bab 4

2.6K 162 5
                                    

"jadi, dia wali kelas baru Lo?" Jaya tertawa puas.

"Iya, gue jadi keinget tadi pagi ngasih dia udud!"

"Udud?"

Arga mengangguk, tawa jaya semakin keras, "bisa-bisanya lu nawarin guru buat ngudud bareng sama Lo, hahah, mana itu guru baru, dahlah langsung ketauan image buruk Lo!"

Arga mendelik kan matanya, lalu mengambil sebatang rokok dari bungkusnya, kemudian menghisap perlahan rokok itu setelah disulut api, jaya pun ikut turut sepertinya.

Kepulan asap melambung di udara, mereka begitu menikmati setiap hisapan dari gulungan tembakau itu, karena dari benda itulah mereka bisa merasakan ketenangan walau beberapa menit.

Biasanya, akan habis beberapa batang, tapi kali ini belum kelar sebatang pak Rafli memergoki mereka merokok dihalaman belakang sekolah.

"Buang rokok kalian!" Bentak pak Rafli.

Arga dan jaya saling bertatapan, lalu menghela nafas berat.

"Cepat!"

Mereka mendesah gusar lalu membuang asal rokok dari mulut mereka.

"Ambil lagi, lalu habiskan, nanti pulang sekolah mampir keruangan saya dulu, ada hukuman buat kalian!" Titah pak Rafli lalu meninggalkan mereka yang mematung di sana.

Lagi dan lagi Arga dan jaya saling bertatapan, mereka tak bisa mencerna maksud dari guru aneh itu.

***
"Benar-benar aneh si!" Ucap jaya disela-sela mereka berjalan kearah ruang guru, "masa uda di lepeh tu rokok di isep lagi, yakalik"

Arga terkekeh kecil mendengarnya, tapi dipikir-pikir guru itu emang aneh, tak ada raut bengis di wajahnya, ga kayak guru kebanyakan, yang marah-marah dan mukulin mereka.

"Tapi kira-kira dia mau ngehukum kita kayak gimana ya?"

"Palingan bersihin kamar mandi" pikir Arga.

Nyatanya.

"Tugas tambahan buat kalian!" Pak Rafli menyodorkan buku sejarah kehadapan mereka berdua, terlihat dahi mereka mengerut, masih tak paham maksud dari pak Rafli.

"Ringkas bab bagian, kolonialisme dan imperialisme!" Pak Rafli memperjelas tugas tambahan itu.

"Ada interupsi?" Tanya pak Rafli.

"Ini hukuman kami pak?"Arga heran.

Pak Rafli mengangguk

"Tapi ini diluar jam sekolah loh" Arga juga memperjelas bahwa jam sekolah telah habis sekarang.

"Kalian juga masih disekolahkan?"

Arga berdecak kesal, "tetap aja keterlaluan, kita ga mau pak!" Lalu Arga menoleh ke Jaya,
"Kita balik aja yuk!"

"Yauda silahkan pulang, tapi jangan kaget kalau besok kalian dapat surat peringatan lagi dari guru BK!" Tutur pak Rafli.

Ancaman itu tak berguna untuk Arga, bahkan seribu surat peringatan yang di berikan ke dirinya pun tak akan bisa membuat ibunya menginjakkan kaki ke sekolah.

Arga menarik lengan Jaya"Uda kita balik aja!" Ajaknya.

"kalian uda dapat surat peringatan untuk ga merokok lagi kan? Kalau kali ini BK tau kalian merokok lagi, gimana? kalian bisa aja dapat surat panggilan orang tua atau lebih parah-" pak Rafli menjeda ucapannya,

"Di drop out loh, mau?"

Arga berbisik di telinga Jaya, "gertak doang itu!" Ia kembali menarik lengan jaya, namun jaya menahannya, dan memilih mematung didalam ruangan ini.

"Lu kenapa si?"

Jaya tak bergeming, dia hanya menundukkan wajahnya saja, hal itu membuat Arga semakin geram, ia mencengkram kuat lengan Jaya dan menariknya paksa, Jaya merintih kesakitan dan menepis tangan Arga.

"gue takut dapat surat panggilan orangtua, apalagi sampe di do"

Arga berdecak, "gertak doang loh"

"Siapa bilang saya gertak? Yang namanya salah harus tetap dihukum kan?" Pak Rafli menyahuti.

Arga mendelik menatap gurunya itu, lalu kembali menoleh ke jaya,

"Lu enak, ga ada yang lu takutin, ayah gue sakit jantung, Ga. Gue takut dia tau nanti bisa jadi bahaya, gue ga mau ayah gue kenapa-napa, Ga, ayolah terima aja hukuman itu! Toh kita yang salah kok!"

"Nah benar, kalian itu salah!" Timpal pak Rafli.

Arga berpikir sejenak,
"Hukumannya bersihin kamar mandi aja pak!"

"Kok kamu yang ngatur, yang guru siapa?"

"Yauda iya pak!" Arga mengalah, dan memilih menerima tugas sejarah dari pak Rafli tadi.

.
.
.
Diluar sekolah,

Arga mengulurkan buku sejarah itu ke Jaya,
"Lu yang takut, lu yang kerjain!"

Jaya menyembunyikan kedua tangannya disaku celana, ia juga pura-pura mengacuhkan Arga, sebenarnya Jaya pun malas mengerjakan tugas itu.

"Nah!"

Jaya masih tak menggubrisnya, sampai habis kesabaran Arga hingga menoyor kepala Jaya.
"Dibanding gue lempar ni buku, lu pilih mana?"

Jaya memanyunkan bibirnya, dan meraih buku itu,
"Tapi gue bodoh banget Ga!"

"Terus gue apa?"

"Masih mendingan elu dah!"

"Udahlah, sama sama bodoh juga! Kerjain tuh, gue malas baca! Ringkas itu, lu cari topik pentingnya aja, terus dicatat! Paham kan?"

Jaya mengangguk paham.






Manis banget ga si, senyum pak Rafli iniii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manis banget ga si, senyum pak Rafli iniii.....

STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang