(Kamu uda sebulan lebih ga pulang Rafli, mama mau kamu bawa calon kamu itu ke mama, bilang, mama ngundang dia ke acara makan malam kita.) Dari mama.
Pesan itu terbaca oleh Rafli, ia teringat, bahwa beberapa Minggu lalu ia sempat memperkenalkan seorang wanita ke mamanya, mengakui wanita itu sebagai calon istrinya, tapi, masalahnya, Rafli tak kenal siapa perempuan itu, dan dimana alamatnya.
Kecuali, ia menanyakan hal itu pada saudaranya, Adrian.
Rafli bergegas menemui Adrian di kediamannya, Rafli nyelonong masuk begitu saja, toh, rumahnya tak terkunci, baru masuk dia sudah disambut oleh pakaian dalam wanita yang terletak asal di sofa, juga beberapa botol bir bekas yang tergeletak disudut meja.
Rafli menebak, abis party.
Adrian keluar dari kamar mandi hanya dengan celana dalam, kesadarannya belum pulih sepenuhnya, ia juga harus memicingkan mata guna melihat jelas siapa yang bediri dihadapannya.
"Lu? Rafli?"
Rafli mengangguk dan mendekati Adrian.
"Ngapain?" Rafli mendapat sambutan ketus dari saudaranya.
"Gua mau tau alamat cewek itu!"
"Cewek mana?"
"Yang Lo siksa di hotel waktu itu!"
Pernyataan itu langsung membuat raut wajah Adrian berbeda,
"kenapa Yan?" Tanya Rafli heran."Lebih baik lu gausah cari tau siapa dia!"
"Kenapa?"
"Dia ga baik buat kita"
Rafli semakin heran.
"Maksudnya?""she's a whore"
Ha? Pelacur?
Rafli seketika terdiam, ia hendak berlalu dari Adrian tapi sebelum jauh Adrian sempat mengatakan,"But she's kind, dia beda, she's good personality"
Rafli membalikkan badannya lagi, "kalau gitu kenapa lu lepasin dia?"
"Gue ga ada rasa lagi sama dia!"
"Mana alamatnya?"
"Ga perlu, uda gue kasih nomornya ke wa lu, hubungin aja dia malam ini"
"Iya, sekalian mama juga mau ngajak dia makan malam"
Adrian mengangguk, bodoh jika Rafli tak menyadari raut sendu saudaranya itu.
****
Rafli-(Hai, permisi)
Layla menatap heran pesan masuk di ponselnya ini, ga seperti biasanya, jika ada pelanggan pasti langsung to the point ke tarif servisannya.
(Iya?)- Layla.
Rafli- (Kak Layla ya?)
(Layla aja, 30 jt semalam, ga bisa nego)
Rafli- (Bukan kak.)
Ha? Ia semakin heran saja, kalau bukan pelanggan dia mau apa, ngerjain?
(Jadi mau apa?) Ketus Layla
Rafli- (Saya yang di hotel waktu itu kak)
Layla tak bisa menebak begitu saja, ada banyak pria yang ia jumpai di hotel, mungkin dia pria yang berbeda, kemudian pria itu berujar lagi,
Saya yang bilang ke mama saya, kalau Kaka calon istri saya.Layla kikuk, tubuhnya bergetar hebat, benar saja dia pria itu, alias, calon suaminya.
Layla berdehem, ( Iya?)
Rafli- (Bisa saya tau alamat Kaka? Saya mau mampir.)
Semakin menjadi detak jantung Layla, ia pun jadi salah tingkah.
(Gausah, ketemuan diluar aja.)-Layla.
Rafli- (Boleh, tapi abis Maghrib aja gimana kak? Soalnya jam 09, mama ngajak kakak makan malam sama kita.)
(Makan malam?) Layla
Iya, kenapa? Kalau keberatan gapapa, bisa lain kali aja! Rafli
Gapapa kok, tapi dalam rangka apa ya? Layla.
Saya jelasin pas uda jumpa.
Baik.
.
..
.Di cafe yang tak terlalu jauh dari tempat Rafli mengajar, sebagai seorang laki-laki dia lebih dulu datang, dan menunggu beberapa menit, tak lama kemudian Layla tiba, Rafli sempat terpaku, wanita dewasa ini sungguh menawan, cantiknya, anggunnya, images seorang pelacur tak ada di garis wajahnya.
"Saya Rafli" Rafli mengulurkan tangannya, dan disambut hangat oleh Layla.
"Ada apa ya?" Tanyanya.
"Saya serius mau ngelamar Kaka!" Adrian terlihat serius, dia juga membawa cincin selayaknya orang tunangan.
"Alasannya?"
"Ga ada alasan untuk hati, jadi, apa yang sudah saya ucapkan maka harus saya pertangungjawabkan!"
Menarik, pria ini mengingatkannya dengan Adrian, senyumnya, tutur sapanya, cara memperlakukan seorang wanita tanpa melihat profesinya sama sekali, persis seperti Adrian, tanpa disadari, Layla belum bisa melupakan mantan kekasihnya.
Setelah itu, Layla dibawa ke rumah orang tua Rafli, disana dia disambut dengan begitu baik, lalu matanya di manjakan oleh ornamen kecil nan indah yang menggantung di kusen meja makan.
Staf telah menyiapkan hidangan di meja makan, berbagai macam makanan pembuka, hingga penutup.
Di sela-sela makan, interogasi kecil juga berlangsung, sebagai orang tua, Amran Wicaksana dan Sania juga perlu mengetahui latar belakang dan bibit bobot menantunya ini, dengan mudahnya Layla menjawab, tak ada pertanyaan yang menyinggung profesinya sebagai seorang pelacur, sampai disini aman, tapi mau sampai kapan ia menyembunyikan identitasnya?
"Saya janda Tante, saya punya anak"
"Wahh, bagus dong, yakan pa?" Ia melirik sekilas suaminya, "kita ga mau nunggu lama cucu, eh, langsung dapat dari kamu"
"Saya boleh bicara berdua dengan Rafli Om, Tante?"
"Silahkan!"
Layla tak segan menarik lengan Rafli ke sudut rumah yang tak bisa di dengar oleh orang tuanya.
"Kamu tau kan saya bukan wanita baik baik, saya juga mantan pacar dari kakak kamu sendiri, kalau orang tua kamu tau gimana?""Nothing happens"
"Ya ga mungkin, mereka layak dapat yang lebih baik!"
"Saya ga akan pernah tarik ucapan saya!"
Layla menghela nafas berat, ia nyerah, pendirian pria ini cukup diacungi jempol, dia rela mengambil resiko, ini yang bikin Rafli berbeda dari Adrian.
Saat kembali, Layla semakin dikejutkan dengan ucapan serempak dari calon mertuanya ini,
"Kita ga butuh menantu yang tinggi gelar, yang biasa saja, asal bisa masak itu uda cukup, karna kita sudah punya semuanya, Kita hanya butuh kebahagiaan dari putra kita" sembari melirik hangat ke Rafli, "kalau kamu yang bikin putra kami bahagia, maka kami ga bisa melarangnya, maka kita harus cepat ngatur jadwal pernikahan kalian"Pernikahan, setelah merundingkan keputusan bersama, pernikahan itu akan berlangsung setelah ujian nasional dari putranya Layla selesai.
.
.
.
Adrenalin Layla benar benar dikuras, ia sebentar lagi akan menjadi menantu Wicaksana, seorang kolongmerat yang mempunyai latar belakang yang baik, bagaimana jika mereka tau, menantu mereka seorang pelacur?Dan apa tanggapan Arga tentang pernikahan ini nanti?
Dia harus beradaptasi dengan ayah tirinya, tapi melihat sikap tertutup Arga, bagaimana?
Arghhhhhhh, Layla mengacak rambutnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP FATHER
Teen Fiction"Bagaimana perasaan mu, jika kau mencintai ayah mu sendiri?" Arga si trouble maker itu hampir dikeluarkan dari sekolah gara gara tingkahnya, dan terancam tak lulus gara gara nilainya yang dibawah rata-rata, tapi guru sejarah nan baik hati membantu A...