bab 27

1.6K 119 1
                                    

"lu harus lulus Arga, ingat, kalau lu ga lulus, lu ga punya semangat lagi di sekolah itu!"

Kalimat itu berputar-putar di kepala Arga, dia baru saja merebahkan tubuhnya di kasur tiga kaki bermotif hitam polos, lengkap dengan guling hitam disisi kanan-kirinya, Arga hampir terlelap sebentar, namun terbangun ketika pikiran itu mulai mengganggunya sampai ke alam mimpi.

Mimpi itu membuatnya gelisah, dan kalau sudah seperti ini, Arga pasti butuh ketenangan, bentuk lain dari kata "tenang" itu adalah; rokok dan alkohol, Arga berjalan kearah dapur membuka lemari dimana tempat sang mama menyimpan minuman haram itu, lalu mengambilnya satu.

Arga juga terkekeh ketika melirik rokok yang di genggamannya, sudah hampir sebulan ini, ia jarang menyentuh gulungan tembakau itu lagi, mungkin, sesekali ia, tapi tak kecanduan seperti dulu.

Arga duduk di teras rumah, situasi diluar rumah sehabis hujan sangatlah asri, apalagi populasi pohon masih terbilang banyak, siklus udara begitu bagus disini, ia menyulut api ke rokok yang menancap di mulutnya, lalu menghisap perlahan rokok itu, dan kembali merasakan ketenangan.

Tiba-tiba sebuah mobil Avanza hitam dengan BK 3350 berhenti tepat di pekarangan rumah Arga, ia memutar bola matanya malas, seperti biasa, lagi dan lagi ketenangannya di renggut oleh tamu-tamu yang tak diundang itu.

iya "tamu".

Ia mendengus kesal seraya menyudutkan api rokoknya ke lantai, lalu meminum kembali seteguk bir disampingnya, kemudian membuang asal kaleng bir itu, lebih tepatnya di samping mobil Avanza tersebut.

Ketika Arga hendak masuk kedalam rumah, diambang pintu, ia melihat netra mamanya menyorot bahagia ke seseorang yang berada didalam mobil itu, aneh, siapa tamu ini? pikir Arga, tak seperti tamu lainnya, kenapa sang mama menyambut bahagia tamunya kali ini?

Arga menggeleng kepalanya, tak terlalu mau tau, dan langsung melenggang masuk kedalam, dikamar ia kembali merasakan takut-gelisah-khawatir.

Arga merebahkan kembali tubuhnya, berusaha memejamkan mata, namun tak bisa, apalagi suara deru mobil begitu mengganggunya, ia pun mendekat ke arah jendela kemudian menyibak gorden itu, lalu mengintip keluar, sosok yang berada didalam mobil tak ada niatan turun sama sekali, bahkan membiarkan mamanya berdiri menunggu.

Dan anehnya lagi, mobil itu pergi begitu saja, tanpa menemui mamanya, Arga memperhatikan raut sang mama berubah murung. jujur sedih, tapi juga benci, ah entahlah, lebih baik Arga tak peduli tentang kehidupan mamanya.

Waktu kian berjalan, tak terasa malam semakin larut, pria muda itu juga belum tidur, perasaannya semakin gelisah akan sidang besok, takut jika mengecewakan mas Rafli, bagaimana kalau dia tak memenangkan sidang itu? bagaimana kalau terancam tak lulus? seribu kata "bagaimana" mengisi pikirannya, Arga melirik jam yang tergantung di dinding kamarnya, sudah larut malam dan matanya masih tetap terjaga.

ia berdecak, lalu mendengus, dan kemudian menghela nafas berat, siklus ketika overthinking begitu mengganggunya sekarang.

"arghhhhhh" ia mengerang sembari menenggelamkan wajahnya kedalam bantal, menarik nafas dalam-dalam dan ancang-ancang menghitung angka 1 sampai 100 berulang-ulang, katanya hal ini ampuh membuat siapa saja mengantuk.

sebuah testimoni yang sangat berkerja, hingga akhirnya Arga terlelap juga, saat waktu menunjukkan pukul 03.30 dini hari.

***
Tubuh membutuhkan waktu berisitirahat setidaknya 8 jam sehari, namun malam tadi, Arga hanya tidur tiga jam setengah, tak heran ada lingkaran hitam diwajahnya, bak mata panda, yang kini di dalam otaknya hanyalah tidur, tidur dan tidur.

"ahhh ngantukkk" Arga menguap.

Jaya menoyor kepala Arga, "kalau nguap tutup mulut asu!" dia juga tak bisa membalasnya bahkan melayangkan tatapan sinis saja, Arga tak sanggup.

Ia berjalan lunglai, ngantuk benar-benar mendominasi, Arga tak menuju kelasnya, ia mempercepat langkahnya menuju ruang UKS, sepertinya remaja ini tak bisa menahan kantuknya lagi, kalau tidur di kelas bisa berabe dan namanya akan semakin jelek, lebih baik ruang UKS, dengan alibi kalau Arga sakit.

Disana Arga langsung merebahkan tubuhnya setelah izin ke perawat UKS, dan tak menunggu lama ia pun langsung terlelap.

Hingga satu jam sudah,

setelah mencari keberadaan Arga sedari tadi pagi, akhirnya guru muda itu menemukan Arga di ruang UKS, tapi sebelum sampai disana, Pak Rafli memicingkan matanya seraya melihat seksama dari ujung koridor, seseorang baru saja keluar dari ruang UKS, dengan gelagat yang begitu mencurigakan.

Pak Rafli mempercepat langkahnya, ia takut sesuatu terjadi pada Arga, tapi akhirnya ia lega karena melihat kekasihnya itu aman dan sudah membangkitkan tubuhnya setengah duduk,
"kamu gapapa?" tanya Pak Arga sembari memeriksa suhu tubuh Arga.

"udah mendingan pak" jawab Arga lemas.

"saya bopong ya?"

"kemana?" heran Arga.

"bentar lagi sidang kedua kamu, saya bopong saja sampai ke ruang sidang, ya?"

"ga usah Mas eh Pak"

pak Arga tertawa kecil, ia berbisik di telinga Arga, "panggil mas nya di rumah aja, disini harus bapak ya!"

Arga mengangguk, lalu pelan-pelan berjalan ke arah ruangan sidang, pak Rafli masih penasaran dengan siswa yang seperti tergesa-gesa keluar dari ruang UKS tadi.

siapa dia dan kenapa gelagatnya begitu aneh?

STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang