The Softest Man

2.6K 394 20
                                    

Laluna Marjetta

12 September 2018

Tanganku menenteng kotak berisi cake ditangan kanan dan kantong plastik di tangan kiri. Lobi hotel masih sepi ketika kakiku melangkah memasuki salah satu hotel di Sindey. Lorong yang ada di lantai 11 juga masih sepi, hanya ada lampu hias disisi kiri dan kanan yang menerangi. Langkah kakiku berhenti didepan sebuah kamar dengan nomor 112. Aku langsung meletakkan kantong plastik dan kotak cake yang sedari tadi ku bawa. Membuka kotak tersebut dan mengeluarkan beberapa lilin dari dalam kantong plastik. Lima buah lilin sudah menancap dengan sempurna di atas cake begitu pula dengan api yang sudah mulai membakar lilin. Aku langsung mengetuk kamar dengan segera, ingin membangunkan orang yang tidur di dalam sana.

Awalnya aku sudah berpikiran jika akan membutuhkan waktu lama baginya untuk membuka pintu atau kemungkinan terburuknya, orang didalam sana tidak akan membukakan pintu tersebut karena sedang tertidur pulas. Namun ternyata dugaanku salah, karena sekarang pintu didepanku sudah terbuka, menampakkan seorang laki-laki dengan mata setengah terbuka. Tangannya sibuk mengusap mata dan wajahnya agar sepenuhnya sadar. Ekspresinya sedikit terkejut ketika melihatku berdiri di depannya saat ini.

"Babe?"

Aku tersenyum saat mendengar suaranya. "Happy birthday!" seruku, membuatnya tersenyum lebar. "tiup dulu lilinnya, keburu meleleh semua. Tapi make a wish dulu."

Dia tertawa kecil dan kemudian meniup lilin di cake yang aku bawa, and he gave me a little peck and guide me into the room. Dia menyalakan seluruh lampu dan membawakan kantong plastik yang tadi aku bawa.

"So, what are you doing in this time? It's still 5 AM."

"Giving you surprise ofcourse! What else?" dia tertawa dan melihat isi kantong plastik yang aku bawa.

"A bottle of beer?" ucapnya yang hanya aku balas dengan anggukan. Aku duduk di sofa yang mengarah ke balkon kamar hotel tersebut. menikmati pemandangan Sidney di pagi hari yang tentu saja masih gelap. "Here." Dia memberikan gelas kosong dan menuang beer yang aku bawa kemudian duduk di sampingku.

"Happy birthday." Ucapku lagi.

"Aku bahkan belum ulang tahun loh."

"It's early birthday party for you." Aku tersenyum ke arahnya. "kamu mau pulang ke Indonesia besok, jadi aku siapin semuanya buat kamu sebelum pulang, karena aku tahu aku gak bakal ada disamping kamu saat ulang tahun besok."

"Aw, this cutie!" dia tertawa sembari menyesap minumannya. "Thankyou for everything. I know I might not the perfect one but... did I ever said how grateful I am to have you in my life?"

"Well, stop it."

"No, no, no, I'm serious right now." Dia meletakkan gelasnya di atas meja dan merapatkan duduknya. Sekarang dia hanya berjarak beberapa senti didepanku. Dia tersenyum ke arahku. "Thankyou, Laluna." He said, and what happens the next is he kissed me, softly. I could felt his tenderness and his pain in his kiss, or I could says it was the most sincer kiss he ever gave to me.

His hand stroke my right cheek to deepend the kiss and he smiles between our kiss. My heart might explode right now because of him. And then I could felt his tears stream down and he broke our kiss.

Wajahnya terlihat sendu, air mata masih mengalir di pipinya, "it's okay." Ucapku sembari mengusap pipinya. "you are the strongest one, babe."

"Thankyou for always beside me when I'm happy and broke. Thankyou for always cheering me up whenever I'm down. I love you." Aku tersenyum mendengar perkataannya.

He might the stubborn one. Sometimes he became the annoying one, but the one that I really knew about him, he is the softest man I've ever met.

Side StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang