masing-masing, emang keluarga seharusnya jadi rumah untuk kita pulang.

****
"om ngapain datang ke rumah?" Aldo menatap sengit kearah Adrian.

"loh, ga boleh tah?" Adrian bingung, relasi apa yang tidak memperbolehkannya untuk datang kerumah calon istrinya.

"ga boleh om" sahut Arga, "kalian kan sedang di pingit"

Adrian Mendecak kesal, ia hendak berbalik tapi jarak dari tempat Layla ke apartemennya itu cukup jauh, dan dia belum memesan penginapan sama sekali, sebelum pulang adrian mencoba mencari keberadaan Layla, sedang apa dia sekarang, dari arah jendela pupil mata itu membesar ketika Adrian seperti mengenal beberapa orang yang berada didalam rumah.

"mama sama Tante disini?" tanya Adrian.

"iya"jawab Aldo dan Arga serempak.

"mereka ga di pingit juga?"

Aldo membelalak kesal, " yang mau nikah siapa si om? om Ama Mama om? atau ama Tante om?"

Adrian ingin terkekeh tapi gensi, pamor seorang ayah masak kalah sama anak tirinya, dan memilih diam, "yauda saya pamit"

"om, aku ikut, aku bantuin cari penginapan disini, aku mau jalan-jalan sama om"

"oh, okee"

.
.
.

didalam mobil,

"maafin Aldo yang ga sopan ya om"

"he's like u Arga" sahut Adrian dengan pamdangan kearah jalan sesekali melirik Arga.

dahi Arga mengerucut, ia tak paham maksud Adrian,

"I mean, kamu yang dulu, yang cuek, jutex, kasar apalagi suka banting pintu heheh"

"sekasar itu om?"

Adrian mengangguk, "kan dulu om pernah ketemu ibu kamu juga, jadi Aldo belum apa apanya sama kamu, om lebih takut sama kamu"

"om bakal jadi ayah tiri aku, ga pantas takut sama aku, aku yang harus hormat ke om"

tiba-tiba mobil mendadak berhenti, aega tampak heran tapi lebih heran melihat Adrian tersenyum lebar kearahnya.

"o-om?? om gapapakan?"

Adrian diam, dan Arga tertekan dengan sikap Adrian,
"om bikin aku takut om"

Adrian mendekati dirinya ke Arga, degup jantung Arga semakin bertambah kencang, ia takut om Adrian ingin menciumnya, atau memperkosanya atau lebih parah lagi membunuhnya, ia tak mau ada masalah baru lagi dan season baru lagi....
(author yg capek dong kalau gitu wkwkw)

tapi ternyata Arga dipeluk erat oleh Adrian, bahkan Arga merasakan Adrian menangis di pelukannya.

"kenapa om?"

"om beruntung bakal jadi ayah kamu, punya anak yang kuat, kamu dulu ga begini, kamu kasar, tapi sekarang, kamu baik, tutur kata kamu sopan sekali, om malu karna masih belum bisa signifikan berubahnya ga kayak kamu"

Arga melepas pelukannya, "om, ga boleh membandingi kisah om sama kisah ku, kita sama sama kuat karna berjuang di masalah kita masing-masing, aku pun beruntung punya ayah tiri yng sayangnya tulus ke bunda, yang mau berkorban buat aku, dan asal om ga tempramental lagi ya? jangan sakitin bunda lagi"

Adrian mengangguk, dia berjanji pada dirinya sendiri.
"om dah ngantuk, antarin om ke penginapan ya"

"iya om"

sebelum sampai ke penginapan, tiba-tiba ada yang nelpon, Adrian segera mengangkatnya dan lalu mematikannya secara sepihak, setelah mengucapkan kalimat, "iya, nanti"

"siapa om?"

"ada temen om nelpon, btw kamu ingatin om sama seseorang"

"ha?" kok Arga jadi takut, polanya sama kayak Damar, deketin Arga karna mengingatkan Arga pada sosok itu—bundanya—masa season baru lagi.
(ga lah amannnnnn xixixi author Uda lelah soalnya)

"siapa om?" tanya Arga penasaran.

"Rafli, sifat kamu didominasi sama Rafli, kamu jadi kayak dia cara bicaranya, kamu merealisasikan diri kamu jadi dia, kamu kangen banget ya sama dia?"

Arga tertegun dengan penuturan Adrian, bagaimana tidak, Adrian itu kakak kandung dari Rafli mereka paham betul sifat dan prilaku masing-masing, jadi Adrian bisa menebak dengan jelas kalau Arga merindukan sosok Rafli.

dalam kata lain, Arga masih mencintainya jadi seharusnya ia tak perlu ragu untuk mengutarakannya.

STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang