Kata Bang Sehun, kuliah itu jadi salah satu ajang buat cari teman atau relasi sebanyak-banyaknya bukan cuma tempat buat menuntut ilmu. Ya emang ada benernya sih, tapi buat aku yang udah lama gak tinggal di Indonesia, cari temen gak segampang kayak ngebalik tahu di penggorengan alias susah banget!
Hari ini hari ketiga atau hari terakhir Masa Orientasi Siswa atau yang biasa disingkat MOS dan aku belum bener-bener ketemu sama orang yang cocok buat dijadiin temen. Sounds picky, right? Tapi beneran, kebanyakan dari mereka (dan tentu saja perempuan) cuma ngajak kenalan terus senyum-senyum gak jelas yang buat aku sendiri jadi makin bingung harus menanggapi kayak gimana.
Dulu aku kira kehidupan di Jakarta sama di Australia bakal sama aja, paling beda panas doang, ternyata salah besar haha. Disini lebih beragam dan selalu ada aja kejadian yang bikin geleng-geleng kepala.
MOS hari ini berlalu begitu aja tanpa ada hal yang spesial. Semilir angin seakan menggerakan kakiku ke arah danau yang sejak ospek hari pertama ingin kukunjungi namun belum sempat. Aku memutuskan untuk mengunjungi danau tersebut sembari menunggu Bang Sehun menjemputku.
"Cause if one day you wake up and find that you're missing me
And your heart starts to wonder where on this earth I could be
Thinking maybe you'll come back here to the place that we'd meet
And you'll see me waiting for you on the corner of the street
So I'm not moving, I'm not moving,"Dari kejauhan aku mendengar suara perempuan menyanyikan lagu yang tidak asing ditelingaku, The Man Who Can't Be Moved by The Script. Lagu yang selalu kuputar dulu terutama saat cintaku pertepuk sebelah tangan. Lucu jika mengingatnya lagi.
Mataku kemudian mencari sumber suara tersebut dan terhenti saat aku melihat seorang gadis dengan kaos polos warna putih dan celana berwarna hitam, dipinggangnya ia mengikat jaket dengan motif kotak-kotak sedang memangku gitar akustik miliknya. Kepalanya menunduk sembari melihat ke arah jari-jarinya yang sedari tadi memetik senar gitar sesuai dengan chord lagu. Rambutnya ia biarkan terurai sehingga menutupi wajahnya.
Entah keberanian dari mana yang membuat kakiku berjalan untuk menghampirinya dan duduk disebelahnya yang hanya berjarak satu meter. Tentu saja kehadiranku yang secara tiba-tiba membuatnya sedikit terkejut hingga ia berhenti memetik gitarnya. Rasanya aku mengganggu kedamaiannya.
"Aku... Ganggu ya? Maaf, maaf," ucapku refleks. Perempuan tersebut memiliki mata bulat dengan hidung yang mancung, bibirnya berwarna merah muda. Ia terdiam tidak menanggapi ucapanku, kemudian aku kembali menjelaskan, "tadi aku denger kamu nyanyi The Man Who Can't Be Moved, jadi aku—"
"Lo tau lagu itu?" Potongnya.
Aku mangangguk, "was my national anthem haha,"
"Ah, one sided love." Ucapnya singkat namun membuatku seperti tertohok. "Btw nama gue Karina. Lo?" Ia bertanya tanpa melihatku.
"Jason."
"Maba?"
"Iya,"
"Fakultas?"
"Kedokteran. Kamu?"
"Seni musik." Jawabnya sembari menatap ke arahku. "Gue juga maba, kayaknya kita juga seumuran, jadi gue panggil lo Jason aja, ok?"
Aku hanya menjawabnya dengan mengangguk.
"Lo tau lagunya Damien Rice? Yang The Blower's Daughter."
"Tau! Tau banget!" Entah mengapa nada suaraku tiba-tiba menjadi antusias yang justru membuatnya tertawa kecil. "Kenapa ketawa?"
"Gak nyangka aja lo beneran tau, padahal gue tadi cuma asal nanya gara-gara wajah lo kayaknya tipe sedih terus."
Sial. Tapi apa yang dia omongin ada benernya. Kehidupan percintaanku gak ada yang mulus.
"Tapi lagunya emang bagus kok. Gue juga suka." Jarinya mulai memetik senar gitar yang masih setia ia pangku sedari tadi.
"And so it is
Just like you said it would be
Life goes easy on me
Most of the time,"
Aku mendengarkan suara merdunya menyanyikan bait demi bait lirik hingga tanpa terasa ia sudah berheti memetik gitarnya.
"Lo bisa main gitar?" Tanyanya
"Sedikit. Cuma buat hobi aja sih."
Ia mengangguk sebagai tanda paham. Tanpa kusadari ternyata diponselku sudah ada dua missed call dari Bang Sehun. Gawat! Aku sudah bisa membayangkan dia akan memasang wajah kesal karena aku tidak mengabarinya terlebih dahulu dimana aku sekarang.
"Siapa?"
"Abangku. Bukan abang kandung sih, sepupu." Aku kemudian berdiri dan membersihkan celana bagian belakangku yang kotor karena rerumputan. "Kayaknya aku harus pergi dulu deh. Also, nice to know you, Karina, kalo kapan-kapan papasan, sapa aja ya!" Aku tersenyum dan berbalik.
"Jason!" Panggilan darinya membuat langkahku terhenti dan secara refleks aku membalikkan badan. "Gue boleh minta nomor lo?"
Aku terdiam dan menatap kedua matanya kemudian tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Story
FanfictionLet me tell you what the actually happens. I will tell you one by one. So sit here and listen to me.