bab 50

1.3K 106 6
                                    

"kamu tunjukkin jalannya ya?" titah Damar, dia duduk di kursi kemudi, Arga mengangguk, ragu menyelimutinya, namun ia tidak bisa menolak ajakan Damar, mobil mereka pun melaju cepat.

mereka menempuh dua jam untuk sampai ke rumah Mama Arga—bukan rumah yang dulu Arga dan mama tempati, melainkan rumah ayah tirinya, mama di boyong kesana, tinggal dirumah sederhana namun terlihat sangat modern, mengisi salah satu deretan perumahan elit di ibukota.

tak tepat berhenti didepan halaman, Damar menepikan mobilnya didekat jejeran pohon Cemara, Arga hanya tau perumah elit yang Aldo sebutkan—adiknya itu tengah fokus ujian, jadi tak bisa membantu Arga mencari rumah mama.

"Aldo ga nyebutin nomor rumah mama?"
sahut Damar.

"engga, dia juga belum pernah kesini"

Damar ber-oh ria, Arga turun lebih dulu, mencoba melirik-lirik rumah yang ada di kawasan blok-B ini, Arga memerhatikan seksama rumah yang paling mencolok diantara rumah-rumah yang lain, dia ada di tengah-tengah dengan desain yang juga sedikit berbeda.

Arga paham betul motor yang di pake Rafli, dimana motor itu sering mengantarnya ke sekolah, tak butuh lagi menebak, itu sudah pasti rumah Rafli si ayah tirinya.

Arga merasakan tungkainya melambat saat semakin dekat dengan rumah itu, bahkan ia mendengar degupan jantungnya yang cukup keras, ah, Arga menarik nafasnya dalam-dalam mencoba menetralisirkan rasa gugupnya.

tapi, tiba-tiba, Arga melihat dengan jelas Rafli mengecup lembut dahi mamanya, setelah sang mama membenahi dasi Rafli yang tak rapi, kemudian Rafli membelai rambut mama.

sungguh, Arga tak tahan melihat mereka seperti itu, senyum yang semula terpatri kini menjadi garisan datar tak berekspresi, angin seakan menghindar, hingga tak ada yang bisa ia hirup, sesak dan sakit sekali.

Arga membuang pandangannya, menitikkan setetes air matanya, lalu menyeka dan sigap kembali ke mobil.

"kamu, baik-baik ajakan?" tanya Damar khawatir.

"mas.."

"iya?"

"aku mau mas peluk!"

Damar menggeser sedikit tubuhnya, dan memeluk tubuh kecil sang kekasih, membiarkan bahunya basah oleh tangisan Arga yang semakin deras, diam-diam mata Damar menyorot sinis kearah sepasang pengantin baru yang tengah bercumbu.

rahang Damar mengeras.

.........

*****

"1,5 tahun kemudian"

Layla menatap kalender yang menempel di dinding, matanya fokus pada bulatan merah di tanggal 12 Februari, ternyata, ini hari anniversary-nya, ia tersenyum getir, pandangannya beralih pada cincin yang melingkar di jari manisnya,

"sudah setahun lebih juga ya" gumam Layla, lalu raut sendu wanita ini mendominasi entah hal apa yang menyebabkan suasana hatinya berkabut seperti ini.

disebelah kalender ada bingkai foto pernikahannya, gaun vintage itu indah sekali apalagi senyum yang terpampang jelas di bibirnya dan juga suaminya, Layla menjadi ratu sejagad semalam, ia membayangkan rasanya di perlakukan dengan layak, ditatap dengan sopan dan tutur ucapan yang santun.

berbeda saat Layla masih menjadi wanita penghibur, rata-rata pelanggannya sangat tidak sopan, meludahinya, menyiksanya, menatap jijik dirinya seakan onggokan sampah yang sebenarnya harus dibuang, tak layak diperlakukan seperti manusia, tapi masih butuh tubuhnya untuk mencapai kepuasan.

sungguh manusia-manusia munafik.

Tapi apakah suaminya juga termasuk golongan orang munafik? yang kasak kusuk nya terdengar bahwa Rafli tak sebaik yang dikira, tapi selama ia bersama sang suami tak pernah sekalipun Layla diperlakukan seperti hewan, dia men-treat Layla sebaik mungkin.

STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang