Family Time

2.5K 336 41
                                    

Johnny Altara

Rumah sudah terlihat sepi saat gue tiba disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah sudah terlihat sepi saat gue tiba disana. Memarkirkan mobil di garasi dan membuka pintu yang memang tidak terkunci saat gue belum pulang. Dengan perlahan gue melangkahkan kaki memasuki rumah dan melihat jika lampu di ruang keluarga masih menyala dibarengi dengan gelak tawa dari sepasang suami istri yang tengah duduk di sofa. Gue langsung merogoh ponsel yang ada di saku hoodie gue dan sedikit terkejut karena tidak biasanya keduanya belum tidur, padahal sekarang sudah lebih dari pukul 10 malam.

 Gue langsung merogoh ponsel yang ada di saku hoodie gue dan sedikit terkejut karena tidak biasanya keduanya belum tidur, padahal sekarang sudah lebih dari pukul 10 malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ma, pa, I'm home." Ucap gue.

"Baru pulang, John?" ucap Papa tanpa meninggalkan pandangannya dari program televisi yang gue sendiri gak tau karena gak pernah nonton TV.

"Oh, iya, pah, ada kerjaan waktu pulang kampus."

"DJ lagi, kak?" kali ini mama ikut bersuara sembari melihat ke arah gue.

"Iya, mah." Dia menggeleng pelan.

"Johan tidur?"

"Dia pergi ke rumah temennya waktu SMA. Katanya mau nginep disana." Jawab Papa. Beliau kemudian berbalik ke arah gue. "Kamu nanti hari minggu jangan kemana-mana loh, John, Bibi kamu mau kesini." Ucap Papa seperti memberikan peringatan untuk gue yang selalu gak ada di rumah disaat weekend.

"Tapi Johnny udah ada janji, Pah."

"Kamu tuh, John, kebiasaan deh." Mama mulai membuka suara lagi, dan gue udah siap dengan rentetan omelan beliau yang seperti udah jadi makanan sehari-hari gue saat gue gak pernah ada di rumah. "Kapan sih kamu bisa kayak Johan? Tiap hari minggu pasti di rumah. Hari minggu kan family time, nak."

Ha! That kid. When will he turn back to Singapore? Gue seperti udah bosen dibanding-bandingin sama Johan setiap dia balik ke Indonesia.

Walaupun kita kembar, gue dan Johan sama sekali berbeda. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah daripada gue yang lebih suka kegiatan di luar rumah. Sejak kecil, Johan emang lebih dekat dengan mama papa daripada gue karena kegiatan gue emang banyak banget sejak SD.

Sejak kecil juga gue lebih suka bermain bola di lapangan kompleks saat sore hari hingga matahari terbenam daripada harus bantu mama nyiram tanaman di pekarangan rumah. Menurut gue, kegiatan di dalam rumah adalah hal paling membosankan yang pernah gue tau.

"Tapi Johnny udah ada janji sama temen, mah, gak enak kalo batalin." Ucap gue jujur yang sekalian gue jadikan alasan agar tidak berdiam diri di rumah menyambut kedatangan Bibi gue yang hampir sebulan tiga kali datang ke rumah.

"Yaudah temen kamu ajak kesini aja." Ucap mama ringan. Bahkan gue ngerasa lebih ringan daripada permen kapas.

"Mah?"

"Loh, kenapa? Kan kamu juga udah biasa bawa temen kesini? Sampe nginep juga udah pernah, kan? Siapa itu, Jeffrey apa siapa itu, terus yang anak Korea itu. Kan sama aja. Paling juga temen kamu itu-itu aja." She is right. Biarpun kegiatan gue diluar rumah banyak, tapi teman gue cuma itu-itu aja. Maksud gue teman yang benar-benar gue percaya dan gue bawa main ke rumah. Selebihnya cuma kenalan dan sebatas tau aja.

"Emang siapa yang mau kamu ajak main? Jeffrey? Apa yang anak Korea itu?" gue terdiam.

*

Dia menyesap americanonya dari sedotan dan bergumam sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia menyesap americanonya dari sedotan dan bergumam sebentar. Bibirnya yang merah merentang menjadi sebuah senyum lebar hingga gigi-giginya terlihat "okay! I'll go with you." Ucapnya dengan ceria. Bahkan gue merasa kalau ucapannya sama ringannya dengan ucapan mama semalam.

"Son? Really?"

"Yeah! Why not?" dia memastikan kalau dia benar-benar mau ke rumah gue akhir pekan ini.

"Son, kamu harus tau kalau keluarga aku tuh garing banget, apalagi Bibi aku, kamu bakal bosen disana. Belum lagi ada keponakan aku yang super duper nakal!" dia tertawa kecil mendengar penjelasan gue mengenai seberapa membosankannya kaluarga gue.

"Kan itu menurut kamu," Dia menyandarkan tubuhnya di kursi cafe. "aku bahkan belum tau gimana keadaan disana, jadi aku belum bisa menilai keluarga kamu membosankan apa enggak."

"Son, believe me, you'll get bored as soon as you know."

Dia kembali tertawa, "ya ampun, Kak, kamu ngomong kayak gitu karena kamu gak deket sama keluarga kamu. Karena kamu lebih banyak menghabiskan waktu diluar, makanya kamu gak nyambung sama obrolan mereka." Ujarnya, membuat gue terdiam. Dia memang udah tau gimana keadaan gue di rumah yang gak begitu akrab sama orang rumah. Mungkin dia benar, gue emang jarang kumpul bersama keluarga, makanya gue gak pernah tertarik dengan obrolan mereka, berbeda dengan Johan yang selalu nyambung saat ada saudara di rumah.

"So, do still want to join us?"

Dia mengangguk yakin, "yes!"

*

Gue kembali ke rumah setelah menjemput Sonya di gereja selepas ibadah. Berbeda dengan gue yang mengambil ibadah pada hari Sabtu, dia dan keluarganya selalu mengambil ibadah di hari Minggu.

Dari pekarangan rumah gue melihat mobil bibi yang sudah terparkir. Dari luar gue melihat Cherryl yang sedang bermain lego di teras dengan nannynya. Begitu gue keluar dari mobil, dia langsung lari ke arah gue sembari berseru, "Kak Jooooohhnnnn!" kemudian dia memeluk kaki gue. Sonya langsung tersenyum begitu melihat interaksi gue dan Cherryl. Sebenarnya gue agak kaget sih dengan reaksi Cherryl sendiri, karena dia gak biasanya kayak gini setiap lihat gue.

"I never know if you are quite famous among the kid."

"A... I never know too." Gue langsung berjongkok dan menggendong Cherryl untuk masuk kedalam, begitu juga dengan Sonya yang mengekor dibelakang gue. "Mah, pah! I'm home!" Seru gue ketika memasuki rumah. Kemudian keduanya keluar dan menyambut kedatangan kita berdua.

"Oh, ini yang mau diajak main?" ucap Mama sembari melihat ke arah Sonya. "Kok gak dari dulu sih, John? Cantik gini loh ya!" beliau kemudian menggandeng Sonya. "udah makan belum? Makan dulu yuk!" keduanya langsung masuk kedalam, disusul dengan Papa yang mengekor dibelakang mama dan Sonya. Meninggalkan gue sendirian di ruang tamu bersama Cherryl di gendongan gue.

Ya ampun John, John, gak dimana-mana pasti ditinggal sendirian.

*

Who do you want for the next part??? Comment here❤️

Side StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang