Matahari baru saja terbit, namun didepan pintu pagar rumah keluarga Johnny dan Johan sudah berdiri seorang perempuan dengan semangkuk sup daging di tangannya. Wajahnya celingukan sembari memanggil si empunya rumah agar lekas keluar dari rumahnya.
Mangkuk sup yang panas membuat perempuan itu harus beberapa kali berganti memegang mangkuk dari tangan kanan ke tangan kiri begitu pula sebaliknya. Tak lama berselang, si pemilik rumah keluar, menampakkan seorang perempuan yang sudah berusia hampir 50 tahun namun beliau masih terlihat cantik dan awet muda walaupun tak bisa dipungkiri kerutan tetap terlihat di bawah matanya.
"Ya ampun, Tania!" ucapnya sembari berjalan ke arah pintu pagar, membukakan gembok yang masih terkunci, agar Tania dapat masuk. "Baru keliatan aja, biasanya pulangnya tiap liburan semester aja,"
"Hehe, iya, tante, soalnya semester akhir, jadi udah gak begitu aktif, kebetulan ini lagi setelah UTS ada waktu senggang, jadi pulang deh hehe," perempuan yang disapa Tania itu langsung berjalan mengekor memasuki rumah dengan taman yang dipenuhi berbagai bunga mawar.
"Ini apa? Repot-repot banget, ayo duduk dulu,"
"Gak repot kok tante, ini mama tadi buat sup terus katanya tante mau nyoba, jadinya Tania disuruh anter deh,"
"Astaga, tante cuma bercanda loh padahal, mamah kamu itu emang deh," perempuan itu tersenyum manis. "Yaudah, duduk dulu, tante mau ganti mangkuknya dulu ya," Tania mengangguk dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu.
Matanya mengedar melihat sekeliling rumah tersebut. masih sama, bahkan setelah lebih dari enam tahun ia tidak berkunjung kemari. Mulai dari vas bunga, bingkai foto keluarga, serta foto dua anak kembar yang hingga saat ini ia masih sulit untuk membedakannya jika hanya melalui penampilan fisik. Edaran pandangannya berhenti ketika melihat seorang laki-laki dengan kaos putih kebesaran dan celana training keluar dari ruangan. Wajahnya terlihat tenang saat melihat Tania, namun sedetik kemudian senyumnya mengembang dan ia langsung berjalan menghampiri Tania.
"Tania?!" serunya saat ia sudah duduk disamping perempuan itu.
"Sebentar, lo Johnny apa Johan?" tanyanya bingung.
"Menurut lo siapa?"
"Kalo heboh kayak gini, berarti Johnny," tebaknya membuat laki-laki yang didepannya tertawa kecil.
"Gue gak seheboh itu kali, Ya,"
"Lo mana pernah ngerasa?" ucapnya membuat Johnny kembali tertawa. "Ngapain lo barusan?"
"Do'a pagi, biasa," Tania hanya menggut-manggut. "Lo ngapain disini? Kangen ya sama gue?" Johnny menyenggol bahu Tania dengan Bahunya.
"Gak lah, ngapain gue kangen sama lo? Gabut amat gue sampe kangen sama lo," ujarnya tak acuh, membuat Johnny langsung merangkul Tania dan menjitak kepalanya.
"Kurang ajar banget lo sama gue? Kita kan udah gak ketemu lama, Ya! Berapa tahun ya? Betah banget sih lo di Bandung? Ada apaan sih di Bandung?"
"Gak ada lo yang jelas, makanya gue betah,"
"Makin-makin ya lo!" Tania kemudian tertawa sedangkan Johnny masih tidak melepaskan rangkulannya.
"Oiya! Johan mana?" pertanyaan dari Tania membuat Johnny langsung melepaskan rangkulannya.
"Giliran Johan aja dicariin! Cariin gue aja kenapa sih, Ya? Kan yang ada disini gue, bukan Johan, lagian muka gue sama Johan kan sama aja,"
"Ya muka kalian emang sama, tapi kelakuan kalian beda,"
"Ck, beda gimana sih? Gue ngerasa gak ada yang beda deh,"
"Lo tuh emang gak pernah sadar diri ya, John," ujar Tania membuat Johnny makin terkikik. "Mending lo cari cewek sana biar ada yang nyadarin lo,"
"Udah,"
"Serius? Siapa? Kok lo gak pernah cerita sih?"
"Kan lo cewek gue," ujar Johnny ringan membuat Tania terdiam sebentar kemudian ia memukul lengan Johnny dengan tinjunya.
"Ngaco banget nih anak! Pasti pas berdo'a gak sadar deh! Mending lo balik do'a deh!"
"Enak aja, gue sadar kali! Nih buktinya, satu tambah satu sama dengan dua!"
"Gak lucu, garing," kini Tania mulai terdiam karena salah tingkah.
"Yah jangan marah dong, Ya! Bercanda kali, jangan ngambek dong," Johnny menyenggol pundak Tania dengan bercanda.
"Tania, ini mangkuknya," ujar Mama Johnny sembari membawa mangkuk yang kini sudah tercuci bersih bahkan telah dikeringkan. Melihat Mama Johnny yang sudah tiba, Tania lekas berdiri dan segera berpamitan.
"Ya, kok marah sih, elah," Johnny mengekor dibelakang Tania, namun Tania hanya terdiam dan keluar dari rumah Johnny diiringi oleh senyuman dari Mama Johnny. "Yaaaaa," Panggil Johnny membuat Tania berhenti.
"Paan sih lo berisik,"
"Jangan marah kek,"
"Gue gak marah, gue-"
"Loh, Tania?" Johan, berdiri di ambang pintu pagar sembari menyeka keringat yang memenuhi wajahnya selepas jogging.
"Ini Johan, kan?" tunjuknya yang hanya dibalas dengan anggukan. Senyum Tania langsung mengembang dan menghampiri Johan. "Kok lo gak ngomong lagi di Indonesia sih?"
"Ya kan emang gue udah lulus, Tan, jadi gue udah balik ke Indonesia," ujar Johan. "Lo sendiri balik Jakarta gak kabar-kabar,"
"Hehe lupa,"
Melihat interaksi antara Johan dan Tania membuat Johnny terabaikan, ia langsung berjalan menghampiri keduanya dan menengahi keduanya. "Ya, jangan marah dong,"
"Apaan sih, Joooohn? Gak liat apa gue lagi ngobrol sama Johan?"
"Kenapa, John?"
"Tania ngambek gara-gara gue ngomong kalo dia cewek gue,"ucap Johnny membuat Johan tertawa kecil.
"Emang bener lo ceweknya Johnny?"
"Mending gue jadi cewek lo deh, Han,"
"Gila kok lo gitu? Nyesel gue waktu kecil nyamperin lo terus buat main bola kalo gedenya gue gak dijadiin cowok lo,"
"Kan, Han, liat deh kelakuan abang beda tiga menit lo," Tania mendengus kesal. "Udah lah gue mau balik aja, makin gak waras gue sama kalian berdua nantinya," Tania langsung keluar dari pelataran rumah Johnny dan Johan untuk kembali ke rumahnya.
Sepanjang perjalanan jantungnya tak berhenti berdegub, ada perasaan aneh dalam dirinya. Perasaan yang tak jelas untuk siapa harus ia tujukan dan sejak kapan perasaan itu ada dalam dirinya.
"Harusnya lo gak usah ngomong gitu, John, gak perlu kalo cuma buat bercanda," ucapnya pelan tanpa menyadari jika ada dua pasang mata yang sama-sama menatap punggunya dalam diam.
**
Adinda Tania Hermawan
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Story
FanfictionLet me tell you what the actually happens. I will tell you one by one. So sit here and listen to me.