bab 56

1.2K 98 1
                                    

Adrian menginjak pedal gas, tangannya lihai berkutat pada kemudi, hingga mobil melaju cepat dan menghalau beberapa pengemudi yang berada didepannya, Adrian ingin cepat menemui Rafli, membahas lagi tentang Layla.

Adrian sudah mencari keberadaan sang adik dikantor, namun sekertaris Rafli mengatakan bahwa dia tak masuk kantor sedari tadi pagi, dahi Adrian berkerut, dia masih dilobi-perusahaan milik sang papa- disana adrian memutar otaknya secara paksa, kemana Rafli pergi?

mau dihubungi pun, lagi-lagi operator yang menjawab, nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan, Adrian mengusap gusar wajahnya, ia berkacak pinggang, memikirkan sesuatu.

drttt drtttt

ponsel Adrian bergetar, ada pesan memenuhi notifikasi bar nya-dari Layla.

( Adrian, Rafli ke puncak, dia ga pulang untuk seminggu ini, aku mau nanya, sebenarnya ada apa? kenapa dia ga mau pulang? salah aku apa?)

dada Adrian terasa nyeri melihat Layla gelisah dan merasa bersalah seperti itu, entah kenapa, saat-saat seperti ini Adrian ingin sekali memeluk dan menguatkannya, raut sedih itu menimbulkan efek lemas padanya, siapa yang tak sedih jika orang yang kau cintai di sia-siakan?

Adrian pun tak sanggup memberikan harapan baik pada Layla, Adrian tau betul apa ujung dibalik permasalahan ini,
Adrian menarik nafas dalam-dalam, "cerai"

lalu Adrian kembali ke mobilnya dan bergegas menuju puncak, dimana itu tempat healing terbaik keluarganya dahulu, saat-saat buyut masih hidup, liburan panjang akan dihabiskan disana, suasana asri nan damai terasa menyegarkan dada, yang sesak oleh ribuan masalah.

namun setelah buyut meninggal, pelarian healing keluarganya ialah luar negri, selalu dan selalu, melupakan puncak dengan ribuan kenangan, kini hanya Rafli yang masih setia kembali kesana.

Sesampainya di puncak, dengan memarkirkan mobil sembarangan, Adrian melangkah masuk setelah memastikan bahwa Rafli benar-benar berada didalam,

" Lu mau apa si sebenarnya?"
suara Adrian yang menggema menyadarkan Rafli akan lamunannya, Adrian semakin dekat hingga terasa tepat berada di belakangnya, namun Rafli diam, dan tak menggubris Adrian sama sekali.

semakin berang karena merasa diacuhkan, Adrian melangkahkan kakinya hingga berada dihadapan Rafli,
"lu ga budek kan?"

Rafli membuang pandangannya, membuat Adrian mendengus kesal, lalu menarik kerah baju Rafli dan berhasil mendaratkan satu pukulan ke wajahnya, si bungsu itu tersenyum getir, ia menatap remeh sang kaka.

"ini balas dendam yang tadi siang?" tanyanya.

"lu cowok raf, yang dipegang itu mulut Lo, anjing!" cengkraman tangan dikerah itu semakin kuat.

"terus?" nadanya remeh.

" gue bakal kasih tau ke Layla, semuanya, termasuk si pemilik paper bag itu!"

Rafli menepis tangan Adrian, ia membangkitkan tubuhnya, " mending diem, mas, jangan urusin urusan orang lain!"

"tapi Lo main main sama orang yang gue sayang, Lo itu-

"mas mending pergi aja deh!" potong Rafli.

"Ga ada hak Lo untuk ngusir gue, satu yang gue minta sama Lo, jujur ke Layla!"

"terus?"

"lu ga kasian liat dia? lu ga mikir perasaan dia ha?"

"engga"

"Anjing lu!" Adrian kalap ia kembali menghujam pukulan di wajah Rafli hingga darah meleleh dari sudut bibirnya, "lu uda sia-siain orang yang gue sayang raf!"

Rafli mendorong tubuh Adrian, dan bergantian mencengkram kerah Adrian,
" terus kenapa mas biarin dia nikah sama aku? kenapa mas ga halangi? mas lari kan? kalau gitu, apa bedanya mas sama aku? kits sama-sama pengecut!"

