bab 31

1.5K 123 0
                                    

Sampai dirumah pun, earphone itu masih menancap di kedua telinga Arga, Layla dongkol, sang anak tak mau menghargai pertemuan tadi, bahkan tak mau berbaur, hanya menunduk dan sibuk berkutat dengan ponselnya, kedongkolan Layla pun makin menjadi ketika dijalan menuju rumah, Arga sempat berujar, kalau Rafli,

itu cowok ga baik, keliatannya banyak bohong nya!

Layla menarik kasar salah satu kabel earphone itu, kaget sekaligus risih, Arga menepis tangan ibunya ketika ingin melepas kabel berikutnya.
"apa-apaan si?"

"kamu anak sekolahan tapi ga bisa kah kamu gunain tata hormat itu?"

"ha?" Arga bingung.

"dari tadi hp aja terus, bahkan liat calon ayah kamu aja kamu ga sudi, kamu kira mama ga perhatiin kamu tadi ha?"

Arga menggelengkan kepalanya, ia ingin berlalu dari Layla, hati dan pikirannya sedang rumit sekarang, namun Layla menahan Arga, ia masih menanyakan ke tidak sopanan Arga.

"aku ga mau ribut!"

"mama minta kalau pertemuan sama keluarga besar mas Rafli nanti kamu ha-

mas? Arga termangu, bukankah itu panggilan khusus Arga untuk Rafli, kenapa ketika orang lain menyebutkan hal itu juga, rasanya sakit sekali.

"atur aja kapan, aku coba ga main hp nanti!" hanya itu kemudian berlalu menuju kamarnya.

sampai dikamar, ia sigap menutup dan mengunci pintu itu, ia berjalan gontai menuju kasur, tapi melangkahkan kaki pun ia tak sanggup, hinga terkulai lemas diubin, tubuhnya mengerjap, dadanya semakin sesak kala mengingat sosok si ayah sambung itu.

Ekspetasi Arga di patahkan oleh kenyataan, mau tidak mau ia harus menerimanya dan melupakan status antara dirinya dengan mas Rafli, tak kuat menahan berat beban pikiran, pada akhirnya tangis itu tertumpah ruah.

di sore menjelang malam ini hanya semesta yang menemani Arga seakan memeluk dan menepuk pelan pundaknya.

****
Pagi-pagi buta Arga melihat mamanya sudah bangun, membersihkan rumah, masak, dan kegiatan lainnya, wajahnya begitu cerah, tak pernah lepas ukiran senyum di bibirnya, bahkan Layla juga mulai menyiapkan bingkai foto untuk ia pajang setelah nikah nanti, foto pernikahan dan keluarga besar.

mamanya melirik Arga yang berdiri diambang pintu, ia melempar senyum ke putranya,
"sarapan dulu yok sayang?"
Layla mendekati Arga, dan menarik lengannya, namun tiba-tiba Arga menepis kasar tangan mamanya itu.

seketika Layla termangu, bingung apa ada yang salah, pikirnya, apalagi saat melihat mata Arga berkaca-kaca.

"kenapa Ga?"

"aku benci sama kalian!" lirihnya, kemudian berlalu pergi dari hadapan Layla.

baru saja layla merasakan kedekatan dengan arga, tak ada caci maki yang ia terima, tak ada tatapan sinis, bahkan Arga mau menyantap makanan buatannya, lalu kenapa sekarang Arga membencinya, dan kesalahan apa yang sudah ia perbuat? hati Lyla bertanya-tanya.

.
.
.

Di sekolah,

Jaya dan Dinda melihat sahabatnya berjalan sendiri di koridor sekolah, mereka pun mendekatinya, lalu Jaya menggelayutkan tangannya di pundak Arga, sedangkan Dinda berjalan beriringan disamping Arga, kedua sahabatnya itu melempar senyum sumringah.

"gue seneng masalah lu uda kelar, lu masih bisa disekolah ini lagi Ga!" ucap Jaya.

"Ia Ga, tau ga si, pak Bandi milih resign dari sekolah ini, malu kali dia yak haha" sambung Dinda.

"nah iya hahaha"
tawa mereka berdua begitu renyah, hingga Arga salah tangkap dan mengira mereka menertawakan situasinya sekarang ini.

"awasin tangan lo!" Arga membentak.

dahi jaya mengerut, ia bingung akan maksud Arga yang tiba-tiba membentaknya, bahkan Dinda pun disuruh jaga jarak dengannya.

"lu kenapa si Ga!" tanya mereka serempak.

Arga tak menggubris, dan berjalan gesit menuju kelasnya, tak hanya Layla, Jaya dan Dinda pun bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan sahabat mereka itu.

Sampai dikelas Arga melempar asal tasnya, lalu membentak semua teman dikelasnya yang terlalu berisik, beberapa anak Badung dikelasnya tak terima dan mendatangi meja Arga.

"hak lu apa bentak-bentak kita!"
mereka tiga orang, salah satu dari mereka lebih dulu bertanya.

"lu mau ribut sama kita?" sambung satunya lagi, Arga mendorong yang ini, hingga jatuh ke lantai.

Sepertinya yang paling berkuasa maju dan langsung memukuli wajah Arga, Arga juga tak terima lantas mendorong kasar yang berkuasa itu, lalu sigap duduk di atasnya dan melayangkan beberapa pukulan.

Lalu terjadilah keributan, hingga mereka dipanggil keruang BK.

ketika mereka berempat akan dihukum, pak Rafli datang menyelamatkan mereka, dengan menjamin kalau anak didiknya tak berbuat kesalahan lagi, terkhusus Arga, ia menarik lengan remaja itu ke halaman belakang sekolah.

"saya tau kamu marah, emosi, benci sama saya, tapi jangan hancurkan citra baik yang uda saya bangun untuk kamu, ingat sebentar lagi mau ujian kelulusan!"
pak Rafli mengingatkan.

Arga acuh, wajahnya bahkan tak menoleh ke arah pak Rafli.

"saya minta maaf kalau udah nyakitin kamu, saya seharusnya jujur tapi saya ga sanggup"

ga sanggup?  Arga meradang, ia menatap nanar pak Rafli, lalu menampar wajah sang guru sekuat-kuatnya, tak cukup sekali, ia pun menampar sekali lagi.

"double kill, sama kayak lu uda berhasil nipu gue sama nyokap gue!" dan berlalu begitu saja dari hadapan pak Rafli.

Pak Rafli ingin mengejar namun seseorang menahannya dari belakang, ketika pak Rafli menoleh ia terkesiap,
"kamu?"
dia siswa yang sempat dicurigai pak Rafli karna tergesa-gesa saat keluar dari ruang UKS.

"jangan ganggu dia pak, luka nya hampir saja terobati, tapi kini, luka itu malah menguak dan lebih dalam!"

"ha?" pak Rafli tak mengerti apa maksud perkataan siswa dihadapannya ini, namun ia tak sanggup mengejar Arga lagi.

lalu, siapa siswa yang, sepertinya mengetahui banyak hal tentang Arga ini?


STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang