"Ce, Ce,"
Entah sudah keberapa kalinya Tendi memanggil Delisa dengan nama panggilan kesayangannya, namun ketika Delisa membalasnya ia hanya menjawab "Gak apa-apa hehe,"
"Ce, gue laper," ucap Tendi lagi.
"Kan lo barusan makan, Tendi, sayang," balas Delisa sembari tetap fokus mengetikkan sesuatu di laptopnya. "Jangan ganggu gue dulu, gue mau buat laporan nih, buat besok,"
"Gue kan mau makan mie, Ce," ia menunjukkan ponselnya yang berisi story instagram dari Johnny yang hanya dilirik oleh Delisa. "Ceeeee, kok lo diem aja sihhh?"
Delisa menghela napas berat dan memindahkan laptop yang sedari tadi berada di ranjang Tendi menjadi di nakas. Keduanya masih di rumah sakit hingga saat ini, keadaan Tendi semakin hari semakin membaik, namun ia baru diijinkan untuk keluar dari rumah sakit esok hari. Sebenarnya Delisa sudah tidak tahan pula harus berada di rumah sakit terus, karena ia tahu jika Tendi pasti akan lebih cerewet daripada saat ia sakit.
"Gak usah aneh-aneh deh lo, sembuh aja belom,"
"Kan yang sakit kepala gue, Ce, bukan perut gue, gak apa-apa dong gue makan mie?" Tendi tak mau kalah. "Lagian si Johnny brengsek bang— aduh, Ce! Kenapa sih lo?" bibir Tendi mendapat pukulan pelan dari Delisa.
"Mulut lu tuh ya, masih untung dikasi idup lagi, malah ngata-ngatain orang,"
"Kok lu galak?"
"Biarin, lo bawel banget tau gak sih? Orang sakit tuh harusnya tobat, koreksi salah, malah brengsekin orang makan mie!" ucap Delisa. Ia kemudian duduk di sofa yang berada di seberang ranjang Tendi dan membaringkan badannya.
"Lu mau tidur, Ce?"
"Iya. Ngantuk gue semalem begadang bikin laporan,"
"Belom kelar emang?"
"Belom, kan kemarin gue ngurusin lo yang banyak mau," kini mata Delisa sudah terpejam, namun Tendi yakin jika Delisa belum tertidur.
"Ce,"
"Hm..."
"Maaf ya," ucap Tendi pelan, namun dapat terdengar hingga telinga Delisa karena ruangan tersebut hanya diisi mereka berdua.
"Tumben,"
"Ya Allah, gue minta maaf dikata tumben,"
Mata Delisa kembali terbuka. Ia menatap langit-langit ruangan tersebut kemudian kembali terpejam.
"Ya kan emang tumben. Biasanya mana ada Tendi Wijaya minta maaf?"
"Kata lu gue suruh tobat tadi, gimana sih?" Tendi kembali protes kepada Delisa.
"Ya, ya, ya. Udah lah gue mau tidur dulu sebentar, lu gausah berisik." Tegas Delisa langsung membuat Tendi terdiam.
Dari kejauhan ia melihat Delisa dengan perasaan sedikit menyesal karena ia terlalu cerewet dan banyak mau semenjak sadar, terlebih lagi saat sudah bisa berdiri dari posisi tidur. Ia ingin segera keluar dari rumah sakit sehingga Delisa bisa menjalankan aktifitas dengan normal kembali tanpa harus mengurusi dirinya seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Story
FanfictionLet me tell you what the actually happens. I will tell you one by one. So sit here and listen to me.