bab 28

1.6K 126 12
                                    

Sidang kedua!

Guru BK memulai sidang,
"terimakasih waktunya pada kedua pihak  yang telah hadir pada sidang kedua atau terakhir kita ini, sekaligus penentu hukuman atau kebebasan siswa kita bernama Arga, baiklah tanpa berlama-lama saya mulaikan dari pihak pak Bandi yang katanya sudah mempersiapkan bukti"

"terimakasih pak Adnan selaku guru BK, saya mau bertanya pada pak Rafli, sebagai wali kelas, dan yang paling terdekat dengan Arga, sebenarnya apa yang anda harapkan pada murid yang jelas ga ada semangat dalam belajar dan perusak murid murid lainnya?"

pak Rafli menjawab dengan tenang, "pak Bandi, apa hak anda mengatakan murid saya perusak? apa dia menghancurkan fasilitas sekolah? gedung sekolah? jelas tidak bukan?"

"seorang perokok ilegal, tawuran sana sini, itu seperti tingkah penjahat!" lagi-lagi pak Bandi mencari celah agar pak Rafli tersulut emosi.

masih dengan tenang, ia mengedarkan pandangan ke audience, "apakah lantas seorang guru mengugat murid sebagai seorang penjahat? apakah dia melakukan tindakan kriminal? membunuh orang?"

terlihat sepertinya audience mengangguk paham, pak Bandi tetap bersikeras menyulut emosi, lantas mengeluarkan beberapa bukti untuk menjatuhkan pihak Arga.
"kalau saya menang Sidang ini, bersediakah pak Rafli keluar dari sekolah ini?"

Arga melirik cemas pak Rafli, dia lupa kalau masa kerja kekasihnya itu emang tak lama, dengan yakin pak Rafli mengangguk kuat.

"baiklah" sebelum pak Bandi menunjukkan beberapa foto itu pada guru BK, ia sempat menyindir,
"seharusnya bapak profesional, bisa membedakan kerja dan yang lain!"

pak Rafli menatap heran dengan pernyataan barusan pak Bandi, tanpa menunggu lama pak Bandi langsung menunjukkan foto itu ke guru BK dan para audience.
"Anda bersikeras tak mau anak didik anda ini keluar atau bahkan tak lulus disekolah ini, karna dia bukan saja anak didik anda melainkan kekasih anda, benarkan?"

didalam foto itu menunjukkan Arga memeluk erat pak Rafli, bukan sesekali tapi beberapa kali, tatapan mereka difoto itu seperti bukan guru dan murid melainkan sepasang kekasih, juga perhatian pak Rafli ke Arga dan murid lain itu sangat jauh berbeda, intinya, Arga di istimewakan.
"lihat pak, di sekolah kita ada guru yang menyimpang!"

Pak Adnan dan semua audience bergunjing, merasa tak menyangka atas ucapan pak Bandi, adapula yang sudah menyindir guru dan murid itu,
pantas pilih kasih toh kekasihnya sendiri.
sumpah, sexuality nya bikin parno, takut ada bencana di kota kita.
ga etis banget si ada guru hom*
keluarkan ajalah murid sama gurunya ini.

Lihatlah, disini rata-rata pria berdasi dan wanita modren, yang bekerja dibalik laptop, yang gajinya diatas UMR, yang tinggal di kota bukan di kampung yang jelas-jelas minim pengetahuan, namun di kota pun tak bisa menjamin seseorang menghargai toleransi, seakan-akan mereka tuhan yang mengetahui bencana akan tiba karena suatu kaum.

diskriminasi itu masih banyak di perkotaan, menghardik dan menghakimi perbedaan disinilah tempatnya, semua orang berbondong-bondong sukses walaupun rela memijak atau menghancurkan pondasi orang lain.

sakit!

Pak Adnan tak bisa menelan bukti itu mentah-mentah, ia langsung mempersilahkan pihak Arga untuk membela atau tidak menjelaskan bukti itu.

pak Rafli awalnya sempak kikuk, apa yang digunjingkan ditempat ini sekarang merupakan kebenaran, tapi tak ada satupun mereka tau akan hal itu, tapi hanya karna foto pelukan beredar bisa menyimpulkan kelainan? hebat!

pak Rafli juga tak menyangka ada orang berfikiran sempit yang mudah di bodohi dan di pecah belah oleh seorang provokator padahal jabatan tinggi bahkan ada yang punya lisensi.

pak Rafli melirik Arga yang tubuhnya bergetar hebat, dia tau kekasihnya ini tak enak badan, ditambah masalah yang menimpanya sekarang, ia takut Arga tak bisa menahan semua beban hidupnya ini, sebelum berdiri dan melakukan pembelaan, pak Rafli menyentuh tangan Arga, dan mengusap lembut punggung tangan kekasihnya itu.

matanya menyiratkan bahwa, "semua akan baik baik aja!"

Tapi situasi sekarang benar-benar kompleks, apalagi setelah mendengar bukti aneh, yang tak ada hubungannya dengan sidang ini, namun tetap saja seperti terciduk dan dipermalukan didepan orang banyak, kira-kira begitu rasanya.

pak Rafli membangkitkan tubuhnya, "izinkan saya melakukan-

"sebentar pak Rafli!"
Seseorang menginterupsi dari arah belakang, semua mata pun tertuju ke pemilik suara itu, dari ambang pintu ia mulai melangkah masuk, belum diketahui siapa orang tersebut karena sinar matahari menyilaukan wajahnya.

tiga langkah kedepan, barulah mereka menyadari bahwa seseorang itu merupakan murid disekolah itu juga, seorang perempuan, ya, Dinda, dia membawa sesuatu dan menyerahkannya ke pihak Arga.

"pak Adnan, maaf mengganggu, tapi bukti ini bisa membuka pikiran semua orang disini kalau teman dan guru saya tidak bersalah!" tutur Dinda seraya melempar senyum kearah Arga dan pak Rafli.

"kalau gitu, langsung tunjukkan ke kita apa itu" pinta pak Adnan.

Dinda langsung mendekat ke arah InFocus, proyektor mini yang bisa menampilkan gambar dari dokumen apapun, lalu menunjukkan singkat rekaman video itu.

Bukti yang di pegang Dinda menyibak persepsi semua orang disini, bahwa disana terlihat jelas kalau pak Bandi lah yang memancing keributan duluan, dengan mengeluarkan kalimat sarkas yang kesannya menjatuhkan harga diri orang tua Arga, anak siapa yang tak marah kalau disituasi Arga?

Dan pak rafli hanya membela Arga sebagai muridnya saja, ya seperti kebanyakan guru pada umumnya, tapi pihak pak Bandi menggiring opini bahwa pembelaan pak Rafli bukan berdasarkan seorang guru tapi seorang kekasih.

jatuhnya fitnah walaupun pada kenyataannya Arga dan pak Rafli memang sepasang kekasih sekarang.

pihak pak Bandi tak bisa berkutik lagi, meraka kalah telak dengan bukti yang dibawa Dinda, semua orang disinipun berbalik menyerang pihak pak Bandi yang tega memfitnah seorang murid dan walinya sekaligus.

"izinkah saya mengutarakan satu hal pak, untuk meluruskan apa yang pihak pak Bandi utarakan tadi, tentang hubungan saya dan Arga"

semua mendengarkan dengan seksama pak Rafli termasuk Arga sekalipun.

"saya akan menikah dengan seorang perempuan" ia menekan kata perempuan itu, membikin mata Arga membelalak sempurna, "dan itu ibunya Arga! maka jangan salah paham kenapa saya memberikan perhatian penuh pada dia" dengan menoleh kearah Arga.

Pernyataan itu membuat semua orang kaget, gosip yang beredar tentang ibu Arga membikin semua heran kenapa guru muda nan tampan ini memilih seorang janda yang berkerja sebagai seorang pelacur? bahkan Arga sendiri pun terkesiap, apakah ini hanya berupa alasan atau kebenaran? hatinya bertanya-tanya.







STEP FATHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang