Do I Better Than Him?

1.8K 311 37
                                    

Do I really deserve her?

Do I really better than him?

Do I really better than him?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Perempuan berambut panjang terurai itu berlari menuju Heru. Dengan napas sedikit tersengal, ia menyeka keringatnya dan menyunggingkan senyum kepada laki-laki berkemeja hitam tersebut.

"Gausah lari atuh, nanti Sheri jatuh," ucapnya. Tanganny bergerak mengambil totebag yang dipegang Sherianne. Totebag itu berisi buku yang ia pinjam dari perpustakaan.

"Hehe, maaf ya, pasti Heru nunggu Sheri lama banget?" Keduanya berjalan beriringan menuju parkiran motor.

"Enggak kok, Heru juga baru selesai rapat panitia,"

"Bohong. Heru udah selesai rapat dari 20 menit yang lalu. Tadi Sheri liat Anette lewat," Ia tertangkap berbohong. Heru sudah menunggu Sherianne lebih dari 30 menit di gazebo sekitar kampus.

"Hehe, gak lama kok tapi," Ucapnya sembari tertawa pelan.

"Maaf ya lamaaa, soalnya Kak Ferris bercanda terus, jadi tugasnya lama selesai," Perempuan itu menunjukkan ekspresi bersalah kepada Heru.

"Eh ya gak apa-apa, yang penting udah selesai kan?"

"Udah! Hehe. Harus selesai dong! Kan besok dikumpulin,"

"Oh iya, syukur kalo udah selesai mah," Keduanya tiba di parkiran motor yang mulai sepi karena hari sudah mulai senja. "Helmnya," ucap Heru kemudian ia memakaikan helm ditangannya ke kepala Sherianne dan mengancingkan pengaman helmnya.

"Makasih!" Jawab perempuan itu riang.

Tin!

Sebuah klakson mobil membuat keduanya menoleh secara bersamaan ke sumber suara. Mobil Ferris berhenti tak jauh dari parkiran motor dimana keduanya berdiri.

"Sher! Aku pulang dulu ya! Makasih loh tugasnya! Hahaha," Ucap Ferris dari dalam mobil.

"Eh? Ih rese banget Kak Ferris! Tapi sama-sama!" Teriak Sheri.

"Yuk! Her!

Ferris melambaikan tangan dan melajukan mobilnya meninggalkan keduanya. Heru tersenyum tipis. Hari ini ia mendapat sapaan dari Ferris, hal yang tak selalu ia dapatkan saat Sheri tak ada disebelahnya.

**

Keduanya menyusuri macetnya Ibu Kota sembari menikmati pergantian matahari menjadi bulan. Hal ini biasa dilalui keduanya mengingat keduanya sama-sama sibuk sehingga selalu pulang malam.

"Heru kok diem aja?" Tanya Sherianne. Heru bukanlah tipe seseorang yang bisa diam lebih dari 10 menit. Bahkan saat menaiki sepeda motor, ia tak ragu untuk bernyanyi di jalan. Suara lantangnya tak jarang menjadi tontonan pengendara motor disebelahnya, membuat keduanya tertawa.

"Eh? Teu apa-apa hehe," jawabnya, masih fokus pada jalanan.

"Heru marah sama Sheri?"

"Sheri laper gak? Heru laper. Makan dulu yuk? Ambu tadi SMS katanya teu masak," Sheri hanya diam tak menjawab pertanyaan Heru hingga motor Heru berhenti di sebuah warung yang menjual nasi goreng. Keduanya turun dan memasuki warung tersebut.

"Sheri es teh aja, gak laper," Heru mengangguk dan memesan sepiring nasi goreng dan dua gelas es teh. Sheri duduk terlebih dahulu, kemudian Heru duduk didepannya.

"Beneran gak laper?" Heru memastikan jika perempuan didepannya ini sungguh tidak lapar atau hanya berpura-pura.

"Heru belum jawab pertanyaan Sheri,"

"Yang mana?"

"Heru marah sama Sheri?"

Lagi, Heru terdiam

"Heru gak suka Sheri kerja kelompok sama Kak Ferris?" Bibir Heru masih belum terbuka. "Jawab kalo ada yang tanya, Her,"

Heru menghela napas panjang. "Sheri sayang sama Heru?"

"Ya iya lah. Kalo enggak ngapain Sheri nerima Heru?"

"Heru suka gak PD," Heru terdiam sejenak. "Takut Sheri suka sama Kak Arthur,"

"Kalo Sheri emang suka sama Kak Ferris juga udah dari SMA tau! Sheri juga tau Kak Ferris suka Sheri dari SMA, tapi Sheri tetep milih Heru, kan?"

Heru terdiam.

"Heru minder karena Kak Ferris naik mobil, Heru naik motor? Kalo cuma beda motor sama mobil juga Sheri bisa naik ojek online. Sama-sama milih motor sama mobil juga."

Percakapan keduanya terputus saat abang nasi goreng mengantarkan pesanan keduanya.

"Tapi Heru masih takut,"

"Kalo Heru takut, artinya Heru gak percaya sama Sheri. Heru gak percaya kalo Sheri beneran suka sama Heru?"

"Ya percaya,"

"Yaudah." Ucap Sherianne. "Sheri main sama Kak Ferris juga main biasa."

Heru tersenyum sembari menghela napas. Ia tau jika akan percuma memikirkan ketakutannya. Karena ia juga yakin Sheri akan selalu meyakinkannya dengan segala cara.

**

Just like the other says: "sometimes, overthinking will killing you,"

Ting!

[Ferris Arthur]
Ada waktu kapan? Ada yang perlu gue omongin sama lo.

[Heru]
Nanti malem jam 9 di D'Coffee.


Heru melirik Sherianne sekilas dan memasukkan kembali ponselnya kedalam kantong celananya. Pikirannya terus berputar hingga ia sudah tidak bisa membedakan mana ketakutan, mana kenyataan








**

Ngomongin kek beginian di warung. Kalo w disebelahnya auto "Apaseeehhh GELI," WKWKWK:(

Side StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang