bab 38

1.3K 118 8
                                    

"mama mertua"
kamu bisa ke rumah sekarang, sayang? kita harus urus segala persiapan pernikahan kamu, bentar lagi loh.

"Layla"
Ia ma, aku kesana sekarang!

"mama mertua"
yauda mama tunggu ya, 💝

*****
"gapapa kan do, kamu nemenin mama ngurusin pernikahan ini?" Layla mengkonfirmasi pertanyaan nya.

Aldo selalu melempar tatapan teduh ke Layla, "gapapa Ma"

belum dihitung sebulan Aldo bersamanya, tapi perasaan segan tetap ada, takut jika kesannya Layla memaksakan anak-anaknya.

taxi itu menghantar Layla dan Aldo sampai di depan rumah megah keluarga besar Wardhana, rumah yang sekilas dianggap sebuah istana yang pilar-pilarnya menjulang tinggi, Layla sudah beberapa kali kerumah ini, dan tetap takjub dengan apa yang ia lihat.

"sudah datang kalian" ucap sang mertua yang menuntun Layla juga Aldo kesebuah ruangan.

ruangan dimana, semua keperluan pernikahannya sudah tersedia disana, mata Layla pun langsung tertuju pada gaun pengantin pilihannya.

lalu, sang mertua menunjukkan konsep pernikahan seperti apa yang ia mau, mengingat gaun yang ia pilih, vintage ball gawn, dimana gaun itu selalu digunakan para princess kerajaan, maka akan selaras jika konsep pernikahan layla juga bertema kerajaan—disney.

vintage Ball gown, dengan rok bervolume  yang berhiaskan detail-detail mewah nan menawan menambah kesan magical pada pesta pernikahan Layla nanti. 

"Mama juga suka Disney La, jadi lebih baik temanya Disney, nanti kamu pergi diantar pakek kereta kencana terus kamu—

disaat sang mertua menjelaskan panjang lebar, sesuatu mengganjal perasaannya, yang begitu menganggunya.

"Ma" panggil Layla.

"iya?"

"Mas Rafli kenapa ga diajak untuk bahas pernikahan ini? dia kan harus tau juga Ma!"

"bener, tapi-

"Ma, apa mas Rafli ga sungguh-sungguh menikahi aku? apa dia ragu? kenapa dia belakangan ini beda ya ma? dia itu laki laki harusnya mas Rafli menepati janjinya"

sang mertua terdiam, ia bingung menjawab apa, toh, keresahan Layla itu benar, pernikahan ini hanya formalitas untuk menyelamatkan hak Rafli sebagai pewaris Wardhana, kalau Rafli tak menikah ia tak akan mendapatkan hak dari keluarga besar Wardhana.

"aku dari tadi disini" suara Rafli tiba-tiba memecah keheningan, "aku ikut kamu aja" dengan merangkul pinggang Layla, hal ini juga termasuk formalitas belaka saja.

sikap ini setidaknya menghilangkan keraguan yang tadi singgah di benak Layla, lalu, mereka melanjutkan pembahasan untuk pernikahan mereka nanti.

sedangkan Aldo,

sedari tadi dia hanya memperhatikan si calon ayah sambung, terlalu signifikan perbedaan raut antara mamanya dan Rafli, si bahagia dan si yang selalu gelisah, acap kali berucap "abis ini uda siap kan?"

padahal banyak yang harus dicoba dan didiskusikan lagi.

"aku boleh ngomong bentar sama om Rafli ga?" tiba-tiba saja kalimat itu terucap dari bibir Aldo.

mereka berdua melipir ke sudut ruangan,
Aldo melipat kedua tangannya, "bahagia nikah sama mama?"

Rafli Menaikkan sebelah alisnya, "Mama?"

"aku juga anak dari perempuan yang mau om nikahi, adik kandung dari Arga!"

terlihat Rafli membulatkan bibirnya,

"jawab pertanyaan aku tadi om, bahagia sama pernikahan ini?"

Rafli mengangguk ragu, lalu melirik Layla yang tengah antusias membahas pernikahan ini, kemudian tertunduk lesu.

Aldo menarik sudut bibirnya, "aku paham om"

Rafli menatap heran Aldo, apa yang dipahami anak ini, dan sebesar apa yang ia ketahui tentang masalahnya.

"do u still love him?" Aldo langsung pada intinya.

"him?" Rafli masih pura-pura bodoh.

"Can u guess?"

hening, lalu beberapa menit kemudian ia ragu-ragu menjawab, "a-arga?"

"emang siapa lagi om?"

dahi Rafli berkerut.

" I feel u, om, kalau ga bahagia kenapa terus dilanjutin?"

Rafli tak menjawab sepatah katapun, matanya sudah menjelaskan kalau ketakutan terbesar Rafli adalah Mama, dengan tak membantah apapun ia akan terhindar dari julukan si anak durhaka.

"om"

Rafli hanyut dalam pikirannya sendiri.

"om" Aldo mencoba melambaikan tangannya kehadapan Rafli.

"eh?" ia menoleh ke Aldo, "kenapa?"

"om linglung, yang ditanya sama yang dijawab ga singkron!"

Rafli menghela nafas panjang.

"om terjebak sama ucapan yang om sendiri aja ga mau kan?" lagi-lagi tebakan Aldo tepat sasaran.

"om mau lepas tapi uda terlalu janji dan om sebenarnya—

"kalau uda tau semuanya, kamu mau ngapain?" potong Rafli secepatnya.

Aldo menjentikkan jarinya, lagi-lagi anak itu seperti mendapatkan ide, jelas Rafli memandang aneh sikapnya.

"gue mau bantuin kalian buat lepas dari belenggu ini"

"kalian?"

Aldo mendengus, "ini pura-pura bodoh apa bodoh beneran si om?" semakin saja kesalnya ketika melihat Rafli mengedikkan bahunya, "antara OM DAN ARGA"

Rafli membungkam mulut Aldo dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kiri menyuruh untuk anak itu mengecilkan suaranya, "kamu jangan bawa-bawa nama Arga disini!"

"kenapa?" ia menepis kasar tangan Rafli.

diam, Rafli tak menjawab lagi.

"aku mau—

"ini urusan saya bukan urusan kamu, jangan bikin tambah runyam!" tukas Rafli.

kini Aldo yang terdiam, kemudian Rafli berlalu begitu saja, namun, usaha Aldo tak berhenti disitu, jika tak ada satupun diantara mereka yang bergerak untuk jujur maka kemudi akan dipegang ahli oleh Aldo.

"kalian harus bersatu!"

Aldo lupa bahwa akan ada perasaan yang hancur akibat kejujuran itu.

****

STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang