Delisa Deyandra
Mungkin ini pertama kalinya dalam hidup gue merasa sepanik ini. Turun dari taksi dan langsung memasuki ruang IGD dengan keadaan bergetar hebat. Kalau ponsel di saku gue gak berdering saat itu juga, mungkin gue udah membuka hampir seluruh tirai kamar darurat yang ada disana hanya untuk memastikan kalau Tendi baik-baik aja.
Gue langsung berlari menuju lantai tiga tempat rawat inap. Di koridor gue melihat sepasang suami istri sedang duduk di kursi yang ada di luar ruangan, dengan segera gue menghampiri keduanya. Wajah gue yang udah kumal karena baru aja kelar praktek bongkar mesin makin kumal karena keringat yang mengucur di tubuh gue.
"Gimana... tendi... tante?" otak gue rasanya seperti berhenti bekerja saat itu juga karena terlalu lelah. Berusaha mengatur napas ternyata tak pernah semudah itu.
"Masih belum sadar, Ca," ujar Mama Tendi. "Kata dokter ada benturan di kepalanya yang cukup keras, jadi dia belum sadar sampai sekarang. Dokter juga belum tau kapan dia bakal sadar," raut ekspresi sedih terlihat jelas di wajah Mama Tendi.
"Kok Tendi bisa kecelakaan gimana, Tante?"
"Tante juga gak tau, tapi katanya dia nabrak trotoar, terus ada mobil nabrak dia juga dari belakang, jadi kecelakaan beruntun," air mata tak sanggup lagi dibendung oleh Mama Tendi, hingga beliau harus memeluk suaminya yang selalu setia berada di sisinya.
"Ica jaga Tendi malam ini boleh, Tante, Om?" gue melihat ke arah keduanya dengan harap-harap cemas.
"Tapi nanti ngerepotin kamu, nak,"
Gue menggeleng dengan yakin. "Gak, Tante, selama ini Ica udah banyak ngerepotin Tendi, biarin kali ini Ica jagain Tendi, please?" keduanya saling berpandangan dan akhirnya mengangguk sebagai jawaban.
*
Apa ini yang dibilang koma sama orang-orang? Gue kira kejadian koma hanya ada di cerita-cerita yang biasa gue baca di internet, gue kira koma hanya ada di drama-drama Korea yang biasa gue tonton sampai Tendi marah-marah gak jelas karena gue kebanyakan liat laptop, tapi ternyata gue salah. Hari ini gue melihat orang yang gue sayangi terpejam di tempat tidurnya dengan berbagai kabel dan selang yang menempel di sekujur dadanya. Bahkan untuk bernapas ia membutuhkan bantuan dari selang oksigen.
Hati gue hancur rasanya. Entah udah berapa lama gue menangis malam ini. Sejak gue masuk kamar Tendi hingga kedua orang tua Tendi pamit, gue masih gak bisa menghilangkan perasaan sedih gue.
Gue mengusap punggung tangan Tendi, disana tertancap jarum infus yang sama sekali gak pernah gue bayangin bakal ada di tangan dia. "Ten..." panggil gue sangat berharap kalau dia bakal menjawab panggilan gue saat ini.
"Kok lo bego banget sih? Segala trotoar ditabrak?" ucap gue dengan air mata yang masih mengalir. "Emang lo gak liat trotoar segede itu?" dia masih terdiam. Napasnya masih teratur. Matanya terpejam. Hanya terdengar suara pendingin ruangan dan alat detak jantung
di ruangan ini.
"Ten, bangun dong," pinta gue pasrah.
"Ten, lo tau gak sih waktu dulu tas lo digantung di tiang bendera waktu SMA? Sebenernya yang ngelapor ke guru BK itu gue," gue ngomong apa sih saat ini? Kayak pengakuan dosa. Tapi gue gak peduli, gue gak mau keliatan sedih didepan dia, karena gue tau kalau dia mendengar walaupun ia belum bisa merespon ucapan gue.
"Lo inget gak? Waktu kita ke Jepang kemarin? Gue gak nyangka kalo lo bakal nembak gue pas lagi makan takoyaki. Gak romantis banget." Ucap gue mencoba mengingat masa lalu. "tapi gue seneng karena lo yang ngomong,"
"Lo bangun ya? Gue janji deh, kalo lo bangun, nanti kalo kita ke Dufan, gue gak bakal berdiri didepan blower air Dufan lagi karena gue tau lo gak suka," tangan gue bergerak ke dahi Tendi, menyingkirkan rambut yang menutupi dahinya. Mengusap kepalanya dan tersenyum.
"Ten, maafin gue ya selalu ngerepotin lo, selalu buat lo khawatir karena tiba-tiba demam, tiba-tiba pusing, banyak mau, sampe bikin lo jengkel." Gue masih mengusap kepalanya dengan halus. "gue kemarin gak beneran kejambret kok, gue gak kenapa-kenapa, cuma jajan gue aja yang diambil, lo jangan marah ya sama gue? Kalo lo bangun, gue gak akan buat lo khawatir lagi,"
"Gue tau lo denger gue, cuma lo belum bisa jawab aja. Lo boleh kok puas-puasin tidur karena lo pasti capek denger gue ngoceh terus setiap hari. Tapi jangan lama-lama ya? Gue kangen," gue mencium keningnya untuk pertama kali. "I love you,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Story
FanfictionLet me tell you what the actually happens. I will tell you one by one. So sit here and listen to me.