Kylana Callula
Kalau kalian bertanya kapan gue pertama kali ketemu dia? Gue akan menceritakan hal tersebut secara detil. Bagaimana kalo kita mundur dulu sekitar lima tahun yang lalu? Lebih tepatnya saat hari kedua gue resmi menjadi seorang murid SMA.
Gue ingat betul saat itu matahari sedang terik dan kelas gue sedang ada pelajaran olah raga di tengah lapangan dengan materi basket. Gue yang emang gak pernah ada minat di bidang olah raga diminta untuk latihan dribble bola hingga dan menggiringnya menuju ring. Rasanya kayak mau nyungsep banget karena bole yang gue dribble lebih cepat daripada langkah kaki gue, dan tentunya jangan kalian lupakan teriknya matahari yang membuat baju olah raga gue udah basah dibagian lehernya. Ugh!
Berbeda dengan anak-anak perempuan lain yang memilih untuk berganti pakaian di dalam kelas, gue lebih memilih untuk berganti pakaian di kamar mandi, karena menurut gue lebih aman. Ya kalian pasti tau lah gimana resenya anak-anak cowok yang suka tiba-tiba merangsek masuk ke kelas selepas membeli es di kantin.
Kaki gue rasanya lemes banget karena disuruh latihan dribble di panas yang terik. Padahal diantara murid cewek lainnya, gak cuma gue yang gak bisa basket, tapi kenapa cuma gue yang disuruh?
Gue berjalan menyusuri koridor sembari membawa pakaian seragam di tangan kiri yang akan gue ganti nanti. Sedangkan tangan kanan gue memukul-mukul daerah pundak gue yang agak pegal. Aduh, kenapa ya badan gue rasanya mau rontok begini? Apa karena gue gak pernah olah raga?
Dengan tenaga yang tersisa gue berjalan dan tanpa sadar menabrak seseorang hingga tubuh gue terhuyung dan akhirnya terjatuh. Sedangkan orang yang gue tabrak hanya mundur beberapa langkah. Sangat berkebalikan dengan keadaan gue yang sekarang sudah terduduk di lantai dengan seragam yang sudah terjatuh di lantai. Ya ampun!
"Astaga! Sori sori, kamu gak apa-apa?" tanyanya sembari berjongkok di depan gue.
Gue yang masih gak sadar akan apa yang baru saja terjadi hanya bisa terduduk sembari mengambil lagi seragam gue yang terjatuh. Kayaknya gue pernah deh ngelihat adegan kayak gini? Di FTV kali ya?
"Halo? Kamu gak apa-apa?" gue mendengar suara itu lagi dan kali ini gue melihat ke sumber suara. Gue melihat seorang laki-laki melihat gue dengan ekspresi sedikit khawatir. Rambutnya yang mentupi dahi sama sekali gak membuatnya terlihat berantakan. Sorot matanya benar-benar teduh. Hidungnya, bibirnya, semuanya sempurnya. Sepertinya Tuhan menciptakan manusia di depan gue ini dalam keadaan bahagia.
"Loh, loh, kok kamu nangis? Aduh, maaf ya, aku bener-bener gak sengaja," dia semakin panik, sedangkan gue gak tahu kenapa bisa tiba-tiba menangis. Lagi. Gue menangis tanpa sebab. "Ya ampun, sakit banget ya?" dia memegang siku gue untuk melihat apakah ada yang terluka. Kemudian beralih ke lutut gue yang sebenarnya gak ada luka sama sekali, hanya memerah sedikit dan gue yakin beberapa menit lagi akan hilang.
Gue masih terdiam dan mengusap pipi gue yang membasah karena air mata lalu menggeleng. "Gak apa-apa,"
"Kamu kenapa kok nangis? Sakit ya? Sebelah mana?"
Pikiran gue yang sakit.
"Gak ada," jawab gue akhirnya. Gue melirik di name tag seragamnya. Jeffrey Aimar. "Jeffrey," gumam gue pelan. Membuatnya mengerutkan dahinya kemudian mengikuti arah pandang gue, di name tag dia.
"Oh, iya, nama aku Jeffrey, aku kelas 10-3," gue mengalihkan pandangan dari name tagnya ke wajahnya, lebih tepatnya ke matanya.
"Kelas kita sebelahan,"
"Oh ya? Kamu 10-2 apa 10-4?"
"10-2," dia mengangguk paham. Jeffrey kemudian berdiri dan mengulurkan tangannya ke gue.
"Ayo berdiri, jam pelajaran udah mau dimulai," katanya sembari membantu gue berdiri. Mata gue melihat ke arah tangan dia cukup lama, hingga sebelah alisnya terangkat. "Ayo," ucapnya menyadarkan gue dari lamunan. Gue meraih tangannya dan berdiri.
"Makasih,"
"Maaf ya, aku gak sengaja tadi karena buru-buru," gue hanya menggeleng. Dia tersenyum, manis banget! "yaudah, aku duluan ya," dia berpamitan dan berjalan mendahului gue.
Ini adalah kali pertama gue bertemu dengan seseorang yang mampu membuat gue jadi gak karuan padahal baru pertama kali ketemu. Rasanya aneh, tapi gue suka. Menurut gue, dia... bersinar, seperti bintang. Mampu menerangi kehidupan gue. He is my star.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Story
FanfictionLet me tell you what the actually happens. I will tell you one by one. So sit here and listen to me.