bab 41

1.3K 117 1
                                    

📍beberapa jam sebelum pernikahan Mama dimulai.

Udara di pagi itu terasa sangat segar, kawanan awan terbentang luas di langit biru, sedangkan seorang remaja dengan mata sembab terduduk lemas di teras rumahnya, kadang ia melirik pada anak burung yang bertengger diranting pohon, lalu, menoleh ke beberapa orang yang lewat dihadapannya, tampak segar orang-orang itu.

lalu Arga?

Hari ini padahal hari istimewa yang harusnya juga ia nanti-nantikan, sudah lama ia menginginkan sosok seorang pemimpin—ayah, tapi sebuah kabar tak selalu baik, impiannya terkabul, ia akan memiliki seorang ayah, tapi haruskah dengan kekasihnya sendiri?

maksudku, kekasihnya adalah calon ayahnya.

Arga mengacak-acak rambutnya kesal, kenapa takdir mempermainkan perasaannya, ia menatap nanar atap langit, kira-kira dosa apa yang ia perbuat dulu sehingga kini dirinya harus menanggung pedihnya hidup, semua lintas hidupnya dari kecil—hingga dia seusia remaja ini, sepertinya tak pernah merasakan rasanya bahagia.

kalau pernah pun, tak akan berlangsung lama, kenapa tuhan? Arga iri, Arga kecewa, marah, ahhh sudahlah lebih baik dia menghindar dari mereka semua—yang membuat hatinya sakit.

Arga rindu kampung halamannya, ia ingin sekali balik ke desa, ia langsung mempersiapkan kebutuhan untuk ke desa, sekaligus menghindar dari pernikahan mamanya hari ini, pagi itu—saat semuanya sudah dipersiapkan, Arga pun bergegas pergi ke desa.

tak lupa, ia mengirim pesan ke mamanya, berharap wanita itu tak akan kecewa padanya.

****

Bus itu melaju kencang, semua penumpang mulai terlelap apalagi kondisi diluar bus—hujan, menambah rasa kantuk yang mulai menggerayangi Arga, ia pun berulang kali menguap sampai akhirnya ia pun ikut terlelap, untung saja Arga bukan tipikal mabuk darat.

dalam makin dalam, Arga terbawa kedasar mimpinya;

Ia tengah berdiri di depan pernikahan sang mama, ijab kabul itu belum selesai ketika ada seseorang orang yang lantang mengucapkan kata "Tak Sah"

lantas ijab kabul berhenti, semua para tamu melirik Arga dengan tatapan bingung, Arga melangkah semakin dekat dengan pusat perhatiannya, yaitu, sang pengantin.

"saya berhak mempertahankan rasa cinta saya pada dia!" tukas Arga, semua orang yang berada didalam aula itu terkesiap ketika Arga menunjuk ke arah Rafli.

mungkin kasus ini berbeda dari yang biasa tampil di setiap sinetron dan selalu di dominasi oleh para perempuan;  yang menghentikan pernikahan karena sedang hamil–diselingkuhi–atau alasan-alasan lain, tapi mungkin situasi yang terjadi pada Arga hampir sama, hanya saja menambah rasa kaget semua orang karna dirinya seorang laki-laki yang ingin mempertahankan rasa cintanya pada seorang laki-laki juga.

Sebuah masalah yang begitu kompleks, apalagi di negara yang masih menganggap itu, hal yang paling tabu.

jadi, ribuan cercaan menerpa Arga, semua orang berada didalam aula seperti akan mengamuknya, tak membiarkan perasaan aneh itu membumbung tinggi, harus dijatuhkan sejatuh-jatuhnya, Arga dilempari sisa makanan, botol Aqua, dan kulit pisang.

Arga berharap Rafli membantunya tapi kekasihnya itu malah memeluk erat mamanya, Arga makin susah untuk menghalau amukan para tamu, netranya bertemu pandang dengan netra sang mama yang sudah banjir oleh air mata.

mama pasti kecewa, terlebih pernikahannya hancur, anaknya tak normal, pasti dirinya akan balik ke dunia gelapnya itu lagi, dan hinaan akan tetap menghantui Arga lagi, dada Arga seperti tercekat, sesak, bulir air mata merembes dari sudut matanya, Arga hanya bisa menangis.

STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang