"Kenapa kuda laut yang hamil cowoknya?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Jongin saat ia dan Talitha menginjakkan kaki di dalam ruangan besar yang berisi puluhan kolam ikan dari berbagai ukuran.
Mereka berdua kini berada di Sea World. Tempat yang sangat jarang dipilih Jongin untuk menghabiskan waktu berdua dengan Talitha. Biasanya, ia lebih memilih untuk berkunjung ke rumah Talitha dan menghabiskan waktu berdua di rumah atau berjalan-jalan di mall membeli sesuatu, namun hari ini, entah ada ide dari mana ia mengajak Talitha pergi selepas magang.
"Kenapa ya? Karena udah takdir kali?" jawab Talitha asal. Ia lebih fokus dengan bagaimana Sea World menjadi lebih maju daripada terakhir ia datang kemari. Mungkin sudah bertahun-tahun lalu?
"Salah! Karena... bapak kuda laut tau, kalo mengandung itu berat, makanya dia yang mau nanggung bebannya,"
"Emang iya?"
"Gak tau sih, aku jawab asal aja. Tapi bagian kuda laut yang hamil cowok aku beneran," Talitha hanya mendengus kesal kepada laki-laki yang kini berjalan disebelahnya.
"Tumben banget ngajakin ke Sea World? Biasanya juga cuma makan nasi goreng pinggir jalan?"
Jongin tertawa mendengar ucapan Talitha karena ucapannya memang benar. "Pengen aja. Lagian ini hari terakhir aku magang, so, why not?" Talitha hanya mengangguk paham.
Talitha tau betapa sukanya Jongin dengan ikan. Jongin bahkan rela berpanas-panasan demi snorkling di Bunaken saat liburan dua semester lalu. Ia suka memancing, ia juga suka seafood, he loves everything related sea.
"Jadi magangnya udah kelar?" Jongin mengangguk. "Jadi tiap hari ke kampus lagi?" Jongin kembali mengangguk.
"Kenapa?"
"Gak apa-apa, kangen berangkat ke kampus bareng aja. Biasanya kan naik mobil sendiri,"
"Bilang aja kangen gue jadi supir lu," Talitha tertawa pelan yang berakhir mendapat jitakan pelan dari Jongin.
"Aku terakhir kesini kapan ya? Pas lulus SMA? Apa pas SMP? Kok sekarang udah canggih banget kayaknya," mereka berjalan di bawah akuarium raksasa. Diatas mereka melintas seekor ikan pari dan berbagai ikan kecil yang mengikuti dibelakangnya.
"Sama! Sekarang udah lebih bagus. Gak nyangka juga bakal sebagus ini," keduanya sama-sama melihat bagaimana bagusnya fasilitas disana selayaknya anak Sekolah Dasar. Talitha sesekali tertawa saat melihat Jongin menirukan wajah penyu besar yang ada disana.
"Aku jadi keinget Nemo, kata ayah dia, penyu bisa berusia sampai seratus lima puluh tahun!" ucapnya seakan memberitahu info spektakuler pada Talitha. Padahal Talitha sendiri sudah hafal betul isi film tersebut, lengkap dengan dialognya karena terlalu sering diputar di televisi. "kita bisa gak ya hidup sampe seratus lima puluh tahun?"
Talitha hanya mengangkat kedua bahunya. "Kalo Tuhan ngijinin," Jongin mengangguk-angguk tanda setuju.
"Aku pengen deh hidup sampe seratus lima puluh tahun," ucap Jongin. "Sama kamu." Tambahnya sembari melihat ke arah Talitha, sedangkan perempuan yang ditatapnya hanya melihat sekilas kemudian kembali melihat ke arah akuarium besar berisikan puluhan ekor Hiu didalamnya. "Kok kamu diem aja sih?"
"Terus kamu mau aku jawab apa?" tanya Talitha kembali melihat ke arah Jongin. Kini raut wajah Jongin terlihat masam yang justru membuatnya semakin merasa geli.
"Ya apa kek? Masak kamu diem aja?"
"Ya," jawabnya singkat.
"Ya apa?"
"Ya aja,"
"Apaan sih?" tanya Jongin mendesak Talitha.
"Ya nanti liat dulu gimana. Gak usah buru-buru." Ucap Talitha pelan sembari berjalan ke arah akuarium yang lebih kecil karena kini didepannya sudah banyak anak SD yang berdiri untuk menonton ikan Hiu.
Jongin mengekor dibelakangnya tanpa sepatah kata pun. Tiba-tiba ia ingin pulang. Moodnya berantakan. Namun ia mencoba menahannya.
"Gausah murung. Mending liat ikan dulu," mata Talitha menuju ke salah satu clown fish, jenis ikan yang menjadi bintang utama dalam film Nemo. Berbeda dengan Talitha yang senang melihat clown fish, Jongin justru semakin kehilangan mood saat melihat clown fish. "kenapa?"
"Gak apa-apa,"
Talitha tertawa. "Aneh deh kamu. Kalo mau ngomong kayak gitu jangan disini, gak asik,"
"Terus dimana?"
"Di rumah aku lah, sama mama papa. Nanti, kalo kamu udah kerja, udah mapan. Bukan masih kuliah gini, mama papa mana mau?"
"Iya sih..." ucapnya sembari menggaruk kepalanya.
"Itu tau,"
"Tapi kamu mau gak? Sampe tua bareng aku?"
"Emang kalo aku gak mau kamu gak bakal kerja mapan? Bakal males-malesan gak ada tujuan hidup?"
"Ya bukan gitu, kan biar aku ada motivasi hidup aja gitu," Talitha kembali tertawa. Entah mengapa keduanya membahas perihal masa depan percintaan mereka didepan akuarium kecil berisikan ikan badut. Semuanya terjadi begitu saja dan terasa lucu bagi Talitha.
"Motivasi yang terkuat itu dari diri kamu sendiri, bukan dari aku. Aku cuma pelengkap," kini kaki Talitha kembali menjelajah Sea World, diikuti langkah kaki Jongin yang sejajar dengannya.
"Ya iya, tapi kan tetep aja, Yang."
"Yaudah iya, iya,"
"Iya apa?"
"Iya, sampe tua sama kamu,"
"Eh, tapi kok ada yaudahnya sih?" protes Jongin. "Gak ikhlas nih!"
"Duh protes aja lu ya! Tau ah," Talitha mempercepat langkahnya meninggalkan Jongin dibelakang dengan senyum yang mengembang lebar.
Memang masih jauh untuknya agar bisa sukses dan menjemput Talitha, namun ia yakin jika ia bisa melakukannya. Seperti kata Talitha, ia hanyalah sebagai pelengkap tujuan hidupnya. Namun bukankah sekecil apapun pelengkap tersebut, jika tertinggal tetap saja tidak akan menjadikan hal tersebut menjadi sempurna?
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Story
FanfictionLet me tell you what the actually happens. I will tell you one by one. So sit here and listen to me.