Adrian tertegun, ia menghalau pelan tangan Rafli, dan menyorot sendu,
"lu benar, gue juga pengecut, selalu lari dari masalah, dan seharusnya gue ga biarin Lo nikah sama Layla" tangan kanan Adrian memegang bahu Rafli, "apalagi saat gue tau, Lo bikin dia nangis tanpa minta maaf sekalipun, gua juga kasar, jahat, bringas apapun itu tapi gue selalu minta maaf dan ngakui kesalahan gue sama Layla, gue makin sakit liat wanita yang gue cintai ikutan sakit apalagi ulah orang lain!"

mereka menghentikan pertengkaran singkat tadi, dan kini duduk di sofa hitam polos"sekarang mas uda tau semuanya, jadi, mas mau aku ngapain?"

"jujur sama dia, tentang si Arga itu!"

terulas senyuman hambar di bibir Rafli, "gampang mas, tapi, nanti Layla malah makin sakit hati!"

"maksudnya?"

"mas, Arga itu anaknya Layla"

"anak?" Adrian membelalakkan matanya.
.
.
.
.

Adrian ingat, saat-saat dimana Layla kerap bercerita tentang keluh kesahnya dan inti curhatan itu ialah tentang putranya yang ia tinggal jauh di kampung.

Adrian menyadari pria muda yang ia lihat tempo hari itu, adalah putra Layla, yang katanya sempat menjalin hubungan dengan Rafli.

"mas, aku juga bingung kenapa semuanya jadi seribet ini, aku ga tau kalau Layla itu ibu dari Arga, aku mau hentiin ini semua tapi Layla" Rafli menghela nafas berat, "dia berharap besar sama pernikahan ini apalagi effort nya untuk meninggalkan dunia gelapnya itu, dia benar-benar serius, mas"

"pernikahan itu sakral baginya, makanya Layla kecewa, saat pernikahan pertamanya, harus hancur seperti ini" lirih Adrian, wajah sedih Layla tergambar jelas dipikirannya.

"aku menghargainya, aku memperlakukannya dengan baik, ku berikan hasil kerjaku untuknya, tapi satu hal mas, aku tak bisa mencintainya"

tampak lesu nada bicara adiknya itu, wajah tertunduk sedih dan sepertinya ia sadar akan sikapnya yang kian hari, menyakiti perasaan Layla, cinta semu ini, terlalu hambar.
"bahkan, gue denger, lu belum-

Rafli mengangguk sigap, ia paham apa maksud Adrian, ia tak bisa melakukan itu, dan emang tak akan bisa.

"ga bisa turn on sama dia?"

Rafli menggeleng kepalanya, "aku beda mas, aku ga akan bisa menikmati itu"

Adrian mengangguk paham, "dengar raf" ia menatap fokus ke Rafli, "gue ga masalahin seksualitas lu, itu hak lu, tapi lu uda berani nyakitin perasaan wanita lain, dan juga ngelukain perasaan Arga, dua hati raf, lu harus bisa tegas sama diri lu sendiri, pilih Arga atau Layla!

"Arga?" Rafli tersenyum getir

"kenapa?" ujar Adrian heran.

"dia sudah jadi milik orang lain, dia bahagia, dan sepertinya orang itu juga baik" pasrah, Rafli tau keadaannya dihimpit oleh dua batu besar, sesak.

satu-satunya jalan adalah jujur dan lepaskan.

"jadi, Lu maunya sekarang gimana?"

"aku mau bebasin Layla, tapi itu nanti, ada sesuatu hal yang ingin aku selesaikan terlebih dahulu sebelum aku pergi"

"kemana?"

"ke Canada"

"lalu, rencana apa yang ingin lu selesaikan?"

Rafli memberitahu Adrian, dan sekaligus meminta bantuannya, rencana ini mungkin bisa jadi akhir dari segalanya, dan ia akan hidup tenang di Canada.



maaf buat kalian nunggu lama, author lagi banyak tugas wkakka, happy reading gys♥️♥️

STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang